NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11, Kotak kayu

Pagi ini, setelah sarapan, Tara seperti biasa akan mulai home schoolingnya bersama guru yang sengaja didatangkan untuk mengajar Tara. selama Tara belajar, Alya memutuskan untuk membantu art yang lain merapikan beberapa ruang di rumah Aditya.

"Serius nggak merepotkan? Tugas kamu hanya mengasuh nona Tara." ucap art di rumah itu yng tengah sibuk mengelap meja dan perabot lainnya.

"Nggak pa pa, kan Tara sedang belajar. Lagi pula ini akan lama, aku akan bosan kalau hanya diam."

"Baiklah, jika itu mau kamu. Kalau begitu kamu bersihkan bagian sini ya. kebetulan lemarinya tadi belum dibersihkan, tuan Aditya suka marah-marah kalau ada debu yang masih berkeliaran."

"Okey, siap." Alya mengerlingkan matanya sambil mengangkat satu jempolnya.

Meskipun dia bekerja sebagai pengasuh, dia selalu merasa ingin membantu lebih dari sekadar tugas-tugas dasar, apalagi karena rumah besar itu terasa begitu sepi.

Kini Alya sudah membawa laptop dan kemoceng di tanganya, ia siap untuk beraksi. Ia mulai dari membersikan meja dan juga kaca lemari.

Ketika Alya membuka lemari penyimpanan di ruang tamu untuk menyimpan beberapa barang yang baru saja dia rapikan, matanya tertumbuk pada sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di balik tumpukan buku. Kotak itu tampak biasa saja, tapi ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

Dengan hati-hati, Alya membuka tutup kotak tersebut, dan matanya langsung tertuju pada tumpukan surat-surat yang terlihat usang. Surat-surat itu terlipat dengan rapi, meskipun beberapa sudutnya sudah mulai menguning.

Apa ini? pikir Alya, Dia menarik salah satu surat dari dalam kotak itu, membaca nama pengirimnya di sudut kertas, "Tara." hatinya mulai berdebar.

Alya mendekatkan surat itu, membaca tulisan tangan yang masih cukup terbaca meskipun sedikit berantakan. Surat itu untuk ibu Tara, yang sudah lama tidak tinggal di rumah ini.

“Tara menulis surat untuk ibunya? Kenapa surat-surat ini tidak pernah terkirim?”

Alya mulai membaca surat pertama dengan perlahan, mencoba memahami apa yang ingin disampaikan oleh Tara. Meskipun tulisannya berantakan khas anak kecil dan tidak begitu jelas tapi masih bisa di baca. Surat itu penuh dengan perasaan yang sulit diungkapkan oleh seorang anak seusia Tara.

**Surat Tara (untuk ibunya):**

*“Ibu, aku ingin memberitahumu bahwa aku baik-baik saja. Ayah selalu sibuk, dan aku merasa kesepian. Tapi aku berusaha berteman dengan orang lain. Aku harap kamu bisa datang ke rumah dan melihatku. Aku sudah menunggu lama, Ibu.”*

Tara menulis surat itu dalam bahasa yang sederhana, namun penuh dengan perasaan. Tangan Alya gemetar saat dia membaca kalimat-kalimat itu. Dia bisa merasakan betapa rapuhnya hubungan antara ibu dan anak ini. Tara berharap begitu banyak untuk melihat ibunya kembali, tapi surat-surat itu jelas tidak pernah sampai ke tujuannya.

“Tara... pasti ini sangat berat. Ini lebih berat dari yang aku kira. Dia sudah menunggu lama, berharap ibunya akan datang. Dan di sini, dia hanya punya Ayah yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri.” batin Alya.

Alya menarik napas panjang dan melanjutkan membaca beberapa surat berikutnya. Setiap surat mengungkapkan perasaan kesepian, kerinduan, dan harapan besar untuk mendapatkan perhatian dari ibunya yang sudah lama pergi. Sepertinya dimulai sejak Tara mulai bisa menulis. Jika kata par art di rumah itu, Tara mulai bisa menulis sejak umur 3 tahun, bararti surat-surat itu sudah tersimpan rapi sejak tiga tahun yang lalu.

Di dalam surat Tara ada juga permintaan yang tulus agar ibunya kembali. Namun, tidak ada satu pun surat yang terkirim. Mereka hanya terkumpul di kotak itu, tak pernah sampai ke tujuannya.

**Surat Tara (untuk ibu):**

*“Ibu, apakah kamu akan datang saat aku ulang tahun? Aku ingin sekali merayakannya dengan kamu, bukan dengan Ayah saja. Aku akan merindukanmu lagi tahun ini.”*

Alya menyentuh surat terakhir dengan hati yang berat. Di dalam surat itu, Tara menuliskan harapan yang sangat sederhana, namun sangat dalam. Sebuah permintaan agar ibunya hadir di hari yang penting dalam hidupnya—hari ulang tahunnya. Dan lagi-lagi, surat itu tidak pernah dikirimkan.

“Betapa luka yang dirasakan Tara. Aku tidak bisa membayangkan betapa ia merindukan ibunya. Dan Ayahnya, meskipun dia bekerja keras, sepertinya tidak pernah bisa memberikan apa yang benar-benar dibutuhkan Tara—perhatian dan kasih sayang yang penuh.” batin lya merasa trenyum. Seandainya ia bisa memberi kasih sayang itu, ia ingin sekali memberikan untuk Tara. Sejak pertama kali mereka bertemu, perasaan ingin melindungi Tara begitu besar.

Alya menutup kotak itu perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia tahu ini adalah bagian dari dunia yang belum pernah dia lihat sebelumnya—dunia keluarga Aditya yang penuh dengan ketegangan dan kesepian. Tidak ada yang tampak seperti yang dia kira. Meskipun mereka hidup dalam kemewahan, ada kekosongan yang sangat nyata dalam hati Tara.

"Aku harus menunjukan ini pada tuan Aditya." gumamnya pelan sambil kembali memasukkan surat-surat itu ke dalam kotak kayu.

****

Di sisi lain rumah itu, Aditya sedang duduk di ruang kerja, menatap berkas-berkas di mejanya. Kebetulan karena hari ini tidak ada acara ketemu klien, Aditya memutuskan untuk bekerja dari rumah. Tadi pagi-pagi sekali sekretaris Roy sudah mengantarkan beberapa berkas penting ke rumah untuk ditandatangani oleh Aditya.

Alya tidak mau menunggu lama, sambil membawa kota kayu itu ia berjalan cepat menuju ke ruang kerja Aditya. Tanganya tanpa ragu emnegtuk pintu yang tertutup itu.

"Masuk."

Setelah mendapat sahutan dari dalam, Alya pun masuk ke ruang kerja Aditya,

"Ada apa?" tanya Aditya sambil menghentikan tanganya yang sedari tadi sibuk membubuhkan tanda tangan pada berkas di depannya.

Alya menunjukan kotak kayu yang tengah ia pegang dengan ragu, "Tuan Aditya, aku... aku menemukan sesuatu."

Aditya melihat Alya dengan pandangan yang serius, mencoba menebak apa yang terjadi, "Memang apa isinya?"

"Ini tentang Tara... surat-suratnya untuk ibunya." ucap Alya lembut.

Wajah Aditya berubah sedikit, tapi tidak mengatakan apa-apa, "Jangan terlalu ingin tahu, Alya."

Alya mencoba berbicara dengan empati, "Tara... dia sangat merindukan ibunya, tuan. Semua surat ini, dia menulis tentang harapannya, tentang betapa dia ingin ibunya kembali." ucap Alya hati-hati.

Aditya menghela napas panjang dan menatap Alya, "Kamu tahu apa, Alya? Kamu Tidka tahu bagaimana dia pergi tanpa peduli pada Tara. Dia meninggalkan kami demi kariernya. Mengabaikan aku dan Tara."

Alya bisa melihat luka yang begitu besar yang menganga di hati aditya. Ia berusaha memahami, "Tapi Tara tidak bisa mengubah itu juga, kan? Dia masih anak-anak, tuan Aditya. Dia membutuhkan perhatian, terutama dari Ayahnya." ucap Alya dengan sedikit lebih tegas.

Aditya terdiam sejenak, wajahnya menegang, "Aku tahu... aku berusaha, Alya. Aku bisa memberikan perhatian untuknya tapi tidak dengan mendatangkan ibunya kembali ke sinj."

"Tuan, aku tunggu saat itu." ucap Alya dengan nada mengancam membuat Aditya tidak percaya. Baru kali ini ada yang melakukan itu padanya, bahkan sekertaris Roy yang bekerja dengannya lebih dari sepuluh tahun tidak pernah melakukan hal itu padanya.

"Aku akan mencobanya. Tapi kadang, aku merasa tidak tahu harus mulai dari mana."

Alya tersenyum, ia mulai berhasil, "Mungkin, langkah pertama adalah mendengarkan dia, tuan Aditya. Hanya itu yang dia butuhkan—untuk merasa didengarkan dan dicintai." ucapnya dengan lembut.

Aditya terdiam, merenung sejenak, "Aku akan mencoba."

Setelah percakapan itu, Alya merasa sedikit lebih memahami sisi lain dari Aditya. Meskipun dia tampak dingin dan terkadang tidak peduli, di balik itu semua ada rasa bersalah dan ketidakpastian yang mendalam tentang peranannya sebagai seorang ayah.

Alya menatap foto keluarga yang ada di meja Aditya. Ada senyum di wajah mereka, tetapi itu bukanlah senyum yang penuh kebahagiaan. Ini adalah senyum yang dipaksakan. Alya bertekad untuk membantu mereka—untuk mencoba mengisi kekosongan yang telah terlalu lama ada di antara mereka.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
SRI JARWATI
Bagus banget cara merayunya /Good/
yuning
sarangheo
yuning
Alya calon ibu dari anak anak kamu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!