Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Jalanan yang tadi sepi kini mendadak ramai ketika terjadi kecelakaan, tapi semua yang melihat kejadian kecelakaan tak bisa berbuat apa-apa kecuali menunggu polisi dan ambulan datang. Setengah jam polisi dan ambulan pun datang ke TKP, mobil Laras sangat hancur bagian depan.
Bahkan para medis dan para polisi sedikit kesulitan mengeluarkan Laras dan Bu Ani yang tak sadarkan diri tapi syukurnya masih bernyawa, cukup lama mereka bekerja sama mengeluarkan dua korban kecelakaan itu akhirnya bisa dan segera para medis menggotong ke ambulan.
Di sisi lain Arka yang sedang sibuk bekerja tiba-tiba merasakan perasaannya tak enak seperti ada sesuatu yang akan terjadi, namun Arka tetap berusaha fokus dengan pekerjaannya karena tak ingin di tegur sang bos. Setelah perasaannya agak lebih baik, terdengar suara HP-nya berdering.
Arka segera melihat siapa mengganggunya di jam kerja, di layar HP terpampang nomor tak di kenal tapi karena penasaran Arka menerima sambungan telepon. Belum sempat berbasa-basi, orang di seberang memberi kabar bahwa istrinya dan ibunya mengalami kecelakaan.
Arka tentu syok mendengar kabar itu, padahal baru dua jam yang lalu dirinya pamit berangkat kerja tapi mendapat kabar seperti ini. Arka pun langsung menanyakan rumah sakit mana tempat istrinya dan ibunya di larikan, setelah mendapat alamat Arka langsung bangkit.
Dan kebetulan sekali Arka bertemu dengan asisten pribadi sang bos, Arka pun menyampaikan keinginannya hendak izin untuk melihat keadaannya istrinya dan ibunya yang barusan mengalami kecelakaan. Asisten pribadi sang bos mengizinkan, apalagi melihat raut wajah Arka merah seperti menahan tangis.
Setelah mendapat izin Arka bergegas menuju parkiran karyawan untuk mencari motornya, ketika ketemu Arka langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat istrinya dan ibunya dapat penanganan. Lima belas menit Arka sampai, Arka melangkah lebar menuju ruang UGD.
Di depan ruang UGD Arka terus mondar-mandir karena belum ada tanda-tanda Dokter yang menangani istrinya dan ibunya keluar dari ruangan tersebut, lelah mondar-mandir Arka memilih duduk tapi belum sempat duduk ruang UGD di buka dari dalam menandakan ada yang hendak keluar.
"Bagaimana keadaan Istri dan Ibu saya, Dok?"
"Mas keluarga dari kedua wanita di dalam?" tanya Dokter
"Iya, saya keluarga dari kedua wanita yang mengalami kecelakaan"
Dokter pun menjelaskan bagaimana kondisi wanita paruh baya yang di pikirnya ibu dari pria di depannya, juga menjelaskan bagaimana kondisi wanita muda yang mungkin istri pria tersebut. Mendengar penjelasan Dokter membuat Arka terkejut, sesekali kepalanya menggeleng tak percaya.
"Jadi kaki Ibu saya harus di amputasi dan rahim istri saya harus di angkat karena mengalami keguguran karena benturan yang cukup keras, Dok?"
Dokter mengangguk, Arka langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Mengapa kedua wanita yang di cintainya harus mendapat musibah yang sangat berat, mau tak mau Arka menyetujui saran Dokter dari pada nyawa kedua wanita yang di cintainya terancam.
Setelah Dokter menjelaskan dan pergi, Arka terduduk di kursi besi yang ada di depan ruang UGD. Arka sangat sedih harus kehilangan calon anak mereka, bahkan Arka baru tahu saat ini jika istrinya sedang mengandung meski selama menikah Laras selalu mengatakan hendak menunda dulu.
Namun lima tahun menikah tentu Arka juga mengharapkan seorang anak, agar ketika pulang kerja ada yang menyambutnya tapi sepertinya angan-angannya tak kesampaian apalagi Laras harus melakukan pengangkatan rahim. Jika Laras tahu kabar ini, pasti Laras juga syok.
Belum lagi ibunya yang harus di amputasi, bagaimana kehidupan ibunya ke depannya jika harus bergantung dengan kursi roda. Kepala Arka rasanya ingin meledak memikirkan masalah baru ini, tapi Arka berdoa semoga ibunya dan istrinya menerima takdir yang telah terjadi ini.
.
.
.
Kabar Bu Ani dan Laras mengalami kecelakaan akhirnya sampai juga di telinga Arumi, namun Arumi tidak tahu harus menjenguk atau pura-pura tidak tahu. Ibrahim yang melihat istrinya tampak gelisah, segera mendekati istrinya lalu mencium pucuk kepala istrinya.
"Kamu kenapa sayang? Sejak tadi Mas perhatiin kamu seperti terlihat gelisah?" tanya Ibrahim
"Arumi bingung Mas, Ibu mengalami kecelakaan. Arumi harus jenguk apa tidak ya? Tapi Arumi masih gak mau melihat wajah yang sudah memfitnah Bunda"
"Boleh Mas beri pendapat?" tanya Ibrahim langsung di angguki Arumi
"Kamu harus menjenguk Ibu, jika kamu tidak mau. Anggap saja kamu peduli sebagai manusia, jadi rasa peduli sesama manusia saja"
"Arumi pikirkan lagi ya, Mas. Tapi Mas mau kan menemani Arumi jenguk Ibu?"
Arumi akan memikirkan perkataan suaminya, apa memang sebaiknya Arumi menjenguk ibunya atau tidak. Ibrahim tersenyum sembari membelai pipi istrinya, Ibrahim paham tak semudah itu Arumi bisa kembali bertemu ibu tirinya yang sudah tega memfitnah bundanya Arumi.
"Tentu sayang, masa mertua sakit Mas gak jenguk. Tidur yuk, Mas udah ngantuk" ajak Ibrahim, Arumi mengangguk lalu memeluk suaminya
Pagi harinya, Ibrahim tidak pergi ke kebun atau pun ke sawah. Karena hari ini Ibrahim akan menemani Arumi ke rumah sakit tempat Bu Ani di rawat, Arumi memutuskan menjenguk Bu Ani tapi bukan sebagai anak melainkan rasa peduli sesama manusia.
"Kita kesana mau bawa apa?" tanya Ibrahim
"Bawa Apel sama Jeruk saja, Mas. Tidak perlu beli, kita ambil di kebun Mas saja"
"Apa cuma mau bawa buah saja, tidak roti dan yang lain. Nanti kita beli di jalan"
"Tidak perlu, Mas. Arumi saja tidak yakin ibu mau menerima pemberian dari kita" sahut Arumi tersenyum kecut, Ibrahim mengangguk paham.
Ibrahim dan Arumi pun pergi ke rumah sakit, tapi mereka tidak jadi membawa buah dari kebun Ibrahim. Arumi memilih membeli roti saja di perjalanan, Ibrahim saja bingung dengan pemikiran wanita yang selalu berubah-ubah.
Satu jam kemudian Ibrahim dan Arumi sudah sampai di rumah sakit tempat Bu Ani di rawat, Ibrahim langsung memarkirkan mobilnya lalu turun bersama dari mobil. Ibrahim dan Arumi melangkah pelan masuk ke dalam rumah sakit, dengan tangan bertautan.
"Kamu sudah siap?" tanya Ibrahim ketika mereka hendak menuju ruang rawat Bu Ani
"Arumi siap, Mas"
Ibrahim mengangguk tanpa melepaskan genggamannya dari tangan Arumi, seolah menyakinkan Arumi bahwa Ibrahim akan selalu ada untuk Arumi. Arumi tentu bahagia suaminya selalu ada untuknya dalam keadaan suka mau pun duka, Arumi yang memang sudah tahu di mana ruang rawat Bu Ani langsung menuju ke sana.
"Dimana ruangan ibu, sayang?" tanya Ibrahim
"Di lantai dua, di ruang Mawar 03. Kita langsung naik lift saja ke lantai dua, nanti ketemu juga" Arumi pun mengajak Ibrahim masuk ke dalam lift
happy ending juga....
cerita yg bagus