"Maafkan aku mas, aku sudah berusaha untuk mencintai kamu, tapi nyatanya aku gak bisa, aku hanya menganggap ini hubungan balas budi.." Kinara menyodorkan sebuah map "Aku mohon lepaskan aku, agar aku bisa menjalani hidupku dengan pria yang aku cintai... tolong..
ceraikan aku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelaku
Operasi Kinara berhasil dengan baik, kini hanya menunggu Kinara untuk sadar, suasana ruang rawat Kinara sangat sepi, karena hanya ada satu orang yang termenung disana. Yoga tidak pernah datang lagi setelah dipastikan operasi Kinara berhasil.
Abi menghela nafasnya, setelah Kinara tersadar apa yang akan dia katakan pada Kinara tentang bayi nya.
Penampilan Abi tak bisa dikatakan baik, pakaiannya cukup berantakan, jasnya sudah tersampir di sofa kemejanya juga sudah kusut, dengan dasi yang merenggang. Sepulang bekerja Abi langsung pergi ke rumah sakit, untuk memastikan kondisi Kinara, Namun belum juga tersadar.
Abi mengambil ponselnya saat benda itu bergetar "Pak, aku sudah menemukan pengemudi mobil tabrak lari itu"
Abi bergumam, lalu bangun dari duduknya, dia akan mencari tahu penyebab orang itu mengemudi dengan ugal-ugalan hingga membuat Kinara terbaring tak sadarkan diri dan kehilangan bayinya.
Jika ini hanya berurusan dengan Kinara, mungkin Abi akan menyerahkan pelakunya ke polisi, tapi karena orang itu juga hampir mencelakai Arumi, maka Abi yang akan bertindak, Abi harus tau apakah dia melakukannya dengan sengaja, lalu siapa targetnya, apakah Arumi, atau Kinara.
Abi mendatangi Rudi yang sudah menunggunya di sebuah gudang.
Abi turun dari mobilnya dan pergi kearah gudang tersebut.
Saat tiba Abi melihat seorang pria terikat di kursi dengan beberapa lebam di wajahnya.
Rudi mengambil kursi untuk Abi, lalu Abi mendudukkan dirinya "Jadi, siapa dia?"
Rudi membuka sebuah berkas "Dia pemilik sebuah rumah makan kecil di kota, punya seorang adik yang baru lulus SMA, Ayahnya sudah meninggal.. tapi ibunya.." Rudi berbisik ke telinga Abi.
Abi mengangguk "Berarti harusnya kita tahu dia memang sengaja bukan"
Pria diatas kursi itu menegang saat Abi mendekat "Si..siapa kau sebenarnya?"
"Bukan siapa-siapa, tapi karena apa yang kau lakukan hampir menyeret anakku.. kau harus menerima akibatnya" Abi menegakan tubuh jangkungnya "Tapi jika kau mau bekerja sama, aku akan berikan kau keringanan..
Setidaknya kau tak perlu habis olehku"
"Apa mau mu?"
"Tidak banyak hanya katakan padaku apa yang kau inginkan dengan mencelakakan Kinara?"
"A..ku, aku hanya sedang mabuk saat itu.. jadi tidak sengaja menabraknya"
"Benarkah?, kau tahu adik mu sangat cantik, menurutmu apa yang akan di lakukan semua laki-laki yang ada di sini jika aku bawakan adikmu.."
"Kau..kau jangan main-main.."
"Kau fikir aku main-main.. ck..ck.. jika aku hanya main- main aku tidak akan menangkapmu, dan biarkan polisi saja yang menangkapmu, aku tak perlu mengotori tanganku, ah adikmu dalam perjalanan pulang sekarang, aku hanya perlu menekan ponselku agar anak buahku menangkapnya."
Pria di ikatan itu langsung menggeleng "Tidak jangan lukai adiku, aku hanya mendapat perintah darinya, aku.. aku tak tahu apapun, dia selalu mengancamku jika aku tidak memenuhi keinginannya."
Abi bersedekap di dada "Baiklah katakan!" pria itu langsung bicara dan menceritakan semuanya, Abi hanya mendengarkan dengan wajah datar dan tenang.
"Mari kita tunggu apa yang ingin di lakukan padamu nanti, aku tidak berhak untuk menghukummu.. tapi meski begitu jangan berharap kau akan lolos.. serahkan dia ke polisi!" perintahnya sebelum Abi pergi, Abi mengambil bukti kesaksian dari pria itu, akan dia berikan pada Kinara, setidaknya hanya ini yang bisa dia lakukan untuk Kinara, dan rasa terimakasihnya sudah menyelamatkan Arumi.
Untuk selanjutnya apa yang akan di lakukan Kinara pada mereka itu menjadi urusan Kinara.
Pada saat yang sama ponsel Abi berdering, Abi melihatnya lalu langsung mengangkat panggilan ketika tahu itu dari rumah sakit, Abi mendesah lega saat perawat Kinara memberi tahu jika Kinara telah sadarkan diri.
Abi segera memacu mobilnya kerumah sakit.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Abi saat dirinya baru tiba diruang rawat Kinara.
"Bu Kinara sempat histeris saat mengetahui bayinya sudah tiada.." Abi memejamkan matanya lalu melihat kearah ranjang dimana Kinara tertidur.
"Kalian memberitahunya?"
"Beliau menyadarinya sendiri Pak,
Kami memberinya suntikan penenang agar beliau tidak terlalu banyak bergerak, bagaimana pun luka di kepalanya masih basah.." Abi mengangguk.
Abi mendudukan dirinya menunggu Kinara bisa tersadar kembali, entah apa reaksi Kinara saat tahu dalang di balik semua ini.
Abi menunggu beberapa jam hingga Kinara membuka matanya, namun tatapannya terlihat kosong, Kinara diam tapi air matanya mengalir begitu saja, entah kenapa hati Abi ikut sakit saat melihat Kinara seperti tak bernyawa.
Kinara masih belum melihat Abi dia hanya terdiam dengan lamunan yang memenuhi isi kepalanya, kini dia benar-benar sendiri, tak akan ada yang menemaninya setelah ini, mimpinya untuk hidup berdua dengan anaknya kini telah hilang.
"Kamu baik-baik saja?" Abi bertanya pelan, Kinara menoleh dan baru menyadari bahwa dia tidak sendiri.
Tiba-tiba Kinara ingin menangis lebih kencang sangat kencang untuk meluapkan isi hatinya tapi tidak bisa, yang keluar hanya isakan lirih "hiks.. hiks.... hiks.." Kinara menangis begitu sedih dan menyayat hingga Abi tak bisa berkata-kata..
Kinara tak pernah menangis begitu rapuh di hadapan orang lain, bahkan ketika dia bercerai dari Yoga, terlebih saat mendengar Yoga menikahinya hanya kerena kasihan saja, Kinara mencoba untuk kuat di depan orang lain,tapi kali ini, kali ini saja biarkan dia menangis di depan orang lain.
Abi mendekat dan mengulurkan tangannya untuk membawa Kinara kedalam pelukannya, hanya ini yang bisa dia lakukan, memeluk dan mengusap punggung rapuh Kinara.
Hampir satu jam Kinara menangis di pelukan Abi, hingga Kinara merasa tenggorokannya mulai kering dan tersendat "Sudah selesai? jika belum menangislah sepuasnya tapi setelah ini jangan menangis lagi.."
Abi terus mengelus punggung Kinara yang bergumam "Apa yang harus aku lakukan sekarang.. apa takdir ku harus selalu menyedihkan" Abi merenggangkan pelukannya.
"Tidak tahu apa yang harus kamu lakukan, tapi bukankah hidup harus terus berjalan.. cukup berjuang dan jangan menyerah" Abi memberikan sesuatu ke telapak tangan Kinara.
Kinara melihatnya dan mengeryitkan dahinya "Apa ini?"
"Lihatlah.. sediri, dan jangan menyalahkan takdir atas kehilanganmu, jadikan ini kekuatan untukmu!"
Abi pergi dan membiarkan Kinara melihat kesaksian pria pengemudi tabrak lari itu.
"Aku hanya disuruh untuk melenyapkan bayinya, tapi aku tak mengerti apa yang harus ku lakukan, dia bilang dia tak peduli, bahkan jika wanita itu harus mati..
Aku sudah menolak, tapi dia mengancam akan menghentikan pengobatan ibuku yang ditanggung keluarganya, jika aku tidak melakukannya.
Maafkan aku, aku juga tidak berdaya"
Kinara mengepalkan tangannya setiap kata perkata yang di ucapkan pria itu, Kinara tau siapa dia, Kinara pernah bertemu dengannya bahkan saat itu Anita sendiri yang memberitahu siapa dia pada Kinara.
Dia adalah adik tiri Anita, tapi saat itu dia begitu membenci pria itu, karena Anita menganggap bahwa Ibu pria itulah yang merebut Ayahnya, dan mereka berselingkuh hingga wanita itu melahirkan dua orang anak.
Saat itu Kinara ikut sedih saat Anita menangis dan bercerita padanya, tapi kini yang ada hanya rasa benci, Kinara sudah melepaskan segalanya, Yoga dan kehidupannya yang mewah, meski Yoga memohon untuk kembali, Kinara tidak sudi, lalu kenapa Anita harus berbuat sejauh ini, kenapa harus membunuh bayinya, kenapa harus membunuhnya.
Dosa apa yang Kinara lakukan hingga Anita melakukan hal itu padanya, kenapa Anita sejahat itu
Berhari- hari Kinara berfikir, tapi tetap saja dia tak menemukan alasan Anita selain dengan dia cemburu karena Yoga terus mendatanginya.
Seperti biasanya Abi datang menemui Kinara dan masih melihat Kinara melamun dengan tatapan kosong, biasanya Abi akan datang sebentar lalu pergi setelah menanyakan kondisi Kinara namun tanpa disangka Kinara kali ini bicara padanya "Kenapa anda masih datang.. semua yang terjadi bukan salah anda, sudah ku bilang anda tidak perlu bertanggung jawab apapun"
"Aku.. ini hanya ungkapan terimakasihku karena kamu sudah menyelamatkan Arumi.." entahlah Abi tak mengerti mengapa dia masih saja datang.
Kinara menggeleng "Tidak. seharusnya aku yang berterimakasih, dan maaf aku hampir melibatkan Arumi, jika saat itu Arumi ikut tertabrak entah sebesar apa rasa bersalahku" Kinara menunduk.
"Apa yang bisa ku lakukan untukmu?" Kinara melihat Abi yang bertanya padanya.
"Apa maksud anda?"
"Untuk membalas sakit hatimu.. pria itu sudah di tangkap polisi, hanya dia mengatakan saat itu dia tengah mabuk, jadi dia tidak melibatkan Anita, itu terserah kamu jika kamu ingin Anita tetap aman kau bisa lupakan, tapi mungkin suatu hari dia akan melakukan hal yang sama padamu.. jika kamu mau kita bisa berikan bukti itu pada polisi.."
Kinara tertegun sesaat lalu menggelengkan kepalanya "Tidak, aku akan melakukan sesuatu, tapi bisakah aku meminta bantuanmu, anggap saja itu yang anda bilang untuk tanda terimakasih karena aku sudah menyelamatkan Arumi"
Abi mendengus, bukankah tadi Kinara bilang itu bukan salahnya.
.
.
.
Like..
Komen..
Vote..
🌹🌹🌹🌹
kudungung banga wanita seperti itu ..
ketika tau dihiyanati ...
langsung putuskan ,mencari jln yg lebih baik kedepan x....