Hampir empat tahun menjalani rumah tangga bahagia bersama Rasya Antonio, membuat Akina merasa dunianya sempurna. Ditambah lagi, pernikahan mereka langsung dianugerahi putri kembar yang sangat cantik sekaligus menggemaskan.
Namun, fakta bahwa dirinya justru merupakan istri kedua dari Rasya, menjadi awal mula kewarasan Akina mengalami guncangan. Ternyata Akina sengaja dijadikan istri pancingan, agar Irene—istri pertama Rasya dan selama ini Akina ketahui sebagai kakak kesayangan Rasya, hamil.
Sempat berpikir itu menjadi luka terdalamnya, nyatanya kehamilan Irene membuat Rasya berubah total kepada Akina dan putri kembar mereka. Rasya bahkan tetap menceraikan Akina, meski Akina tengah berbadan dua. Hal tersebut Rasya lakukan karena Irene selalu sedih di setiap Irene ingat ada Akina dan anak-anaknya, dalam rumah tangga mereka.
Seolah Tuhan mengutuk perbuatan Rasya dan Irene, keduanya mengalami kecelakaan lalu lintas ketika Irene hamil besar. Anak yang Irene lahirkan cacat, sementara rahim Irene juga harus diangkat. Di saat itu juga akhirnya Rasya merasakan apa itu penyesalan. Rasya kembali menginginkan istri dan anak-anak yang telah ia buang.
Masalahnya, benarkah semudah itu membuat mereka mau menerima Rasya? Karena Rasya bahkan memilih menutup mata, ketika si kembar nyaris meregang nyawa, dan sangat membutuhkan darah Rasya. Bagaimana jika Akina dan anak-anaknya justru sudah menemukan pengganti Rasya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Menguras Emosi
“Mas, Aqilla dan Asyilla anak Mas! Di IG mereka butuh darah Mas! Mereka sekarat, Mas! Mereka beneran sekarat!”
“MATAMU BUTA? IRENE SEDANG KESAKITAN SEMENTARA KEHAMILANNYA BERMASALAH!”
Teriakan Akina yang menuntut Rasya menyumbangkan darahnya, dibalas bentakan hingga orang-orang di sana menjadikan mereka pusat perhatian. Namun, Akina yang muak sengaja mengepalkan tangan kanannya erat kemudian membogem mulut Rasya.
Irene yang awalnya pura-pura kesakitan refleks diam dengan ulah brutal Akina. Namun karena Akina nekat mencengkeram kerah kemeja Rasya kemudian menyeretnya paksa ke IGD, Irene kembali meraung-ruang kesakitan. Irene sampai berangsur duduk dan kedua tangannya makin sibuk menahan perutnya yang sudah besar.
Rasya yang paling tidak bisa melihat Irene kesakutan, menggunakan kedua tangannya untuk mendorong tubuh Akina sekuat tenaga. Tubuh Akina yang sebenarnya sudah sangat rapuh, sampai menghantam tembok di sebelahnya.
“TOLONG MAS, ... ANAK-ANAKMU SEKARAT DI DALAM IGD SANA. ANAK-ANAK SANGAT BUTUH DARAH KAMU! ISTRI KESAYANGANMU BISA DENGAN ORANG LAIN DULU!” Akina meraung-raung. Sembari kembali berusaha bangkit dan dibantu beberapa orang di sana, ia menceritakan hubungannya dengan Rasya.
Namun, Rasya cuek dan malah menyuruh pengawalnya untuk mengusir Akina. Tak peduli meski Akina terus berkoar-koar mengabarkan bahwa Aqilla dan Asyilla yang jelas darah dagingnya, tengah sekarat.
“Aqilla dan Chilla butuh darahmu Maassss! Stok darah sedang habis! Kamu manusia apa iblisss hahhh? Heh Irene! Demi apa pun, demi semua yang ada di semesta ini, sumpah serapah semua keburukan aku pastikan akan selalu menyertaimu! KAMUUUU ... KAMUUU AKAN MERASAKAN SEMUA DERITA MELEBIHI APA YANG SEDANG AKU RASAKAN!” Akina terus berteriak, tapi siksa dari pengawal Rasya yang ia dapat.
Orang-orang di sana, termasuk satpam yang datang, sampai memperkarakan pengawal Rasya. Sebab pria kekar itu tak hanya mendorong-dorong tubuh Akina sekuat tenaga agar Akina tak terus mengikuti Rasya yang kembali memborong Irene melakukan perawatan. Sebab pengawal tersebut sampai menampar bahkan kali ini nyaris membogem wajah Akina andai kepalan tangannya tidak ditahan Zeedev.
Padahal yang Akina lihat, tadi Alina yang datang dengan berlari. Namun, ternyata yang Alina lakukan ialah langsung mengejar Rasya.
Rasya yang baru berhasil menaruh Irene di kursi roda, mendadak syok lantaran tubuhnya terlempar sesaat setelah diterjang oleh Alina. Alina yang awalnya lari sangat kencang penuh.rmosi, memang refleks loncat kemudian menendang kepala maupun tubuh Rasya.
“Bajiiinggaaaan! Ibbbliiiiiiisssss!!!” Alina berteriak lantang.
“Kamu pikir, mentang-mentang aku diam. Kamu pikir aku masih punya kesabaran untuk berhadapan dengan ibliiiissss seperti kalian!” teriak Alina lagi. Ia yang awalnya fokus menatap marah Rasya, terusik oleh adanya Irene.
Irene, iya, Alina yakin semua masalah yang membuat hidup Akina dan anak-anak hancur, biang keroknya memang Irene. Dalam sekejap, Alina yang sudah sangat emosi, bisa ada di hadapan Irene. Kedua tangannya Segera menjambak rambut panjang lembut dibuat bergelobang mirip Irene. Penuh emosi setelah kehancuran yang Akina dan ketiga anaknya alami, Alina sengaja menghantamkan dahinya sekuat tenaga ke dahi Irene. Tak peduli mesk Irene begitu ketakutan bahkan wanita itu tengah hamil besar.
Satu kali hantaman benar-benar sudah membuat Irene nyaris sekarat. Rasya teriak-teriak parah, tapi kenyataan tersebut makin membuat Alina tertantang.
“DARAH HARUS DIBAYAR DARAH! NYAWA HARUS DIBAYAR NYAWA!” emosi Alina sembari mencekik leher Irene sekuat tenaga meski tatapannya masih menatap tajam kedua mata Rasya.
“APA YANG KALIAN LAKUKAN, KENAPA KALIAN HANYA DIAM?! CEPAT PANGGILKAN POLISI HENTIKAN WANITA INI!” teriak Rasya langsung terpejam pasrah ketika Alina yang meski sudah berhenti mencekik Irene, malah sengaja meludahi wajah Irene.
“Aku pastikan, semua iblis di seluruh penjuru kehidupan ini akan selalu mengikuti kalian. Apalagi kalian dengan sengaja membunuh anak-anak Akina!” lantang Alina. “Aku tunggu panggilan dari kepolisian yang akan kamu berikan kepadaku! Ayo kita selesaikan semuanya dan bila perlu diviralkan!'' tegas Alina yang bergegas pergi dari sana.
Dharen yang memang ada di sana tapi sengaja membiarkan sang istri mengamuk. Dharen hanya jaga-jaga dari kejauhan, langsung mengacungkan jari tengah tangan kanannya kepada Rasya maupun Irene, penuh emosi. Ia mengikuti Alina yang bisa ia pastikan akan ke Akina maupun si kembar.
“Bajingan kalian semua!” batin Irene yang sampai detik ini hanya berani bicara dalam hati. Ia benar-benar kesakitan, tapi bukan kesakitan yang meraung-raung layaknya ketika Akina memaksa Rasya menyumbangkan darahnya.
“SAMPAI MATI PUN AKU TIDAK AKAN RELA ANAK-ANAK AKINA MENDAPATKAN DARAH DARI KAMU! JANGAN KHAWATIR, SUDAH ADA MANUSIA PUNYA HATI YANG SEDANG KE SINI UNTUK MENYUMBANGKAN DARAHNYA!” teriak Alina dari depan sana.
Detik itu juga, Irene lupa untuk pura-pura kesakitan. “Anak-anak Akina bakalan dapat donor darah, ... berarti mereka enggak jadi mati?” batin Irene.
“Saya tahu kamu bekerja, tapi cara kamu menganiaya wanita yang sudah terluka separah ini, tidak akan pernah bisa dibenarkan!” ucap Zeedev yang memang sudah menelepon polisi untuk menangkap pengawal Rasya.
Pengawal Rasya sendiri sudah diamankan oleh satpam dan memang masih ada di hadapan Zeedev. Sementara di depan IGD, beberapa keluarga Akina yang ada di Jakarta sudah berdatangan. Mereka masih ribut mencari donor darah untuk si kembar, meski Alina yang tadi baru datang, sudah langsung menyebut Yusuf—mantan suaminya, bergolongan darah O. Kini saja, Akina akan langsung menjemput Yusuf menggunakan motor agat lebih cepat sampai.
“Darah Ucup memangnya seberapa banyak? Lebih banyak lebih baik. Andai enggak kepakai semua, bisa didonorin ke yang lain. Soalnya aku pernah baca data karyawan, ada beberapa yang bergolongan darah O. Bentar aku cek datanya. Tiga menit!” ucap Rain yang membiarkan sang papa pergi. Papi Ojan berdalih ingin silaturahmi ke Rasya yang sudah sangat kebangetan.
“Badai pasti berlalu ... badai pasti berlalu!” ucap mommy Rere memeluk Akina erat. Dalam pelukannya, Akina meraung-raung. Akina berdalih dirinya sangat marah kepada Allah yang terus saja melukai anak-anaknya.
“Enggak boleh gitu, Sayang ... istighfar ... istighfar, pasti ada hikmah di balik semua ini!” ucap ibu Rere.
“Allah boleh saja mengujiku. Sesakit apa pun aku ikhlas. Namun, tolong jangan lewat anak-anakku! Adiknya si kembar, ... dan sekarang si kembar, mommy!” isak Akina terus menolak diobati.
“Kalau kamu enggak diobati, nanti siapa yang rawat anak-anak? Mereka butuh kamu!” yakin ibu Rere.
Zeedev yang sudah di sebelah keduanya berkata, “Diobati di ruangan dekat anak-anak saja. Tenangkan pikiranmu meski ini memang berat. Pelan-pelan,” ucapnya mendadak tak bisa berkata-kata. Sebab cobaan yang harus Akina rasakan benar-benar luar biasa. Namun untuk Rasya, Zeedev rasa tidak perlu meminta bantuan hukum apalagi polisi. “Pembunuh bayaran lebih cocok buat orang seperti Rasya!” pikir Zeedev.
harus dicerna dan dibaca ulang
aaah pokok nya nih cerita bikin hilang smua pikiran, apalgi yg bikin stres hilang smuaaaa..krn ketawa lg ketawa...
g tau nih ka Ros ketitisan apa sampe2 bikin cerita absurd bangeeet...🤣🤣👍👍👍👍👍