Zahra. wanita yang ditinggal oleh lelaki yang dicintainya dihari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk nya dan keluarga.
setelah mengetahui alasan lelaki itu meninggal kan nya entah membuat nya merasa dikhianati atau kembali bersimpati, rasanya dia sendiri tak bisa membaca isi hati nya lagi.
Belum usai rasanya mengobati hati, Zahra justru di hadapkan dengan pilihan menerima pinangan pak kiyai untuk anaknya dan harus rela dipoligami atau menerima mantan tunangan nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trysa Azra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua pertemuan
Zahra yang rencananya akan pulang ke Banjarmasin berniat membelikan oleh-oleh untuk teman nya Aulia dan saat lewat di salah satu toko buku Zahra teringat kalau Aulia suka membaca novel dan komik, dia pun segera mampir.
Toko buku itu cukup besar, seperti nya bukan hanya buku-buku novel dan komik disana ada juga buka-buku islami dan bahkan di satu toko nya yang berjejer tiga ada salah satu yang khusus kitab-kitab. Saat Zahra menyusuri rak-rak buku untuk mencarikan hadiah sekaligus oleh-oleh untuk Aulia, seseorang menegur nya dari samping.
" Zahra" tegur orang yang berada terhalang rak buku namun bisa terlihat wajah nya dari sela-sela buku.
" mas, Rama?" Zahra mencoba mengingat.
Rama yang semula berada di rak sebelah pun segera menghampiri Zahra.
" Kok bisa ketemu disini" Zahra masih bingung.
" iya, aku juga gak nyangka bisa ketemu kamu disini tadi pas liat aku sempat ragu tapi pas di tegur kamu nya menoleh." kata Rama menjelaskan.
Zahra pun tersenyum. Dan tentu saja ram membalas dengan senyuman juga.
" Bukan nya mas Rama orang bandung ya?"
Zahra mencoba mengingat karena dulu mereka sempat berbincang sedikit.
" Iya, tapi kebetulan dapat kerjaan disini dari satu bulan yang lalu" kata Rama, Zahra pun mengangguk tanda mengerti.
Zahra melihat ke buku yang dipegang oleh Rama yang adalah terjemah Al-Qur'an.
" cari buku juga ternyata" kata Zahra.
Rama baru ingat dengan buku yang di pegang nya, dia pun agak malu ingin menyembunyikan tapi sudah ketahuan.
" kamu juga" Rama mengisyarat ke buku yang di bawa Zahra.
" oh iya, ini buat Aulia. Aku mau balik ke Banjarmasin untuk beberapa hari jadi mau bawa hadiah untuk dia" Zahra menjelaskan.
" kamu mau balik ke Banjarmasin?" tanya Rama.
" iya, tapi hanya sebentar nanti insya Allah balik kesini lagi" jawab Zahra.
" oh begitu. kamu disini tinggal dimana?" Rama kembali bertanya.
" sama Kakak aku" ujar Zahra.
Rama pun mengangguk tanda mengerti.
" kalau begitu salam buat Aulia" kata Rama.
" insya Allah nanti disampaikan"
Setelah berbicara beberapa saat kedua nya pun berpamitan satu sama lain, terlihat Rama yang masih memandangi kepergian Zahra dari belakang. Sebetulnya dia sangat senang dan sangat ingin ngobrol lebih lama tapi dia juga sedikit malu karena takut itu membuat Zahra kurang enak, dia hanya berharap ini bukan pertemuan yang terakhir dan akan ada waktu lain untuk dia bertemu Zahra lagi terlebih sekarang dia berada di kota yang sama.
Zahra yang sudah selesai memilih buku yang dia suka, segera ke kasir untuk membayar.
" seratus lima puluh ribu" ujar sang kasir sambil memasukkan kedalam kantong plastik.
Zahra merogoh tas nya untuk mengambil uang untuk membayar belanjaan nya, namun di saat bersamaan seorang yang baru datang menegur nya.
" Zahra" panggil sebuah suara, suara yang iya kenali.
Zahra menoleh dan melihat orang yang memanggil nya.
Zahra segera menyerahkan uang ke kasir dan mengambil barang belanjaan nya dan segera bergegas menjauh.
"Zahra...." panggil Wahyu pada Zahra.
Zahra masih berusaha menghindar.
" Zahra, tunggu sebentar..." Wahyu mencegat Zahra dengan berdiri dihadapan nya yang membuat nya mau tidak mau menghentikan langkahnya.
Keduanya terdiam sejenak.
"kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Wahyu.
"Aku hanya kebetulan disini, tenang saja aku tidak akan mengganggumu." ujar Zahra tidak ingin Wahyu berpikir bahwa kedatangan nya kesitu dengan sengaja.
Zahra memang tau kalau Wahyu kerja disalah satu toko buku di Surabaya tapi dia benar-benar tidak menduga bahwa toko buku yang dia masuki adalah tempat kerja Wahyu dan bahkan dia sama sekali tidak ingat kalau Wahyu bekerja di toko buku, seolah pikiran tentang Wahyu sudah lenyap dia sama sekali tak ingat.
" Apa kamu disini ikut Yusuf?" kembali Wahyu bertanya namun Zahra masih diam.
" ma'af jika kamu masih marah dengan ku." ujar Wahyu lagi.
" semua sudah berlalu tolong jangan di ungkit lagi" pinta Zahra bersuara.
Tentu saja Wahyu tak bisa apa-apa ketika Zahra berkata demikian karena semua kesalahan ada pada dirinya.
" Baiklah, asal kamu baik-baik saja aku sudah senang" kata Wahyu.
" kakak pikir aku akan seperti apa?"
" Bukan begitu, maksudku... Aku sudah sangat senang bisa melihat kamu. sejujurnya aku sangat ingin bicara bedua dengan kamu tapi aku tau kamu tidak akan bersedia." kata Wahyu menjelaskan maksud nya.
" Baiklah, kalau begitu beri aku jalan" pinta Zahra mengisyarat pada Wahyu yang masih berdiri di hadapan nya, Wahyu pun mengerti.
" Zahra aku minta ma'af..."
kata kata yang tak bisa Wahyu tahan lagi rasa bersalah dan penyesalan yang menghantui nya sangat besar kepada Zahra.
" semua cerita sudah berakhir di hari itu, jadi tolong jangan ungkit lagi. Kata ma'af pun tak bisa mengubah segala nya jadi tolong lepas kan semua nya"
Setelah berkata seperti itu Zahra lekas pergi meninggalkan Wahyu yang masih terdiam di tempat nya, Kata-kata yang seharusnya bisa membuat Wahyu mengerti seberapa kecewa Zahra kepada nya.
Zahra sendiri berjalan dengan air mata yang menetes di pipi nya, walau bagaimanapun Wahyu sempat menjadi orang yang dia cintai pasti tak mudah melupakan begitu saja hanya saja logika selalu menyadarkan nya bahwa semua tak boleh berlarut larut menjadi duka.
Dia sangat tidak menyangka jika dia akan dipertemukan lagi dengan Wahyu dan semua nya tanpa sengaja meski dia tau dulu nya Wahyu juga bekerja di kota ini tapi dia pikir Wahyu tidak akan kembali lagi setelah semua yang terjadi. Hati yang semula mulai mengering dari luka yang menganga kita seolah disiram lagi yang membuat nya perih kembali.
Sekembalinya dari toko buku Zahra lekas masuk kekamar, Yusuf dan Laila yang ada di ruang tamu bersama dengan anak mereka bingung melihat tingkah Zahra yang tidak biasanya. Zahra selalu mengucapkan salam dan menyapa mereka jika ingin masuk kamar tapi kali ini Zahra hanya berlalu dan masuk kamar begitu saja.
" kenapa Zahra, mas?" tanya Laila pada suami.
" iya, kenapa ya? Tidak seperti biasanya"
" coba kamu tanya mas pasti ada sesuatu" Laila jadi khawatir.
Yusuf pun menurut dan segera mengetuk pintu kamar Zahra.
tok..tok..tok..
" Ra.. Kamu kenapa?" tanya Yusuf dari luar tapi tidak ada jawaban.
" Ra..." kembali Yusuf memanggil.
Yusuf pun mencoba memutar ganggang pintu yang ternyata tidak terkunci.
" Zahra, kakak masuk ya..." masih tidak ada jawaban dan Yusuf pun membuka pintu dan masuk kedalam.
Dia mendapati adik nya yang sedang tersedu menangis menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya.
" astaghfirullah.. Ra.. Kamu kenapa de?" Yusuf segera mendatangi sang adik.
" tidak kenapa-kenapa kak" Zahra mengusap air mata nya dan berusaha menutupi nya.
" Ada apa, pasti ada sesuatu cerita ke kakak" desak Yusuf.
" Apa kamu memikirkan lamaran Abi nanti?" Yusuf mencoba menebak.
Zahra menggelengkan kepalanya, bahkan dia jadi terlupa akan hal itu.
" tadi aku gak sengaja ketemu Wahyu" akhirnya Zahra bercerita.
" Wahyu, dimana?" Yusuf terkejut.
" di toko buku" kata Zahra " kamu ke toko buku yang ada di perempatan?" tebak Yusuf.
Zahra mengangguk.
Yusuf pun langsung memeluk sang adik, dia tau pasti sulit bagi Zahra untuk bertemu dengan Wahyu kembali entah itu karena luka yang dia buat atau karena masih ada cinta di hati nya.
" Yang sabar ya, de. kamu pasti bisa melewati semua nya" Yusuf berusaha menguatkan sang adik.
" Apa kamu masih menyukai dia?" Yusuf berusaha mencari tahu.
Zahra hanya menggeleng dan menunduk, sejujurnya Zahra sendiri tidak bisa menjawabnya karena antara cinta dan benci sekarang begitu sulit untuk dia bedakan.
" Istirahat lah dulu, besok kamu akan balik ke Banjarmasin. Kakak tau ini tidak mudah tapi kakak yakin kamu bisa." Yusuf mengingatkan sang adik.
Dia tau ini bukan hal sepele karena semua nya berkaitan dengan hati, belum lagi sang adik harus dihadapkan dengan lamaran Abi nanti bukan hal yang gampang.
Zahra menurut dan Yusuf pun keluar dari kamar.
Tak lama berselang sebuah pesan masuk di handphone Zahra dan dia pun membuka nya.
[ zahra. mungkin aku tidak tau diri tapi aku ingin kita kembali seperti dulu lagi.
Ma'af untuk semua yang terjadi.. Aku tau hanya khayalku kita bisa kembali tapi aku tak bisa bohong kalau masih sangat menyayangi kamu.]
Pesan itu dari Wahyu. Setelah sekian lama tak pernah menghubungi nya dan bahkan tak pernah sekalipun menjelaskan saat dulu dia menghilang tanpa kabar di hari menjelang pernikahan yang tiba-tiba batal.
Zahra menghela nafas panjang, dia tak habis pikir dengan semua yang dia alami sekarang. Ingin marah tapi dia sudah terlalu lelah dengan semua nya.
...----------------...
Di sebuah gazebo di salah satu tempat makan terlihat hafidz yang seperti nya sudah ada janji bertemu dengan seseorang dan benar beberapa saat kemudian Wahyu datang menghampiri nya.
Dari raut wajah hafidz terlihat Seperti begitu banyak sekali yang dia pikirkan namun melihat Wahyu yang berjalan kearah nya dengan raut wajah yang tak kalah kusut dan banyak pikiran hafidz pun jadi bingung.
" sudah lama?" tanya Wahyu.
" tidak, aku memang sengaja datang lebih awal" sahut hafidz.
Kedua nya terdiam. Hafidz mengajak Wahyu bertemu karena ada yang ingin dia sampaikan tapi melihat raut wajah Wahyu yang begitu kusut membuat nya enggan membuka pembicaraan lebih dulu.
" Ada apa kamu ngajak ketemu? Tumben, biasanya juga kita ketemu" kata Wahyu yang membuka pembicaraan lebih dulu.
" sekali-kali kan nggak papa" jawab hafidz.
" kenapa wajahmu kusut sekali? Dari jauh udah keliatan banyak pikiran" hafidz mencari tahu.
Wahyu menarik nafas nya berat sangat nampak pikiran nya sedang kacau sekarang.
" Aku ketemu Zahra tadi siang" Wahyu mulai bercerita.
" Zahra?" hafidz langsung terkejut, padahal sekarang dia ingin membahas Zahra juga.
" Dia ke toko sepertinya dia gak tau itu tempat kerja aku"
" lalu.. " tanya hafidz penasaran.
" aku mencoba mengajak dia bicara tapi pasti nya dia tidak akan mau, dia langsung pergi" jelas Wahyu.
" kamu masih mencintainya?" tanya hafidz.
Wahyu mengangguk. Mendengar jawaban itu sekarang justru hafidz yang menghela nafas nya panjang seakan ada beban.
" kamu juga kenapa? Kaya nya ada sesuatu, kata nya ada yang mau di omongin?" Wahyu balik bertanya.
" kamu masih sangat mencintai Zahra?" tanya hafidz lagi.
" kenapa kamu bertanya soal itu?" kali ini Wahyu jadi bingung dengan sikap hafidz yang tak seperti biasanya.
" bagaimana jika ada yang ingin melamar Zahra?" hafidz masih bertanya.
Wahyu yang tadi nya mengambil gelas minuman di depan nya menghentikan gerakannya dan meletakkan kembali gelas keatas meja.
" apa maksud kamu? Apa ada yang melamar Zahra? Siapa orang nya? Apa aku kenal? Atau jangan-jangan salah satu ustadz di pondok?"
Bertubi-tubi pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Wahyu tentu saja dia terkejut dengan perkataan hafidz barusan.
Hafidz terdiam tak bisa menjawab.
" jawab fiz, apa itu benar?" desak Wahyu.
" iya, semua benar" jawab hafidz berat.
" apa maksud kamu siapa orang nya?" Wahyu sangat tidak sabar.
Hafidz menyapu wajahnya dengan kasar sangat berat bagi nya mengatakan nya sekarang tapi cepat atau lambat semua pasti akan ketahuan.
" Wahyu pukul saja aku sekarang, kalau perlu buat saja aku babak belur sekarang..." ucap hafidz putus asa.
Mendengar itu Wahyu sangat bingung dan belum bisa memahami situasi yang di hadapi nya sekarang.
" fiz, tolong jelaskan?" kali ini dengan nada yang datar tapi tegas karena dia berusaha menebak tapi tak bisa mendapatkan jawaban yang masuk akal bagi nya.
" lusa aku dan Abi akan menemui Abah Zahra.. Untuk melamar nya?" kalimat itu pun akhirnya keluar.
" melamar untuk siapa?" tanya Wahyu lagi.
" Abi meminta ku untuk menikah dengan Zahra"
Mendengar itu Wahyu terdiam namun raut wajahnya langsung berubah, genggam tangan nya pada gelas makin kencang berusaha menahan diri.
" menikah dengan kamu? Bukan kah kamu sudah punya istri?" tanya Wahyu lagi.
" Zahra akan menjadi istri kedua ku." jelas hafidz.
Mendengar itu Wahyu tidak tahan lagi dia menghempaskan gelas di tangan nya kemeja dengan sangat keras membuat gelas itu seketika retak dan hampir pecak karena benturan keras kemeja Wahyu masih memegangi gelas itu dengan genggaman nya dan terlihat ada cucuran darah mengalir dari tangan Wahyu.
" kamu gila ya, fiz. Istri kedua apa maksud kamu? Kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan? Mentang-mentang aku memutuskan pernikahan dengan Zahra begitu saja kamu mau menikahi dia dengan seenaknya?" kali ini Wahyu meninggalkan suaranya.
" Wahyu tenang, kamu dengarkan dulu penjelasan ku" hafidz berusaha menenangkan.
" Aku sama sekali tidak berniat begitu tapi semua kemauan abi" hafidz masih berusaha menjelaskan.
" Kemauan abi, kenapa? Mentang-mentang beliau seorang kyai bisa seenaknya begitu..."
Tanpa sadar Wahyu berkata demikian namun seketika terdiam karena dia tau perkataan nya sudah sangat keterlaluan, hafidz pun juga ikut terdiam dia tak punya pembelaan ataupun pembenaran.
" Kenapa kamu menyetujui nya?" tanya Wahyu dan kali ini memelankan suara nya.
Keduanya sangat lelah dan banyak pikiran sekarang.
" Aku sudah berusaha menolaknya tapi aku tidak bisa apa-apa ketika istri ku sendiri menyetujui nya" cerita hafidz.
" Bagaimana bisa?" Wahyu masih tidak habis pikir.
Hafidz tidak menjawab, karena bagi nya itu rahasia rumah tangga nya dia tidak tega mengatakan bahwa semua karena mereka yang tidak bisa memberikan keturunan.
semua sulit bagi hafidz dan Wahyu pun demikian, hafidz menceritakan ini kepada Wahyu karena sebagai teman dia tidak ingin semua berantakan.