" Kamu terlalu sibuk dengan urusan dirimu sendiri sampai lupa kalau aku juga butuh kehangatan"
" Tapi wajar saja, kita belum menikah dan kita sedang berusaha untuk kearah sana bukan?"
" Sudahlah nin, ikhlaskan saja berarti kamu bukan yang terbaik untuk dia hehe dan ternyata aku yang menang bukan?"
Yah terkadang hidup sulit dimengerti, tapi sakit yang datang bukan berarti akhir dari kehidupan bukan?
Terkadang sakit yang hadir justru mereka sedang membersihkan jalan kehidupan kita dari hasil yang buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi ini H-1 menjelang pernikahan Jonathan dan juga syifa akan diadakan, tentu saja dikediaman Ibra terasa sekali haru biru karena besok adalah hari yang sangat bersejarah untuk Jonathan dan itu membuat Nindy memiliki rencana untuk menghabiskan waktu bertiga bersama papa dan kakaknya dirumah.
Sedangkan dikediaman Clara pagi ini terasa sedikit tegang dan juga sepi, memang sudah beberapa Minggu ini setelah kejadian insiden sarapan pagi yang membuat Amel dan Nindy berseteru menjadikan rumah menjadi lebih sepi karena Jonathan dan juga Ibra keluar dari rumah yang menyisakan Clara, Amel dan juga para pekerja rumah saja sesekali Revano akan ikut makan bersama.
" Mah, papa masih diluar kota? Kak Jo sama Nindy kemana?" Amel yang sudah biasa selalu berbicara tanpa awalan pembuka cuek saja dengan gaya langsung mendudukan tubuhnya dikursi.
" Hmm papa masih diluar kota" Clara hanya menjawab pertanyaan Amel yang menanyakan keberadaan sang papa yang ternyata bukanlah papa kandungnya.
" Selamat pagi Tante" tiba-tiba saja Revano datang dan menghampiri Clara untuk memberikan salamnya.
Clara tersenyum menyambut baik sapaan Revano, ada rasa bersalah dan juga sesak didadanya saat ini.
" Sayang... Kamu sudah datang sini sarapan dulu" Amel menyambut sang kekasih dengan ceria seperti biasa, meskipun kemesraannya saat ini tidak bisa dipamerkan dihadapan Nindy.
" Ini yang lain pada kemana sayang?" dengan mudahnya Revano menanyakan keberadaan anggota keluarga lainnya, selama beberapa hari terakhir memang Revano tidak melihat Nindy ada rasa rindu dalam hatinya yang kini terasa.
Clara menatap wajah Revano dengan dahi mengkerut, apakah Revano sedang mencari Nindy? begitulah ucapan dari tatapan wajah Clara.
" Papa lagi keluar kota sayang, kalau kak Jo sama Nindy aku gatau mereka kemana ga peduli juga deh" Amel yang masih sibuk dengan makanan dihadapannya tidak menaruh curiga sedikitpun kepada Revano.
" Ohh..." Revano hanya ber "o" ria padahal mulutnya ingin sekali menanyakan keberadaan Nindy tapi dia masih sadar diri akan posisinya saat ini.
Sedangkan Clara yang kini banyak diam setelah menandatangani surat perceraian beberapa waktu lalu dengan Ibra, entah rasa sesak atau rasa takut jika Amel nanti mengetahui kenyataannya.
Dulu aku yang berselingkuh dalam sebuah hubungan pernikahan tapi dengan baik hati mas Ibra benar-benar menerima aku dan juga Amel bahkan sampai mengurusnya hingga dewasa.
Sekarang Amel menjadi selingkuhan Revano saat Revano masih berstatus sebagai kekasih Nindy kakaknya sendiri, ya Tuhan kenapa bisa kesalahan yang aku perbuat dulu harus kembali terjadi dan itu dilakukan oleh anakku sendiri
Sepanjang kegiatan sarapan pagi ini Clara disibukkan dengan pikirannya, sampai-sampai nafsu makannya hilang begitu saja entah lari kemana.
" Mah, kenapa makanannya tidak dimakan?" mendengar suara Amel membuat Clara sadar dari lamunannya.
" Ahh maaf sayang, tadi mama lagi bingung buat pernikahan kak Jo lusa" Clara mengalihkan atensi dari Amel agar tidak curiga dan bertanya kemana-mana.
" Ahh iya tapi kenapa kak Jo dan papa malah pergi mah? Bener kan gara-gara si Nindy kerjanya ga bener jadi papa dan kak Jo yang malah sibuk sama kerjaan, padahal kak Jo udah mau nikah tapi kenapa papa dan kak Jo masih aja belain si Nindy sedangkan aku malah dicuekin" Amel menggerutu kesal, padahal sebenernya dia iri kepada Nindy dan tentu saja ingin menguasai cafe yang kini dikelola oleh Revano.
Clara kaget dengan ucapan Amel yang memiliki pemikiran sejauh itu, padahal Amel belum tau kondisi Jo ataupun Nindy tapi dengan mudahnya dia menyalahkan Nindy.
Aku benar-benar sudah salah mendidik Amel selama ini, tapi bagaimanapun kehadiran Amel adalah kesalahan yang aku perbuat jadi aku harus bertanggungjawab.
" Sayang, cafe gimana? Kalau minta kak Jo buat ga ikut campur gimana? Masa kamu yang kerjain semua kak Jo sama Nindy yang seenaknya ngambil keuntungan sih" Amel melanjutkan gerutuannya yang kini beralih ke cafe.
" Sayang, itu kan cafe 90% uang Nindy, jadi wajar kalau kak Jo dan Nindy buat surat itu lagian kalau aku yang ambil dari mana aku harus membayar uang ganti ruginya? Aku belum ada uang sebanyak itu" Revano memang mengakui jika kondisi keuangannya saat ini masih belum bisa untuk mengakuisisi cafe.
Selama ini saja kehidupannya lebih banyak dibantu oleh Nindy, dari mulai biaya kehidupan sampai biaya kuliah.
Amel mendengus kesal mendengar jawaban kekasihnya yang kini terkesan pasrah dan nurut saja.
" Mah, bantu Revano dong jangan diem aja aku minta uang buat Revano bisa ambil alih cafe itu biar ga ada lagi hubungan Nindy sama Revano maaa" yaa begitulah Amel etikanya sedikit buruk, jika menginginkan sesuatu tidak pernah meminta dengan baik apalagi kata tolong tapi Clara tidak pernah menegurnya.
Revano menggelengkan kepalanya " Sayang, gausah udah gapapa aku bisa nabung lagian cafe selalu rame jadi pendapatan akupun bisa lebih baik".
" Enggak...enggakk... Kamu nurut aja sama aku" Amel masih tetap merengek kepada Clara, ya begitulah Amel setiap keinginannya seperti orang yang sedang lapar bisa langsung makan.
" Sayang, mama harus cek dulu tabungan karena papa juga kasih uang bulanan tidak sebanyak itu" Clara mencoba bernegosiasi dengan Amel, bukan tidak ingin mewujudkan tapi kondisinya saat ini sudah berbeda.
" Loh mama tinggal minta ke papa aja bilang mau buka usaha kan gampang, aku gamau tau kalau mama sayang sama aku besok uangnya harus ada ga ada bantahan titik" Amel sedikit meninggikan suaranya membuat Clara kaget.
Clara bukan tidak mau menuruti keinginan amel, hanya saja dia harus memikirkan masa depannya karena sudah berpisah dengan Ibra jadi mau tidak mau Clara harus mandiri dari segi ekonomi untuk dirinya dan juga Amel.
" Sayang, suaranya turunin ya kasian mama kaget" Revano merasa tidak enak langsung menegur halus Amel.
" Mama usahakan ya, tapi mama tidak bisa janji Amel tolong mengerti mama" Clara tidak tau lagi bagaimana cara menyampaikannya, karena posisinya saat ini cukup sulit.
" Mama udah ga sayang Amel ya? Mama mau Nindy merebut apa yang aku punya iya?" Amel kembali berdrama ria.
" Sayang lanjutkan makannya gabaik kita marah-marah didepan makanan ya" Revano yang paham akan raut wajah Clara langsung memotong ucapan Amel.
Kini kembali hening dengan suara alat makan yang terdengar sedikit keras dari piring Amel, ya begitulah hasil dari didikan Clara yang selalu mengatasnamakan rasa bersalah dan kasihan.
Amel yang terbiasa selalu diikuti keinginannya apapun itu, kini kembali tidak mau tahu atas apa yang sedang terjadi pada sang mama jangankan peduli bertanya atas alasannya saja tidak.
Abg Nindy namanya jonathan?
calon Nindy namanya Nathan kan??
jantung yg bergoyang???
wkwkwk
tinggal calling Ambulance, Nin.
wiu... wiuu... wiuuuuu
wkwkwk
syokoriinnnn
di cover judulny semesta hrs bahagia..
blm digantikah??
hihiiiii
mengapa sedih dan kecewa sll diawal??
wkwkwk
ikutan mewek.... ..
semangat, Nindy!!