Cinta Di Usia Senja

Makan malam yang mereka lakukan benar-benar kacau. Dion dan Linda tidak menghargai keberadaan Sandra. Mereka acuh tak acuh dan tak menganggap wanita itu ada.

Sandra jadi canggung. Dia tidak berani bertanya apalagi berbaur dengan anak-anak Daniel yang sudah jelas tidak menyukai keberadaan dirinya. Memang seharusnya dia tidak datang karena dia mengacaukan suasana.

Sikap Putra dan putrinya yang semakin menjadi membuat Daniel semakin kecewa dengan mereka. Kesabarannya benar-benar sudah habis, dia tidak bisa lagi membiarkan Putra dan putrinya bertindak begitu keterlaluan.

“Cukup sudah!” Daniel menggebrak meja dengan keras. Dia benar-benar malu dan tidak enak hati dengan Sandra yang sudah mencoba berbicara dengan Linda tapi Linda justru tidak menjawab dan mengabaikan pertanyaannya.

“Sampai berapa lama kalian ingin mengecewakan aku dan mempermalukan aku?"

“Papa yang mengecewakan karena Papa membawa orang asing di acara makan malam keluarga kita!” Ucap putrinya.

“Sandra bukanlah orang asing karena sebentar lagi dia akan menjadi ibu tiri kalian.”

“Apa?” Dion dan Linda sedikit terkejut, begitu juga dengan mantan istrinya. Tatapan mata mereka tertuju pada Sandra yang semakin merata tidak enak hati.

“Daniel, aku rasa?”

“Aku tahu kau mungkin tidak menyukai apa yang aku lakukan ini, Sandra. Tapi untuk menghadapi anak-anak kurang ajar seperti mereka, aku harus mengutarakannya saat ini juga selagi mereka sedang berkumpul seperti ini. Kita tidak akan mendapatkan kesempatan lagi jika tidak kita utarakan sekarang."

“Pa, sudah aku katakan jika aku tidak setuju dengan keinginan Papa untuk menikah lagi!” Linda selalu menentang keras keputusan ayahnya.

“Melihat sikap kalian berdua yang seperti ini, Papa semakin yakin untuk menikah lagi. Papa khawatir ketika Papa jatuh sakit, kalian justru lebih mementingkan kehidupan kalian dibandingkan Papa!”

“Jangan berbicara seperti itu. Papa tidak sedang sakit dan dalam keadaan baik-baik saja jadi jangan berbicara seolah-olah Papa sedang mengidap penyakit yang sudah tak dapat disembuhkan lagi!”

“Apa kau ingin bertaruh, Dion? Lihat sikap kalian berdua yang tidak menghargai Papa padahal Papa masih dalam keadaan sehat. Ketika Papa tidak berdaya di rumah sakit apa kalian akan memperdulikan Papa? kalian berdua tidak bisa diharapkan jadi lebih baik Papa mencari pasangan hidup untuk membahagiakan diri sendiri. Papa tidak perlu persetujuan dari kalian kenapa Papa akan menikah dengan Sandra sekalipun kalian tidak setuju!”

“Pa, apa Papa tidak malu menikah lagi di usia Papa yang sudah tidak muda? Orang-orang akan menggunjingkan Papa dan akan berbicara buruk tentang keluarga kita. Apa Papa tidak memikirkan hal itu?”

“Dion, meski usia kami sudah tidak muda tapi bukan berarti kami tidak boleh bahagia. Semua orang berhak memiliki kebahagiaan mau itu tua ataupun muda. Papa hanya ingin memiliki kebahagiaan, apakah itu salah?”

“Tapi, Pa?”

“Jangan meminta aku kembali pada ibumu Karena itu adalah hal mustahil yang tidak dapat Papa lakukan dan jangan memaksa supaya Papa mengikuti keinginan kalian yang egois itu!"

“Aku tidak akan setuju!” Linda sudah pasti menolak.

“Aku rasa jika Papa memang ingin menikah, Kau tidak perlu melarangnya, Dion,” istrinya sedikit lebih pintar karena dia tahu mereka akan kehilangan semakin banyak lagi jika tidak bersikap patuh.

“Lagi pula kalian berdua sibuk dan tidak memiliki waktu untuk papa jadi memang lebih baik Papa menikah lagi agar memiliki teman hidup. Dengan begitu Papa tidak akan kesepian jadi biarkan Papa menikah,” sebuah isyarat dia berikan kepada Dion supaya tidak melawan.

“Baiklah, jika memang itu yang Papa inginkan. Asalkan Papa senang maka aku tidak akan melarang,” akhirnya dia pun menyetujui sesuai dengan perintah istrinya.

"Kakak, kenapa kau jadi menyetujuinya?!” Linda tampak kecewa dengan kakaknya. Dia merasa dikhianati.

“Linda, jika memang itu keinginan papa, sepertinya kita tidak perlu melarang. Lagi pula Papa tidak menikah dengan gadis belia dan hal itu tidak akan menghancurkan reputasi kita tapi satu hal yang harus Papa lakukan, tolong menikah secara sederhana saja,” Dion memandangi Sandra. Dia sudah mendengar dari adiknya siapa kekasih ayahnya.

Sandra Harris bukanlah wanita miskin jadi dia tidak mungkin menikahi ayahnya hanya untuk mendapatkan harta kekayaan yang ayahnya miliki. Sekarang dia jadi berpikir, bukankah mereka akan mendapat keuntungan setelah ayahnya menikahi wanita itu?

Mereka dapat menjalin bisnis bersama. Anggap saja pernikahan yang dilakukan oleh ayahnya adalah sebuah pernikahan bisnis.

“Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Kakak tiba-tiba berubah pikiran dan asal kalian tahu, aku tidak bisa menerima keinginan Papa!” Linda meletakkan sendoknya dengan kasar lalu beranjak.

Dia melangkah pergi menuju kamarnya dengan perasaan kecewa. Rena mengikuti, dia harus membujuk putrinya agar putrinya mengerti kenapa Dion tiba-tiba menyetujui keinginan ayah mereka untuk menikah lagi. Dion dan istrinya pun mengikuti, mereka harus membujuk Linda agar dia tidak begitu keras kepala.

“Maafkan putra-putriku, Sandra,” hanya tinggal mereka berdua saja di meja makan dan acara makan malam itu semakin kacau saja.

“Tidak apa-apa, Daniel. Aku bisa memaklumkannya. Memang tidak seharusnya aku berada di sini dan akulah yang seharusnya meminta maaf karena aku telah mengacaukan acara makan malam kalian."

“Tidak, kau tidak mengacaukannya. Putra-putriku terlalu egois. Tapi setidaknya Dion sudah bisa menerima keinginanku walaupun aku tahu, dia bersikap seperti itu karena perintah istrinya,” apa Putra dan menantunya pikir dia tidak bisa melihat apa yang sedang mereka rencanakan?

Dia bukanlah orang tua bodoh tapi dia akan membiarkannya asalkan mereka tidak lagi menentang keinginannya.

"Jika begitu aku mau pulang, Daniel. Aku aku harus pamit dengan keluargamu?"

"Tidak perlu, abaikan mereka. Aku akan mengantarmu."

"Aku benar-benar minta maaf."

"Akulah yang minta maaf, Sandra. Aku harap kau tidak marah dan membenci aku."

"Untuk apa aku marah, aku bukan anak-anak," dia tidak akan marah hanya karena hal itu. Sekarang antar aku pulang dan setelah itu berbicaralah dengan putra putrimu. Jika mereka tidak setuju dengan pernikahan kita maka lebih baik tidak kita lakukan!"

"Percayalah padaku, Sandra. Mereka pasti akan menyetujuinya," Daniel memegangi tangan Sandra, dia akan memastikan putrinya menyetujui keinginannya.

Sandra mengangguk, dia harap semua berjalan dengan baik. Hubungan mereka pun tidak perlu dipaksakan jika memang tidak bisa bersama karena restu anak-anak Daniel tentu saja sangat penting.

Mereka berdua pergi, Sandra tidak berpamitan dengan putra dan putri Daniel. Dia tahu mereka tidak akan peduli dengan kepergiannya. Lebih baik dia tidak semakin memperburuk keadaan.

Di dalam kamar, Linda sedang dibujuk oleh ibu dan kakaknya. Kakak iparnya pun berusaha membujuk agar dia tidak lagi keras kepala. Mereka harus bersikap patuh walau sesungguhnya Rena tidak rela Daniel menikah lagi tapi dia tidak memiliki pilihan karena dia tidak akan mendapatkan uang jika fasilitas yang selama ini putra dan putrinya miliki tidak kembali karena hanya mereka berdua yang dapat memberinya uang.