Ketika membuka matanya, Jian Lushi mendapati dirinya berada di hutan belantara, seorang diri.
Ternyata jiwanya bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis petani malang, yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Setelah berhasil memutuskan hubungan dengan keluarga pemilik asli, Lushi bepergian jauh untuk memulai hidup baru.
Hingga akhirnya Lushi bertemu dengan seorang duda, yang terus memaksa ingin menikahinya.
"Jadilah ibu dari anak-anakku."
"Ayo menikah."
"Mulai sekarang, aku kekasihmu."
Mohon dukungannya... (dalam proses revisi)
Terimakasih...🫶🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Aku Dilamar?
...----------------...
"Selisih sembilan tahun itu lumayan banyak, tuan." gumam Lushi, yang masih di dengar Junhan.
"Tidak banyak." jawab Junhan cepat dan tegas.
"Lebih banyak mana dengan selisih 17 tahun?" tanya Junhan yang membuat Lushi merasa ada yang tidak beres.
"9 dan 17, tentu saja banyakan 17. Ternyata anda bisa membuat lelucon juga ya, tuan? Hehe." ucap Lushi, kemudian tertawa canggung.
Junhan tidak terpengaruh dengan candaan Lushi. Dia masih terus menatap wajah Lushi, hingga Lushi panik sendiri.
"Ehem. Tuan, kalau sudah tidak ada yang ingin anda bicarakan lagi. Saya izin pam....it..." ucap Lushi yang langsung di potong dengan ucapan Junhan.
"Saya belum selesai." ucap Junhan serius. Yang membuat Lushi langsung menegakkan punggungnya kembali.
"Oh. Silakan di lanjutkan, kalau begitu." ucap Lushi dengan memaksakan senyumnya. Kemudian mengambil cangkir teh dan menyesapnya.
Dalam hati dia menggerutu, "Kalo belum selesai, ya cepet ngomong lah. Nggak bisa sat set dikit apa. Malah ngomongin selisih umur segala. Apa hubungannya coba. Dasar ngeselin bin pemaksa."
Setelah terdiam beberapa saat, Junhan mulai membuka mulutnya. "Jian Lushi, maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?"
"Pffft... Uhuk..uhuk..." Lushi langsung tersedak teh, yang baru saja ingin di telan.
"Orang gila ini, apa yang baru saja dia katakan? Jadi ibu dari anak-anaknya? Apa aku tidak salah dengar?" batin Lushi, di sela-sela batuknya.
"Apakah pria ini baru saja melamar ku? Tapi kenapa kata-katanya sedikit kurang benar ya?" lanjutnya lagi, sambil melirik Junhan yang tiba-tiba berdiri.
Junhan berdiri dari duduknya karena panik melihat wajah Lushi yang memerah, akibat tersedak dan batuk-batuk.
Setelah berada di jarak yang cukup dekat, Junhan kemudian menepuk-nepuk punggung Lushi.
Dia berpikir dengan membantu menepuk punggung Lushi, batuknya akan segera mereda.
Tapi, Lushi yang merasakan telapak tangan lebar, besar dan panas menyentuh punggungnya. Menjadi semakin terbatuk-batuk, akibat kembali tersedak air liurnya sendiri.
"Apa yang di lakukan pria gila ini?" batin Lushi sambil mencoba menenangkan diri.
"Sudah, cukup cukup, tuan. Terimakasih." ucap Lushi setelah batuknya mereda.
Mendengar ucapan Lushi, Junhan menghentikan gerakan tangannya.
Dia menatap telapak tangan yang tadi di gunakan untuk menepuk-nepuk punggung Lushi, kemudian mengepalkannya secara perlahan. Seakan masih ada rasa yang tertinggal di sana.
"Kamu ini bagaimana? Sudah sedewasa ini, tapi minum masih suka tersedak. Sama seperti Yueyue saja." ucap Junhan setelah kembali duduk.
"Apa? aku tersedak juga karena ucapan anda, tuan." geram Lushi yang tidak terima di samakan dengan anak kecil.
"Ucapan yang mana?" tanya Junhan masih dengan tatapannya yang tajam.
"Ucapan yang... Aku tidak mendengarnya." jawab Lushi tidak berani menatap Junhan.
"Kalau begitu, aku akan mengulanginya. Supaya kau bisa mendengarnya dengan jelas." ucap Junhan dengan tegas dan serius. Kemudian berdiri lagi, dan berjalan mendekat kearah Lushi.
Deg deg
"Apa yang akan di lakukan?" Lushi jadi kebingungan sendiri. Dia ingin mengatakan 'tidak', tapi semua kata-katanya tersangkut di tenggorokannya.
Setelah Junhan berada di posisi yang tepat. Dia langsung menggenggam tangan Lushi.
"Eh, tuan. Apa yang anda lakukan?" ucap Lushi sambil menoleh ke kanan dan kekiri. Takut kalau-kalau ada orang lain yang melihat gerakan mereka.
Dia berusaha melepaskan tangannya, dari genggaman tangan Junhan. Tapi tidak bisa, genggaman tangan pria ini begitu kuat, sekuat baja.
Lushi langsung terdiam dan menciutkan lehernya, ketika melihat mata Junhan yang terus menatapnya dengan tatapan membara penuh peringatan.
Lushi hanya bisa menyaksikan telapak tangannya tenggelam, terbungkus rapat oleh telapak tangan Junhan yang besar dan lebar.
Junhan, pria itu menyeringai puas, melihat Lushi yang tidak lagi menolak genggaman tangannya.
Suasana tiba-tiba berubah menjadi romantis. Saat Junhan menekuk salah satu lututnya, kemudian berkata :
"Jian Lushi, maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?" ucap Junhan dengan tatapan membara dan menuntut.
Lushi hanya mampu melebarkan kedua kelopak matanya. Karena jujur saja dia tidak tau harus menjawab apa. Dan tidak siap dengan situasi yang terjadi saat ini.
"Maukah kau menikah denganku? Menjadi ibu dari anak-anakku, Lushi?" ulang Junhan, karena melihat Lushi masih tersesat di dunianya sendiri.
"Tu~ tuan, jangan seperti ini. Cepat berdiri. Ak~ aku tidak tau harus menjawab apa." bukannya menjawab, Lushi malah dengan gugup meminta Junhan untuk berdiri.
Agar Lushi tidak merasa tertekan, Junhan akhirnya berdiri dan kembali duduk di kursinya. Namun tangan kirinya, masih tetap menggenggam tangan kanan Lushi.
"Tuan, bisa lepaskan tangan saya dulu?" tanya Lushi sambil berusaha menarik tangannya.
"Tidak. Sebelum kau menjawab."
"Tapi, tuan. Saya benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Dan saya belum berniat untuk menikah." alasan Lushi, membuat tatapan mata Junhan menjadi semakin dalam.
Suasana romantis langsung hilang dalam sekejap mata.
"Apa kau ingin menikah dengan pemuda pemalas dan pengangguran itu? Atau, kau ingin menikah dengan duda berusia 35 tahun itu? Atau, kau ingin menikah dengan pemuda tampan yang mengantarmu kesini tadi?" pertanyaan Junhan yang bertubi-tubi membuat kepala Lushi tiba-tiba pusing.
Kenapa pria ini tau segalanyanya? Apakah pria ini sengaja menempatkan mata-mata di sekitarnya?
"Tidak, semua itu tidak benar, tuan." jawab Lushi pelan.
"Kalau begitu, menikahlah denganku." ucap Junhan memaksa.
"Tapi tuan, kita belum saling mengenal. Dan lagi, saya hanya gadis petani, tidak seperti anda dan keluarga, yang..." Lushi menghentikan ucapannya, karena Junhan sudah menyela.
"Berhenti. Kau tidak perlu memikirkan semua hal tidak penting itu." ucap Junhan menenangkan Lushi.
"Sudah di putuskan, mulai sekarang kita adalah sepasang kekasih."
Hah... Apaaa? Siapa yang membuat keputusan?
...----------------...
perasaan baru baca bentar tau2 dah selesai aj nih chapter /Sob/
nak mau lagi /Whimper/