Nikah dadakan karna di jodohkan ❌ Nikah dadakan gara gara prank ✅ Nikah dadakan karna di jodohkan mungkin bagi sebagian orang memang sudah biasa, tapi pernah gak sih kalian mendadak nikah gara gara prank yang kalian perbuat ? Emang prank macam apa sampe harus nikah segala ? Gw farel dan ini kisah gw, gara gara prank yang gw bikin gw harus bertanggung jawab dan nikahin si korban saat itu juga, penasaran gimana ceritanya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shusan SYD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Tanpa terasa, aku pun sudah 2 minggu tinggal bersama di kosan alesha. Banyak hal yang sudah aku rasakan, dari perlakuannya yang 360 derajat berbanding terbalik dengan istriku sendiri. Aku lebih nyaman bersama alesha.
Pagi ini sebelum siap siap kuliah, alesha sedang sibuk di dapur, dia tengah fokus memasak. Aku melihatnya dari kejauhan, ragu-ragu untuk mendekat. Namun, entah mengapa, ada dorongan yang membuatku ingin mendekat. Aku memberanikan diri, langkahku pelan-pelan mendekatinya, dan dalam sekejap, aku memeluknya dari belakang.
Tapi Alesha hanya diam. Tidak ada perlawanan, seakan merasa aman dalam pelukanku. Justru, aku semakin merasa berani. Aku pun semakin mempererat pelukanku.
Alesha tiba-tiba bertanya, suaranya lembut.
"Farel, kamu mau makan ?"
Aku tersenyum kecil dan menjawab,
"Aku mau makan kamu aja." jawabku.
"Maksudnya ?" tanya alesha seraya tersenyum melirik ke arahku.
"Hmm.." jawabku
"Kan kemaren udah." ucap alesha.
"Kapan ?" tanyaku dengan nada manja.
"Waktu itu." ucap salsa.
"Itukan udah lama, sekarang mau lagi." pintaku sedikit ragu ragu.
"Kamu ya. Nakal."
"Emang.. Kamu gak mau ya ?" tanyaku setengah menggoda.
"Mau." jawab alesha.
"Yaudah, tapi aku mau masak dulu ya." ucap alesha.
"Sambil masak aja gak apa apa." jawab ku, karna rasanya aku sudah tak tahan, libido ku sudah meninggi.
Aku pun mulai menaikan daster alesha dan mulai menusuknya dari belakang. Alesha juga jadi tak pokus dengan masakannya, akhirnya untuk sementara kompor pun di matikan.
Ku balikan badan alesha, posisi kita jadi saling berhadapan. Aku memangku dan mendudukkannya di pinggiran wastafel.
Kita pun mengulangi permainan waktu itu namun kini di dapur, sungguh gila sekali. Tapi karna hal ini aku bisa melupakan permasalahanku dengan salsa.
Setelah selesai, kita berbaring di lantai dan saling berpelukan, alesha tak henti menciumi wajahku.
"Ayok sarapan." ucap alesha seraya mengusap keringat di keningku.
"Ayok, tapi aku mau mandi dulu." ucapku, aku melepaskan pelukan alesha dan bangkit. Setelah itu bealu ke kamar mandi untuk bebersih.
Setelah selesai, kini giliran alesha yang masuk ke kamar mandi juga. Tak berapa dia selesai dan bersiap.
Kini penampilan kita sudah sama sama rapih, alesha melayani ku layaknya seorang suami.
Setelah selesai sarapan kita berangkat menuju kampus bersama.
Sesampainya di kampus.
"Aku duluan ya." ucap alesha dan akan berlalu, aku hanya mengangguk.
"Farel ?" tanya seorang perempuan yang tiba tiba datang. Aku jelas saja terkejut karna aku sudah bisa mengenal suara siapa itu, saat menoleh benar saja perempuan itu adalah salsa.
Aku tak mau berinteraksi dengannya, aku akan segera berlalu namun salsa malah menarik bajuku dan aku jadi sedikit terjengkang kebelakang.
"Tunggu dulu," pinta salsa.
"Apa ?" tanyaku dengan raut wajah dingin.
"Udah 2 minggu lu gak balik ke rumah, mamih nanyain lu. Gw bingung harus jawab apa." ucap salsa dengan nada datar.
"Aku aja gak penting ngapain balik ke rumah kamu lagi." ucapku masih dengan nada biasa.
"Tante amel emang gak pernah nyuruh lu balik ke rumah gw ya ?" tanya salsa, aku hanya menggeleng. Jikalau aku tinggal di rumah ibuku sudah pasti aku di usir pulang. Masalahnya aku memang sudah tak tinggal di sana selama 2 minggu ini.
"Sorry sal, aku masih ada urusan." ucapku seraya berlalu. Kalau boleh jujur, perasaanku untuk salsa mungkin masih tersisa, tapi aku masih mengingat dengan jelas waktu kejadian malam malam di kafe itu.
Salsa masih menatap diam kepergianku, dia tampak bingung. Untuk membujuk ku pulang dia masih terlalu gengsi, sepertinya dia juga takut orang tuanya tahu hubungannya denganku memang sedang tak baik baik saja,
Setelah masuk ke dalam ruangan kelas, aku hanya diam, menatap kosong ke arah depan seraya melamun.
"Farel, kamu kenapa ?" tanya Alesha pelan, setelah dekat dengan tempat dudukku.
Aku hanya menggeleng.
"Aku enggak apa-apa kok."
Tapi Alesha adalah tipe orang yang peka. Dia tahu ada sesuatu yang tak bisa aku katakan.
"Semenjak masuk kelas, kamu jadi diem aja. Kamu enggak usah bohong sama aku. Kalau ada yang bikin kamu enggak nyaman, bilang aja." ucap alesha.
Aku menoleh, menatap wajahnya yang penuh perhatian. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba menyelinap di dadaku. Alesha selalu ada untukku, tapi aku tahu aku belum sepenuhnya jujur tentang semua yang terjadi di antara aku dan Salsa pada perempuan itu, bahkan aku berniat menyembunyikan semuanya.
"Enggak apa-apa, serius," ucapku seraya mencoba tersenyum.
"Yaudah, kalo kamu bener bener gak apa apa." ucap alesha, setelah itu dia pun kembali ke tempat duduknya.
Dosen datang, pelajaran pun di mulai.
Hari itu berlalu dengan cepat, tapi pikiranku terus terpecah. Di satu sisi, aku merasa nyaman bersama Alesha, tapi di sisi lain, aki masih terikat status dengan Salsa. Aku memang belum sepenuhnya ingin berpisah dengan salsa, bahkan aku masih berharap wanita itu berubah setelah kejadian ini.
Malam harinya, setelah kami kembali ke kosan, suasana menjadi hening. Aku hanya berbaring di ranjang seraya bermain ponsel.
"Farel," panggil Alesha pelan. Dia duduk di tepi ranjang seraya menatap ke arahku.
"Kenapa ?" tanyaku datar, tanpa menoleh dengan suaraku yang terdengar hambar, karena sedari tadi aku memang tidak bergairah untuk melakukan apa-apa.
"Kamu bosen tinggal sama aku ya ?" tanyanya tiba-tiba.
Pertanyaan itu seperti petir di siang bolong. Aku langsung menoleh padanya.
"Kenapa nanya gitu, Sha ?" tanyaku, aku langsung menyimpan ponselku dan mencoba menyelami maksud perkataan alesha. Perlahan aku bangkit dan duduk menyilang di dekatnya.
"Enggak, kayaknya kamu cuek banget sama aku hari ini," ucap alesha dengan suara yang terdengar ragu tapi jujur.
Aku terdiam, merasa bersalah. Aku tidak pernah bermaksud membuatnya merasa diabaikan, tapi mungkin sikapku memang terlihat seperti itu.
"Maaf ya, Sha. Aku nggak ada maksud kayak gitu kok," ucapku sambil menatapnya penuh penyesalan. Tanganku terulur, mengusap wajahnya lembut, mencoba meyakinkannya bahwa yang dia pikirkan tentangku salah.
"Hari ini aku lagi capek aja, jadi aku juga males ngapa ngapain, males gerak male ngomong." ucapku meyakinkan.
Alesha menghela napas pelan. Matanya menatapku, mencoba mencari kejujuran dalam ucapanku.
"Kamu jangan mikir aneh-aneh, ya," tambahku, Aku ingin dia tahu bahwa keberadaannya bukan sekadar pelarian untukku.
"Enggak, aku cuma takut kamu ngerasa jenuh aja," katanya lirih.
"Kamu nih ngomong apa sih ?" godaku seraya mencolek pinggangnya pelan. Aku pun membaringkan alesha dan menindihnya dari atas.
Wanita itu tersenyum, dia menatapku seraya mengalungkan tangannya di leherku. Perlahan badanku semakin mencondong. Membuat wajah kita jadi tak berjarak lagi, bibir kita jadi saling bertemu dan aku mulai menciuminya.
Jujur saja aku tak menyangka bisa sedekat ini dengannya, aku bahkan tak memiliki perasaan apa apa padanya. Tapi dia bisa menenangkanku di saat paling terpuruku. Dia tak pernah menolak ku meskipun mungkin dia tahu bahwa semua yang kita lakukan saat ini adalah salah.