Jiang Shen, seorang remaja berusia tujuh belas tahun, hidup di tengah kemiskinan bersama keluarganya yang kecil. Meski berbakat dalam jalan kultivasi, ia tidak pernah memiliki sumber daya ataupun dukungan untuk berkembang. Kehidupannya penuh tekanan, dihina karena status rendah, dan selalu dipandang remeh oleh para bangsawan muda.
Namun takdir mulai berubah ketika ia secara tak sengaja menemukan sebuah permata hijau misterius di kedalaman hutan. Benda itu ternyata menyimpan rahasia besar, membuka pintu menuju kekuatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sejak saat itu, langkah Jiang Shen di jalan kultivasi dimulai—sebuah jalan yang terjal, berdarah, dan dipenuhi bahaya.
Di antara dendam, pertempuran, dan persaingan dengan para genius dari keluarga besar, Jiang Shen bertekad menapaki puncak kekuatan. Dari remaja miskin yang diremehkan, ia akan membuktikan bahwa dirinya mampu mengguncang dunia kultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Mendaftar Turnamen
Tiga bulan penuh kerja keras akhirnya berbuah hasil. Kini Jiang Shen sudah mencapai ranah Pembangunan Fondasi level 10, dan waktunya menunjukkan dirinya pada dunia. Tujuannya jelas—Turnamen Generasi Muda Kota Jinan.
Pagi itu, jalanan menuju pusat kota Jinan penuh sesak. Spanduk-spanduk kain merah tergantung di sudut-sudut jalan, dan suara riuh para pedagang bercampur dengan teriakan para pemuda yang hendak mendaftar.
Jiang Shen melangkah dengan langkah tenang. Pakaian sederhananya jelas membuatnya tampak berbeda dibanding para peserta lain yang mengenakan jubah mewah, ikat kepala bersulam emas, atau membawa senjata pusaka yang berkilauan.
Tatapan orang-orang segera jatuh padanya. Beberapa mendengus meremehkan.
“Huh, lihat tuh … pakaiannya bahkan compang-camping, berani-beraninya ikut turnamen?”
“Sepertinya cuma umpan untuk mempermalukan diri sendiri …”
“Kasihan, mungkin dia berpikir dengan memiliki sedikit kekuatan dirinya akan beruntung memenangkan turnamen ini.”
Tawa mengejek pecah, tapi Jiang Shen sama sekali tidak terganggu. Wajahnya tetap dingin, langkahnya lurus tanpa ragu. Dalam hati ia hanya mengulang satu hal: “Aku datang untuk meningkatkan diriku, bukan untuk mempedulikan hinaan mereka.”
Kerumunan tiba-tiba menjadi gaduh. Riuh suara orang-orang berubah menjadi bisikan penuh kagum dan takut.
“Lihat! Itu … itu Tuan Hong Baili!”
“Penguasa Kota Jinan!”
“Auranya … bahkan dari jauh terasa menekan dada!”
Jiang Shen pun menoleh, dan pandangannya jatuh pada seorang pria berusia sekitar 60-an tahun. Rambutnya sebagian sudah memutih, tapi tubuhnya tegap dan matanya tajam bagai elang. Setiap langkahnya penuh wibawa, dan aura qi yang ia pancarkan membuat udara bergetar.
Di sekelilingnya, puluhan kultivator elit berjalan mengawalnya, masing-masing membawa tanda kebesaran keluarga Hong. Suasana seketika penuh hormat, bahkan beberapa orang langsung berlutut dengan kepala tertunduk.
“Hong Baili …” Jiang Shen bergumam pelan. Dari bisikan orang-orang di sekitarnya, ia mendengar jelas:
“Dia ada di ranah Raja … tapi tak ada yang tahu level pastinya.”
“Dengan kekuatan sebesar itu, siapa yang bisa menentangnya di kota ini?”
Hong Baili tidak banyak bicara. Tatapannya hanya menyapu arena, memeriksa barisan meja pendaftaran, memastikan segalanya berjalan sesuai rencana. Meski tak menujukan niat membunuh, sekadar auranya saja membuat banyak orang keringat dingin.
Setelah rombongan besar itu lewat, suasana kembali hidup. Giliran Jiang Shen maju ke meja pendaftaran.
Seorang petugas dengan wajah kaku mengangkat kepalanya, sedikit terkejut melihat penampilan Jiang Shen yang sederhana. Namun sesuai aturan, dia tetap mengulurkan tangan.
“Token identitas.”
Jiang Shen mengeluarkan sebuah token kayu lusuh dari dalam sakunya. Meski sederhana, token itu asli, dan petugas mengangguk ringan.
“Biaya pendaftaran, sepuluh koin perak.”
Jiang Shen dengan tenang mengeluarkan kantung kecil, meletakkan koin perak yang sudah ia siapkan. Denting koin itu terdengar jelas, membuat beberapa peserta lain melirik dengan senyum sinis.
Petugas lalu menyerahkan sebuah plakat giok berukir nomor.
“No urut tujuh puluh lima. Simpan baik-baik, ini tanda bahwa kau resmi seorang peserta.”
Jiang Shen menerima plakat itu. Jemarinya menggenggam erat, dan untuk sesaat ia menatap ukiran angkanya. Dalam hati ia sedikit terkejut.
“Sudah ada tujuh puluh lima orang? Tidak kusangka sebanyak ini pemuda berbakat yang ikut …”
Keramaian di sekitarnya semakin bergemuruh, tapi Jiang Shen tetap berdiri tegap. Tatapan meremehkan, suara ejekan, bahkan aura menekan dari orang-orang yang lebih kuat—semua itu tidak mampu menggoyahkan tekadnya.
Turnamen ini bukan hanya tentang kemenangan. Bagi Jiang Shen, ini adalah panggung pertama untuk membuktikan dirinya.
...
Turnamen tinggal tiga hari lagi. Kota Jinan semakin ramai, suara pasar dan keramaian pemuda-pemudi berbakat terdengar di setiap sudut. Namun, di sebuah penginapan sederhana di sudut kota, Jiang Shen duduk bersila di dalam kamar.
Matanya terpejam, aliran qi di tubuhnya mengalir deras, tapi wajahnya sedikit tegang.
“Ranah Pembangunan Fondasi level 10 … tinggal selangkah lagi menuju Inti Emas,” gumamnya dalam hati.
Namun, langkah itu bukanlah hal sepele. Membentuk dantian bukan sekadar mengumpulkan qi, tapi melahirkan inti baru di dalam tubuh. Menurut ingatan dari Sesepuh Hun Zhen yang diwariskan kepadanya, proses itu berbahaya sekaligus menentukan masa depan kultivator. Satu kesalahan kecil, bisa menyebabkan runtuhnya fondasi, bahkan tubuh bisa lumpuh permanen.
Dalam ingatan Hun Zhen, ada sebuah pil yang dapat membantu kultivator melewati tahap krusial ini—
Pil Inti Emas, pil kelas tiga.
Dengan pil itu, keberhasilan membentuk dantian akan melonjak drastis.
Sayangnya … Jiang Shen membuka matanya, menghela napas panjang.
“Bahan-bahannya … aku tidak punya. Uang? Hanya sisa beberapa koin perak.”
Keningnya berkerut. Tekadnya keras, tapi kenyataan di depan mata tidak bisa dipungkiri. Lalu, seolah kilat menyambar pikirannya, sebuah ide muncul.
“Jika aku tidak punya uang, maka aku harus mencarinya dengan cara lain …”
Ingatan Hun Zhen kembali berputar. Di dalamnya tersimpan ribuan pengetahuan tentang alkimia, ramuan, dan resep pil kuno.
Salah satunya adalah resep Pil Darah Phoenix, pil tingkat empat. Pil langka yang bahkan alkemis besar pun akan meliriknya.
Meskipun Jiang Shen tahu, ia sendiri belum mampu meracik pil tersebut karena keterbatasan alat dan tingkatannya, namun menjual resepnya saja sudah cukup untuk mendapatkan banyak kekayaan.
Keyakinan bersinar di matanya.
“Ini … ini satu-satunya jalan. Resep ini bukan palsu, sumbernya jelas dari seorang Sesepuh Alkemis agung. Tidak mungkin tidak laku.”
Tanpa ragu, ia mengambil selembar gulungan kertas khusus dari dalam tasnya. Dengan hati-hati ia menulis ulang resep Pil Darah Phoenix, setiap detail bahan, tata cara pemurnian, hingga proses akhir. Tangannya stabil, setiap goresan tinta terlihat jelas dan penuh makna.
Setelah selesai, Jiang Shen meniup perlahan gulungan itu agar tinta mengering. Ia menggulungnya rapat, lalu menyimpan di dalam lengan bajunya dengan hati-hati.
“Baiklah … tujuan berikutnya—Kamar Dagang Terbesar di Kota Jinan.”
Ia bangkit berdiri, menepuk-nepuk debu dari pakaiannya. Meski sederhana, tatapannya kini berbeda: penuh tekad, penuh keyakinan.
Tanpa menunda lebih lama, Jiang Shen keluar dari penginapan dan melangkah menuju jalan utama kota. Bangunan tinggi dengan atap melengkung, bendera-bendera besar bertuliskan lambang kamar dagang berkibar anggun di kejauhan. Itulah tempat di mana ia akan menjual rahasianya.
Dan mungkin … langkah awal menuju terobosan besar.
MC nya belom mengenal luas nya dunia karena belom berpetualang keluar tempat asal nya,hanya tinggal dikota itu saja
Jangan buat cerita MC nya mudah tergoda pada setiap wanita yg di temui seperti kebanyakan novel2 pada umum nya,cukup 1 wanita.