Eca Permatasari janda ditinggal mati yang harus berjuang untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta.
Dikenalkan dengan Eldhin, pria muda yang mengalami nasib serupa ditinggal pasangan nya.
Namun Eldhin ditinggal karena kekasih nya menikah, membuat sifatnya menjadi dingin karena frustasi yang dia rasakan.
Disaat Eca sudah mencintai Eldhin, ada sebuah kejutan besar yang terjadi di kehidupan pernikahan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Hari Sial.
Ajakan Eca ke air terjun seakan dianggap remeh oleh Eldhin. Yang Eca lihat sekarang melihat kegelisahan Eldhin.
Merasa sudah jenuh, Eca langsung menyemburkan sebuah pertanyaan kembali untuknya.
"Kamu lagi kenapa Din? Kaya gak nyaman banget" Tanya Eca. Eldhin menoleh sejenak, lalu menyimpan gelas yang di pegang ke atas meja.
"Besok jam berapa?" Tanya Eldhin mengenai rencana Eca yang akan healing ke air terjun yang ada di kaki gunung ciremai.
"Kan besok kamu sibuk katanya" Jawab Eca dengan topangan pipi, menoleh ke arah jendela.
"Enggak" Kata Eldhin singkat.
"Kalau terpaksa mending gak jadi, biar aku saja sendirian kesana" Kata Eca dengan nada sebal.
Eldhin menaikkan satu alis "Yaudah" Jawab nya singkat, Ia langsung mengambil handphone di saku celana, memilih untuk memainkan ponsel karena sudah bosan.
Eca terhentak dan menoleh tajam "Kenapa sih kamu sifat nya dingin banget, bukan nya peka kalau aku lagi ngambek" Protes Eca dengan nada mulai tinggi.
Eldhin menoleh sambil mengerut kening, pria itu heran sekali dengan tingkah Eca yang semakin hari semakin membuatnya tidak paham.
"Kamu ngambek kenapa?" Kata Eldhin singkat.
"Ya ampun" keluh Eca sambil menggeleng kepala.
Eldhin kembali menatapi layar ponsel, dia asik membaca novel online di ponsel nya, setelah itu dia membaca manga action, sedangkan Eca sibuk menatap wajah Eldhin yang sangat datar. Bahkan Eca sampai bosan tidak tau lagi mau ngapain.
"Jadi mau apa enggak ke air terjun besok hari?" Tanya Eca kembali.
"Iya atur aja" Jawab singkat Eldhin, yang netra nya masih betah menatap layar ponsel. Sedangkan Eca kembali melihat arah jendela.
Mereka menghening dengan kesibukan nya masing-masing.
Eldhin sadar ini kalau ini salah, tiba-tiba menaruh ponsel nya ke atas meja, lalu menatap Eca, Eca menoleh kembali saat tangan nya tiba-tiba disentuh oleh Eldhin.
"Ca" Panggil Eldhin dengan tatapan datar.
"Iya" Jawab Eca singkat.
"Yu pulang" Kata Eldhin, dia pun langsung bangkit dari duduk disaat Eca lagi membuka rahang karena terkejut.
"Kamu yang ngajak aku kesini, kenapa kamu malah kabur!? Aku belum sampai sepuluh menit loh duduk disini" Protes Eca dengan nada tinggi.
"Terus?" Jawab Eldhin singkat sambil membereskan barang-barangnya agar tidak tertinggal di kafe.
Dengan satu helaan nafas, Eca bangkit dan menenteng tas nya, betapa marah nya dia saat ini. Eca meninggalkan Eldhin sendirian di kafe itu, niatnya Eldhin ingin mengajak Eca pindah ke kafe lain, karena disini terlalu berisik dengan suara musik dan banyak pengunjung juga yang datang.
Disusul oleh Eldhin yang pergi meninggalkan kafe, Eldhin tidak pergi ke rumah nya melainkan pergi ke rumah Eca, dia ingin melihat kondisinya saat dia tinggal pergi.
Saat yang bersamaan mobil Eca dan Eldhin sama-sama sampai di depan rumah.
Eca terkejut kenapa pria itu malah datang ke rumah nya "Loh kok bukan nya dia malas ketemu dengan saya?" Batin Eca.
"Nyonya ada mobil didepan, bagaimana? apa kita urus?" Kata Gerry salah satu asisten pribadi nya Eca.
"Tidak usah, kamu parkiran mobilnya saja, bentar saya yang urus dia" Kata Eca, Ia langsung membuka pintu mobil dan melangkah ke arah mobil milik Eldhin.
Eca menggedor kaca mobil Eldhin "Buka" Pintanya
Eldhin membuka kaca mobilnya, menatapi Eca dengan wajah datar nya. "Kenapa?" Katanya polos, padahal sudah jelas dia melihat raut wajah Eca yang sedang menahan amarah.
"Malah kenapa lagi, mobil kamu menghalang akses jalan!" Protesnya dengan nada tinggi.
"Oh" Kata Eldhin singkat. Lalu menjalankan mesin mobil nya kembali untuk masuk ke dalam pekarangan rumah mewah nya Eca.
"Astaghfirullah sabar ca sabar" Keluh Eca dengan satu tarikan nafas. Eca melangkah masuk menuju rumah nya, dalam pikiran nya dia sampai tidak mengerti kalau dia berhasil menemukan sesosok pria yang begitu dingin.
Eca menyuruh kedua asisten nya pulang ke rumah nya masing-masing, setelah itu dia langsung masuk setelah Eldhin dengan wajah tak berdosa masuk ke dalam rumah Eca tanpa disuruh.
"Sopan banget ya kamu ini" Protes Eca sambil membuka sepatu kerja nya. Eldhin tidak menjawab, dia fokus menatap layar ponsel dengan khusyuk. Eca sendiri memanggil penghuni rumah, namun tidak ada sapaan balik dari mereka.
Dua puluh menit kemudian...
Eca baru saja mandi, dan sudah berganti pakaian tidur, aroma shampo dari rambut Eca yang berhembus, membuat Eldhin menoleh ke arah tangga.
Matanya membulat tipis saat melihat Eca yang sudah berganti pakaian piyama bergambar panda, kaki nya pun sudah dilengkapi sendal bulu yang lucu. Eldhin tak mau terlena, langsung mengalihkan pandangan nya ke arah ponsel, dia lagi asik bermain game sejuta umat, mobile legends.
Suara khas itu mengingat kan Eca dengan suami nya, karena suaminya juga paling suka bermain game itu.
Eca sangat menyesal, kalau dirinya selalu menolak ajakan mabar dari mendiang suami nya dulu. Eca pergi menghampiri Eldhin, dia duduk disampingnya, melihat kelincahan Eldhin bermain game itu.
"Ahhh awas ada mobil" Pekik Eca saat hero lawan hampir saja menabrak hero dari kepunyaan nya. Tak lama game itu berakhir menang, Eca pun reflek tepuk tangan dan ingin mencoba bermain. Namun Eldhin menolak ponsel nya dipinjamkan.
"Kamu ada HP sendiri kan? Pakai lah HP kamu itu" Kata Eldhin dengan nada dingin.
"HP aku lagi di charger, aku mau main satu game, mau nyobain pelit banget sih" Kata Eca dengan nada ketus.
"Gak" Kata Eldhin dengan tegas, merebut kembali ponsel yang diambil Eca.
"Minjem sih, apaan sih pelit banget" Kata Eca sambil menggebrak meja karena kesal.
Terjadilah tarik menarik ponsel yang keras antara Eca dengan Eldhin, keduanya sama-sama tidak mau mengalah, wajah keduanya sama-sama merah padam karena sudah emosi.
"MINJEM!!" Teriak Eca dengan mata yang tajam menatap Eldhin. Rasa kesal dan frustasi terpancar jelas dari wajahnya.
"ENGGAK!" Balas Eldhin dengan suara yang tak kalah tegas, wajah nya menunjukan kegigihan untuk melindungi ponsel nya karena ada privasi disana.
Tidak ada yang menduga situasi menjadi seperti ini, Eca dan Eldhin saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam, kepalan tangan mereka sama-sama menggenggam erat ponsel yang menjadi sumber pertarungan mereka. Tubuh mereka saling berhadapan, jarak antara mereka menjadi mengecil seiring dengan ketegangan diantara mereka yang semakin memuncak.
"Saya mau main game nya, sekali aja!!" Kata Eca dengan nafas yang mulai terengah-engah.
"Banyak privasi saya di dalam nya!" Kata Eldhin dengan nada tinggi.
Eca mendadak diam, pada saat itulah Eldhin menarik ponselnya dengan kekuatan penuh, sehingga membuat Eca terjatuh kearahnya.
Tak ada waktu untuk menghindar, Eca jatuh tepat di atas tubuh Eldhin, mereka berdua sama-sama terkejut dan tidak tau harus bereaksi seperti apa.
Tidak ada suara yang terdengar, kecuali suara nafas mereka yang tersengal-sengal.
Mata Eca dan Eldhin saling bertemu, tubuh mereka mulai memanas, memancarkan rasa kaget dan bingung yang sama.
Wajah mereka sangat begitu dekat, hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain.
Kedua nya masih terus saling menatap, terperangkap di dalam situasi yang rumit dan membingungkan. Mereka sadar kalau posisi mereka begitu sangat intim, namun tidak ada yang berani untuk bergerak.
Dalam ketegangan itu, ponsel yang menjadi sumber pertempuran mereka terlepas dari genggaman tangan Eldhin, jatuh di samping tubuh mereka yang masih berhadapan, Namun saat ini, ponsel itu sudah bukan menjadi prioritas mereka. Keduanya tenggelam di dalam kebingungan yang tak terkatakan. Membiarkan detik demi detik bahkan menit berlalu.
Mendengar suara pintu, Eldhin dan Eca tidak menyadari kalau Bu Idah, Ayunda dan Tiffany telah masuk ke dalam rumah, disaat mereka terjebak didalam situasi yang sangat memalukan. Bu Idah, terkejut dengan pemandangan yang ada di depan nya begitu dengan Ayunda dengan Tiffany.
Tanpa pikir panjang Bu idah mengeluarkan ponsel nya untuk mengambil foto Eldhin dan Eca dalam posisi tersebut. Cahaya kilat dari kamera menyadarkan mereka dari keadaan tersebut. Mereka buru-buru bangkit untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Bu Idah.
Wajah mereka memerah padam karena malu, sementara tangan Bu Idah masih memegang ponsel dengan bukti foto yang sudah beliau ambil.