Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
**
Nada berjalan pincang menuju sekolah seorang diri, seperti biasa orang tuanya tidak menanyakan keadaan Nada saat ini, yang mereka lakukan hanya memberikan asupan semangat untuk Naomi.
"Kayanya kalau Naomi yang kaya gini, mereka khawatir deh, beda banget sama gue. Kayanya gue sekarat juga mereka baik-baik aja," ucap Nada sambil menghela napas.
Suara klakson motor terdengar dari arah belakang punggung Nada, dan dia melihat ternyata itu motor milik Jeno.
"Buruan naik," titah Jeno.
Tanpa banyak bicara, Nada langsung menaiki motor milik Jeno. Jeno pun tidak banyak bicara seperti sebelumnya kepada Nada.
Nada cukup heran, biasanya Jeno akan bawel padanya. Sesampainya di parkiran sekolah, Nada turun dari motor Jeno lalu mengabaikan Nada.
Nada mengerutkan keningnya, merasa ada yang tidak beres dengan sikap Jeno. Nada menarik jaket Jeno dan pria itu berhenti.
"Jen, Lo kenapa?"tanya Nada.
Jeno berbalik. " Masih tanya kenapa? Lo enggak merasa bersalah?" Jeno malah balik bertanya pada Nada.
Nada bingung dengan ucapan Jeno, dia hanya mengerutkan keningnya sambil menerka apa isi di kepala Jeno.
"Lo marah sama gue?"
"Marah? Enggak, gue enggak marah. Gue cuma kecewa aja sama Lo."
Nada berdecak. "Lo ngomong apaan sih, mending Lo ngomong sama gue ada apa. Biar gue sadar sama kesalahan gue sendiri."
"Lo masih enggak paham, Nad?"
Nada menggelengkan kepala. "Ya makanya jawab ada apa?"
"Lo kemarin ke mana?"
"Gu-ue? Ya balik lah, Lo juga tahu kan gue balik sama keluarga gue."
Jeno tersenyum kecut. "Kita sahabatan udah lama Nad, Lo masih mau bohongin gue? Lo enggak mau coba buat cerita sama gue?"
"Ma-maksudnya?"
Jeno tersenyum kecut. "Lo lebih percaya orang lain dibandingkan gue."
Jeno berbalik dan meninggalkan Nada sendirian di parkiran. Nada memanggil Jeno berulang kali namun pria itu tidak mau menoleh sedikitpun.
"Ada apa sih, sama Jeno?"
Nada mencoba mengejar, dan seseorang menarik lengan Nada dan gadis itu berbalik melihat siapa yang menariknya.
"Kenzo? Ngapain di sini?"
"Lo ngapain sekolah?"
"Ya terserah gue dong mau sekolah atau enggak, itu bukan urusan Lo."
"Lo enggak liat keadaan?"
"Keadaan gue kenapa? Lagian gue enggak sekarat, selagi masih bisa sekolah ya gue bakal sekolah."
"Ikut gue." Kenzo menggendong Nada namun gadis itu meronta meminta diturunkan.
"Turunin gue Ken, gue malu. Kalau Lo enggak dengerin omongan gue, gue bakal ngamuk di sini."
Kenzo menghela napas dan menurunkan Nada di tengah koridor.
"Lo kenapa sih, seenaknya banget gendong gue? Please Ken, Lo jauhin gue ya."
Kenzo mengerutkan kening. "Omongan Lo enggak bisa gue turuti."
"Lo sama gue, enggak ada hubungan apa pun. Jadi stop buat deket sama gue."
"Emangnya kalau deket harus punya hubungan dulu, hmm? Lo sama Jeno deket tapi enggak pacaran kan?"
Nada memutar bola matanya. "Jeno sama gue udah sahabatan dari lama, dan Lo sama gue baru aja dekat. Dan omongan Lo waktu itu juga gue enggak terima, gue punya hak buat nolak! Lo enggak bisa seenaknya bilang kalau gue ini milik Lo."
Kenzo menatap kepergian Nada, ada rasa sesak saat Nada bicara seperti itu. Entah dia mulai memiliki rasa cinta atau hanya sekadar rasa suka biasa, entahlah Kenzo masih bimbang.
Sesampainya di kelas, Nada langsung berjalan mendekati Jeno yang sudah pindah duduk ke belakang. Jeno benar-benar mengabaikan Nada.
"Jen, Lo kenapa sih? Cerita sama gue, gue ada salah apa sama Lo?"
"Gue cerita ke Lo? Enggak deh, Lo aja enggak pernah cerita sama gue."
"Kalau Lo kaya gini, gimana gue bisa tahu kesalahan gue. Jangan kaya cewek lah, Jeno."
"Enggak usah tahu, gue juga males bahasnya. Lo pikir aja deh sendiri."
Jeno berdiri dan keluar dari kelas, Nada mengepalkan lengannya menahan kesal dengan sikap Jeno yang tiba-tiba saja berubah.
Sebelum kejadian, ternyata Jeno mengetahui keadaan Nada yang memprihatinkan, dan Kenzo lah yang selalu membantu Nada dalam kesulitan.
Jeno merasa tidak berguna menjadi sahabat Nada, Jeno tidak tahu banyak mengenai Nada dan itu semakin membuat Jeno kesal.
Saat Jeno menanyakan kabar, Dia kira Nada akan bebricara mengenai keadaannya, namun Jeno salah. Dia tidak mendapatkan keluhan dari Nada saat keadaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
**
Naomi berjalan dengan wajah ceria, dia mendatangi Kenzo di ruang kantin sambil menenteng makanan yang selalu dia bawa.
"Hy Kenzo, emm... Gue bawain makan siang nih, buat Lo. Dimakan ya."
Naomi menyimpan kotak makan di hadapan Kenzo. Pria itu hanya menoleh sekilas dan berlenggang pergi meninggalkan Naomi dan teman-temannya.
"Lah si Kenzo malah kabur, mau ke mana dia?" tanya Bagas.
"Mungkin kebelet boker, soalnya Kenzo susah ditebak," jawab Anggara.
"Aduh neng Naomi, makanannya AA bawa ya ke Kenzo. Mungkin dia mau makan di kelas," jelas Bagas.
"Biar gue aja yang bawa, nanti malah kalian lagi yang makan."
"Ya elah neng, enggak percayaan banget sih sama Aa, beneran Loh ini kita bawa ke Kenzo."
"Enggak! Biar gue aja yang kasih, bye!" Naomi menarik kembali paper bag miliknya dan dia bawa keluar dari kantin mencari keberadaan Kenzo yang entah ke mana.
Sejak tadi Kiki menatap Naomi, dia memikirkan keadaan Nada kemarin, di mana Naomi keluar dari toilet dan Nada ditemukan sudah terkapar lemas di lantai toilet. Kiki mencoba berpikir yang tidak baik mengenai Naomi.
"Ya elah, padahal sama kita juga cuma diicip doang, ya kan Ang?"
"Kok Ang sih, gila Lo! Anggara anjir!"
Bagas tertawa renyah. "Ya elah, gue cuma manggil Ang doang marah. Ribet Lo kaya cewek!"
Anggara menggeplak kepala Bagas cukup kencang hingga pria itu mengaduh kesakitan. Tak lama Kiki beranjak menuju perpustakaan karena dia malas melihat kedua sahabatnya bertengkar.
Kenzo berjalan menuju kelas Nada, sambil membawa sebuah roti dan susu coklat. Omongan Nada pagi ini tidak mempan untuk Kenzo, karena dia tetap akan ngeklime Nada sebagai miliknya, meskipun dia masih bimbang dengan perasaannya sendiri.
Kenzo menyimpan makanan di depan Nada yang sedang membaca buku. Nada dapat mengetahui di depannya adalah Kenzo , namun dia mengacuhkan pria itu karena dia tidak mau jika Naomi semakin membencinya.
"Makan," titah Kenzo.
"Lo bawa balik aja, gue enggak laper."
"Gue enggak mau dengar ada bantahan dari mulut Lo."
Nada mengangkat kedua bahunya acuh, Nada benar-benar mengabaikan Kenzo.
Merasa kesal diabaikan, Kenzo menarik buku dari tangan Nada. Nada menatap Kenzo dengan tatapan tajam.
"Balikin buku gue."
"Gue bilang makan, gue tahu Lo belum makan."
Nada berdecak. "Lo bukan nyokap gue, jadi jangan nyuruh gue buat makan."
"Dan nyokap Lo enggak akan pernah nyuruh Lo buat makan!"
Nada langsung terdiam saat ucapan dari mulut Kenzo terdengar menyakitkan. Nada tersenyum kecut sambil menatap Kenzo dengan mata yang tiba-tiba saja berkaca.
"Iya Lo bener, nyokap gue enggak akan pernah nyuruh gue makan. Gue cuma anak enggak berguna yang dilahirkan ke dunia ini."
Kenzo memejamkan matanya, merasa bersalah dengan ucapannya yang menyakiti Nada.
"Sorry, bukan itu maksud gue."
"Enggak usah minta maaf, emang kenyataannya kaya gitu. Bawa makanan itu, gue enggak laper. "
Kenzo mengambil makanan tersebut, bukan dia bawa melainkan dimasukkan ke dalam tas milik Nada, Nada mengerutkan kening dan hanya menatap pergerakan Kenzo.
"Gue ke kelas dulu, kalau Lo laper tinggal makan roti dan susu ini. Nanti pulang sekolah gue jemput." Kenzo mengusap kepala Nada dengan lembut sambil memberikan senyuman manis yang pertama kalinya Kenzo berikan.
Nada terpaku dengan senyuman Kenzo dan perlakuan manis padanya. Jantung Nada berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Jantung Nada kenapa berdetak dengan cepat? Apa Nada punya penyakit jantung?" Nada memegangi dadanya sambil mengedipkan mata berulang kali.