Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13.
Mata James membulat sampai lengannya ia jauhkan dari sisi tubuhnya, melihat Eleanor memeluk tubuhnya. Ia tidak menduga Eleanor bereaksi seperti ini pada dirinya.
Eleanor tanpa sungkan memeluknya dengan erat, begitu ia mengatakan 'iya' telah memafkan Eleanor, dan setuju menikah dengan Eleanor.
"Aku senang sekali, terimakasih sudah percaya padaku!" ucap Eleanor tersenyum senang, sembari semakin erat memeluk James.
"Oh, i.. iya!" jawab James canggung.
Ia merasa sungkan untuk membalas pelukan Eleanor, yang tidak ia duga sangat bersemangat setelah ia maafkan.
Sebelumnya James lebih bersemangat, saat mendengar Bibinya jauhnya, Olivia, akan menjodohkannya dengan Eleanor.
James ingat betul, kalau ia dan Eleanor besar bersama saat mereka masih kecil, sebelum ia pergi keluar negeri melanjutkan sekolahnya, dan membantu perusahaan Ayahnya.
Sejak mereka berpisah, ia tidak pernah bertemu dengan Eleanor lagi. Kesan terakhir yang masih ada dalam ingatan James, tubuh kecil Eleanor berlari mengejar mobil orang tuanya sembari menangis dengan sedihnya.
Kepergian mendadaknya pergi melanjutkan sekolah keluar negeri, tidak ia beritahukan kepada Eleanor.
Eleanor kecil hanya bisa ia lihat lewat kaca mobil dari dalam mobil, tanpa sempat saling mengucapkan selamat tinggal dengan Eleanor.
Sampai ia tumbuh besar beberapa tahun di luar negeri, ia masih selalu ingat dengan Eleanor, dan ingin sekali bertemu kembali dengan Eleanor.
Saat ia telah mengambil alih grup Sebastian, setelah orang tuanya meninggal, ia mendapat telepon dari Bibinya, dan menyebutkan nama Eleanor.
James tanpa ragu lagi setuju di jodohkan Olivia dengan Eleanor, tanpa berpikir dua kali untuk mempertimbangkannya.
Saking gembiranya ia pun langsung menghubungi Eleanor, setelah Olivia memberikan nomor ponsel Eleanor. Tapi, ia tidak menduga, ternyata Eleanor telah memiliki seseorang yang ia cintai.
Hatinya hancur mendengar kata-kata kasar Eleanor, dan nada yang begitu ketus tidak ingin di jodohkan dengannya.
Itu terjadi seminggu yang lalu, dan hari ini Eleanor tiba-tiba berubah setuju menikah dengannya, membuat ia merasa bimbang dengan perubahan sikap Eleanor.
Dan, yang paling tidak ia duga Eleanor tidak mengingat sedikit pun tentang dirinya. Ternyata selama ini, hanya ia saja yang mengingat Eleanor.
James merasakan pelukan Eleanor semakin erat, membuat ia hampir sesak nafas. Ia pun mencoba melepaskan pelukan Eleanor.
"E.. Elea.. haah.. haahh.. aku.. aku tidak dapat bernafas" ucap James dengan suara tertekan.
" Apa?? a.. aku tidak sengaja karena terlalu senang, ma.. maaf aku, maaf!" Eleanor dengan cepat melepaskan pelukannya.
Eleanor membenarkan jas James yang kusut karena ulahnya, sembari memperlihatkan senyuman termanisnya.
James terpaku melihat raut wajah Eleanor yang cantik, yang baru ini ia tatap lekat dari jarak dekat.
Perubahan wajah Eleanor kecil yang manis, semakin cantik seraya Eleanor bertumbuh dewasa.
"Kalau begitu, aku permisi pulang, besok siang aku akan jemput kamu makan siang di luar!" James mundur satu langkah kebelakang, memberi jarak antara mereka.
Melihat James mundur, Eleanor melangkah maju mendekati James kembali. Dan membuat James membentur badan mobilnya.
"Eleanor, kamu mau apa? ini sudah malam, masuklah ke rumah, kamu harus beristirahat!"
Tubuh James menempel pada badan mobil, tidak bergerak karena jarak Eleanor semakin merapat padanya. Ia masih belum mempercayai Eleanor tulus untuk menikah dengannya.
Ia masih canggung untuk akrab dengan Eleanor, karena bisa saja ia hanya sebagai pelarian Eleanor, untuk membalas dendam pada lelaki itu.
Melihat James begitu canggung padanya, Eleanor berjinjit pada ujung sepatunya, lalu menarik bahu James untuk menunduk.
Cup!
Satu kecupan mendarat pada bibir James, dan tubuh James seketika membeku dengan mata membulat tidak percaya.
"Sampai jumpa besok siang, James" Eleanor tersenyum hangat menatap James, yang mematung tidak bergerak.
"Sa.. sampai jumpa besok siang, Elea" jawab James dengan kaku.
Eleanor kemudian mundur memberi ruang pada mereka berdua, agar James dapat membuka pintu mobil.
Masih dengan keadaan terpaku seperti bermimpi, James masuk ke dalam mobilnya.
Eleanor tersenyum lucu melihat raut wajah membeku James. Sepertinya James sangat terkejut, karena ia tiba-tiba mencium James tanpa permisi.
Bersambung......