Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 21
Selamat membaca
.
.
Maizah dan Arvid pulang ke rumah Maizah dengan mobil sewa dan tentu saja dengan supirnya. Arvid belum memiliki sim di Indonesia jadi belum bisa berkendara sendiri.
Mobil mewah yang di tumpangi Maizah dan Arvid itu melaju pelan meninggalkan hiruk pikuk kota. Di dalamnya, Maizah bersandar pada Arvid, menikmati perjalanan pulang yang tenang.
Jendela mobil menampilkan pemandangan sore yang indah, langit jingga perlahan memudar menjadi warna ungu tua. Perjalanan mereka mungkin sedikit lama karena jalanan yang padat kendaraan, jam pulang kerja seperti itu memang lagi ramai-ramainya.
Arvid, dengan senyum tipisnya, sesekali melirik Maizah. Pria itu menggenggam tangan Maizah seraya melihat jalanan yang padat oleh kendaraan.
“Aku masih belum percaya kita bisa berjodoh,” ucap Maizah, memecah kesunyian. Suaranya riang, dipenuhi dengan kegembiraan.
Maizah mengingat bagaimana dulu ia begitu ingin mendapatkan pacar bule, hingga dia menggunakan aplikasi dating online. Saat menyerah karena enggak dapat-dapat Arvid datang hingga mereka bersama. Emang kalau jodoh tak akan ke mana.
Arvid menggenggam tangan Maizah lebih erat, tapi tidak menyakiti Maizah tentunya. “Aku juga tidak percaya. Rasanya baru kemarin kita berkenalan,” jawabnya, suaranya lembut.
“Kita harus mampir beli kue, ya?” Maizah mengingatkan. Di rumahnya pasti banyak orang yang datang.
“Tentu saja,” jawab Arvid.
Mobil pun berhenti di depan sebuah toko kue terkenal di kota tersebut. Aroma kue yang manis menyambut mereka begitu pintu mobil terbuka. Maizah dan Arvid memilih beberapa jenis kue; kue lapis, bolu kukus, dan beberapa kue kering.
Saat ingin membayar Maizah melihat gelagat aneh dari kasir wanita itu. Wanita itu melirik Arvid dan tersenyum malu-malu. Maizah melihat suaminya yang masih datar selama pembayaran.
Maizah diam saja, toh suaminya tidak menanggapi. Wanita itu juga tidak menggoda suaminya, itu wajar bagi wanita saat melihat pria tampan.
"Ayo, honey." Barulah Arvid tersenyum pada Maizah, mengajaknya naik kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di rumah Maizah, suasana yang ramai langsung menyambut mereka. Rumah itu dipenuhi dengan orang-orang; keluarga, dan para tetangga tetangga. Suara tawa dan obrolan terdengar dari dalam. Maizah tersenyum, hatinya dipenuhi kehangatan.
"Assalamualaikum,"
“Waalaikumussalam,"
"Alhamdulillah, akhirnya kalian datang juga." Ucap Melati menyambut anak dan menantunya.
“Rumahnya ramai sekali!” ucap Arvid pada Maizah, sedikit terkejut dengan keramaian tersebut padahal hari sudah hampir malam.
“Iya, mereka sudah menunggu kita,” jawab Maizah. Keduanya masuk ke dalam rumah dan bergabung duduk bersama yang lain.
"Tabe' di',"
"Ini ada sedikit kue,"
Maizah membuka kotak kue yang di belinya tadi, lalu menyimpannya di tengah-tengah. Di sana juga sudah ada wafer yang sepertinya Melati beli tadi untuk menjamu mereka dan minuman cup.
"Iya, zah. Makasih banyak." Jawab mereka.
"Makasih banyak ya nak Maizah dan Arvid atas oleh-olehnya." Ucap salah satu dari mereka.
"Iya, makasih banyak ya." Timpal yang lain.
Melati cerita kalau yang membayar semua oleh-oleh itu Arvid dan Maizah. Mereka mah tinggal pilih dan ambil saat di sana.
"Iya, sama-sama bu,"
"Kalian pasti capek banget kan? Gak papa kok kalau mau masuk ke kamar," ucap Melati mengerti anak dan menantunya.
Jujur Maizah memang capek banget, rasa dia ingin berbaring di kasur yang empuk. Seharian ini dia tidak ada waktu untuk berbaring setelah mendarat di Indonesia.
"Yaudah deh ma, aku sama Arvid masuk aja."
"Iya, gak papa."
"Mari bu, kami ke kamar dulu." Pamit Maizah pada ibu-ibu itu.
"Iya-iya nak Maizah,"
Maizah dan Arvid melangkah menuju kamar mereka, masih terdengar suara tawa dan obrolan yang hangat dari ruang tamu. Maizah merasakan betapa nyaman dan bahagianya mereka saat berkumpul dengan keluarga. Namun, tubuhnya sudah sangat lelah setelah seharian beraktivitas.
Begitu mereka masuk ke dalam kamar, Maizah langsung menghempaskan diri ke kasur empuk yang sudah menunggu. Arvid hanya tersenyum melihat istrinya yang terlihat begitu lelah. Ia ikut duduk di tepi kasur, lalu meraih tangan Maizah, menggenggamnya lembut.
"Bagaimana perasaanmu, honey?" tanya Arvid, suaranya lembut dan penuh perhatian.
Maizah mengerjapkan matanya, berusaha mengumpulkan tenaga. "Aku senang banget by. Meskipun capek gini tapi senang aja, apalagi melihat antusias Mama yang bercerita tadi," jawabnya sambil tersenyum lelah.
Arvid mengangguk mengerti. Ikut naik ke kasur dan berbaring, menarik pinggang Maizah untuk lebih dekat lagi. "Tidurlah honey," bisiknya.
Maizah tersenyum lalu memejamkan mata. Tidak baik sebenarnya tidur di jam-jam seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, badan sudah sangat lelah, takut drop.
Mereka bangun ketika suara radio masjid berbunyi. Arvud duduk di sandaran ranjang, sedangkan Maizah bersandar di dada bidang suaminya. Sungguh pemandangan yang indah.
"Aku solat di masjid ya,"
"Iya," Maizah berpindah bersandar di kepala ranjang dan membiarkan Arvid pergi mengambil wudu. Di rasa nyawanya sudah terkumpul semua, Maizah menyiapkan sarung untuk Arvid pakai beribadah.
Arvid datang, menerima sarung tersebut dan memakainya. Tidak perlu lagi di pakaian sebab pria itu sudah pandai memakainya.
"Berangkat dulu honey,"
Maizah mengangguk lalu tersenyum.
Setelah solat magrib, mereka semua kembali berkumpul di ruang keluarga. Bukan untuk mengobrol, melainkan untuk makan.
Dahlia, suami dan anaknya ikut ikut. Itulah mengapa mereka tidak akan cukup di makan di dapur.
"Enggak sempat masak jadi Mama beli di luar," Ujar Melati pada Maizah.
"Gak papa kok,"
"Ini ada nasi goreng spesial, ayam bakar, sate, dan sayur kangkung." kata Melati memindahkan makanan itu di piring.
"Hmm, sepertinya enak sekali, ma!" jawab Maizah dengan antusias.
Semua orang duduk mengelilingi makanan tersebut.
Arvid duduk di samping Maizah seraya melihat hidangan yang disajikan. "Semua terlihat sangat menggugah selera! Aku tidak sabar untuk mencobanya," ungkapnya, mengeluarkan suara.
"Ayo, kita makan."
"Ma, mau sate lagi." Ujar Liliy setelah menghabiskan dua tusuk sate.
"Makanlah yang banyak," Maizah mengambilkan lima tuduk sate lalu menyimpannya di piring sang adik.
"Makasih kak,"
"Tambah lagi Arvid," ujar Akhdan menawarkan pada Arvid saat melihat makanan di piring menantunya tinggal sedikit.
"Iya, pa." Arvid tersenyum sopan lalu kembali memakan makanannya.
Maizah menoleh melihat suaminya. Lucu juga melihat bule bisa duduk bersila kaki dengan nyaman seperti suaminya.
Sepengetahuannya banyak bule di luar sana tidak bisa duduk bersila apalagi jika jongkok. Tapi Arvid pernah bercerita pada saat pria itu belajar di Arab Saudi.
Pria ibu bercerita jika di sana saat belajar mereka duduk bersila hingga selesai hingga dia sudah terbiasa dan merasa nyaman.
"Kamu enggak nambah honey?" Tanya Arvid saat Maizah mengambilkannya tambahan sayur dan dan ayam bakar.
"Aku cukup segini by,"
Tbc.
...Jangan lupa like dan komen ...
^^^Mawar Jk^^^