Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Alana tengah duduk menonton televisi di kamar. Dia sedari tadi gelisah dan tidak tenang. Alana tidak bisa tidur karena dia ingin menunggu Arthur dan bertanya mengenai perempuan bernama Cintia tersebut. Alana duduk di pinggir kasur, sudah hampir jam 11 malam namun Arthur belum juga pulang. Dia duduk diatas kasur, menatap layar televisi yang hitam sendirian. Hingga didalam penantiannya dia pun tertidur.
Arthur datang, melihat kekasihnya itu tertidur dalam keadaan masih duduk diatas kasur. "Kenapa kamu tidur seperti ini?" ucap ya sambil menepuk pundak sang kekasih.
" Kamu udah pulang?" tanya Alana perlahan membuka matanya, melihat pria yang mengaku sebagai kekasihnya itu telah pulang.
" Em.. Tidurlah yang benar." ucap Arthur.
Alana duduk diatas kasur, dia memandangi arthur. " Tadi ada seorang perempuan yang cantik datang ingin menemui mu. Katanya dia adalah rekanmu.
" Aku tahu." ucap Arthur, tentu dia sudah tahu dari anak buahnya.
" Apa dia memang hanya temanmu?" tanya Alana.
Arthur lalu duduk diatas kasur, tepatnya disamping sang kekasih. Sambil memandangi Alana dia berkata, " Kami saling mengenal di tempat kerja. Ada beberapa kesamaan diantar kami. Tapi itu bukan yang ada di pikiran mu. Aku seorang yatim piatu. Sedangkan Cintia kehilangan ibunya. Kami saling memahami satu sama lain sebagai teman. Namun belakangan ini, Cintia berusaha untuk lebih dekat denganku. Jadi, aku menarik garis diantara kami dengan menegaskan jika kami hanya bisa berteman. Ini keseluruhan ceritanya. Jika kamu ingin penasaran dengan sesuatu. Tanyakan saja padaku."
Alana mengangguk mengerti, akan tetapi pasangan mereka seolah tidak ingin berpaling. Arthur perlahan lebih mendekati Alana, perlahan tangannya mulai nakal membuka kancing baju tidur Alana. Menyadari jika kancing bajunya sudah terlepas, Alana segera beralasan, " Aku enggak mau tahu lagi. Aku ingin tidur."
Namun saat Alana hendak berbaring, Arthur menarik tubuh Alana hingga mereka berciuman. Ciuman berlangsung lama, hingga Arthur menindih tubuh Alana. Dalam malam ini, akan menjadi malam yang panjang untuk Alana dan Arthur.
Alana menuruni tangga menuju lantai bawah, sesekali dia melihat kebelakang memastikan Arthur mengikutinya atau tidak. Diam-diam menuruni tangga, sambil melihat-lihat sekitar.
" Nona Alana!" Panggil Bara mengejutkan Alana.
" Kamu mengejutkan ku saja." ucap Alana sambil mengusap dadanya.
" Nona kok langsung keluar dari kamar? padahal tuan Arthur belum juga bangun." tanya Bara.
" Aku mau keliling rumah. Buat apa aku harus di kamar menjaga terus." ucap Alana langsung berjalan menuju dapur.
" Kalau kamu mau mengikuti ku, ayo!" seru Alana langsung pergi diikuti oleh bara dari belakang.
Alana mendekati dapur, disana terlihat bibi Sinta dengan kedua pelayan yang lain tengah sibuk memasak.
" Selamat pagi bi Sinta." sapa Alana dengan ramah tak lupa dengan senyuman manisnya.
" Pagi nona."
" Bibi lagi masak apa nih? aromanya enak banget." seru Alana mencium aroma kari buatan bibi sinta.
" Lagi buatkan kari ayam, non. nona Alana duduk saja dulu. Sebentar lagi kami akan siapkan." ujar bibi Sinta tengah sibuk memotong kentang.
" Enggak dulu bi, aku hanya ingin jalan-jalan. em.. Ada yang bisa aku bantu?"
" Enggak usah. Ini udah ada Ida dan Fatma. Jadi nona Alana duduk saja."
" Jangan panggil nona. panggil Alana saja. Kalau begitu aku mau keliling rumah deh."
" Tapi non, jangan kesana ya. Kebetulan disana ada kandang harimau. Jadi sangat berbahaya."
" oh iya, pak Arthur sempat bilang kok. Tapi kemarin aku sama intan enggak diajak ke situ?"
" Intan baru tinggal disini. Jadi memang aku tidak mengizinkan intan untuk pergi ke kandang harimau, berbahaya. Em.. Terima kasih ya nona Alana. Sudah menjaga intan dengan baik. Aku sampai lupa mengatakannya."
" Aduh bibi Sinta, enggak usah bilang begitu. Emang Intan anaknya baik kok. Kalau begitu aku jalan-jalan dulu ya bi. Ingat, panggil aku alana ya."
Alana pergi menuju kandang harimau, meski dia sudah dilarang oleh bara. Namun Alana tetap nekat bahkan kabur dari pengawasan bara. Alana mengelilingi luar kandang harimau. Terlihat dua ekor harimau putih tengah bermain. Alana terlihat senang ketika melihat binatang buas tersebut.
Alana memicingkan matanya ketika melihat dua ekor harimau tersebut tiba-tiba bersembunyi di balik pohon. Namun saat Alana hendak serius, seekor harimau datang dan hendak menerkam alana dari dalam kandang. Beruntung Arthur dengan cepat menarik tangan Alana untuk menjauh dari kandang. Teriakan Arthur saat memanggil nama Alana membuat asisten serta para pengawal berlari menuju tempat Arthur dan akan berada.
" Kalian! Segera meminta semua orang untuk berkumpul di ruang tamu!" teriak Arthur dengan tatapan tajam kepada para anak buahnya.
Di ruangan tamu, semua pekerja berdiri menunduk. Arthur menarik tangan Alana mereka berdiri, tatapan mata Arthur tajam dan wajahnya memerah.
" Siapa yang sudah membiarkan dia pergi ke kandang harimau!" bentak Arthur.
Semua pekerja menunduk, tidak ada yang berani menjawab.
" Cepat jawab! Siapa yang sudah membiarkan Alana pergi ke kandang harimau!" bentak Arthur sekali lagi.
Bara melangkah maju sambil menunduk, "Saya tuan." Jawabnya dengan penuh ketakutan.
" Jadi itu kamu, bara." ucap Arthur berjalan mendekati bara dan langsung menamparnya dengan keras.
Arthur hendak ingin menghajar bara, beruntung Alana menarik tangan Arthur serta teriakan bibi Sinta yang mencoba untuk menghentikan.
" Hentikan! Aku yang menyelinap keluar sendiri. Bara enggak membawaku kesan. " teriak Alana terus menahan tangan Arthur untuk tidak menyiksa Bara lagi.
" Gimana kalau terjadi sesuatu padamu? Apa yang akan aku lakukan?" tanya Arthur masih dengan penuh amarah.
" Lihat, apa terjadi sesuatu padaku? Kamu mengamuk kepada semua orang meski enggak terjadi apa-apa padaku!" bentak Alana yang merasa jika Arthur sudah keterlaluan kepada Bara, padahal bukan salah Bara.
Arthur menatap tajam Bara yang sudah tersungkur ke lantai dengan darah diujung bibirnya. " pergi dari hadapanku, bara. Jangan tunjukan lagi wajah mu disini!" bentak Arthur.
Edgar dan Bagas segera membantu Bara untuk pergi dari hadapan Arthur.
" Kalian semua, keluar!" bentak Arthur kepada semua pekerjanya.
Dengan tatapan tajam Arthur memandangi wajah Alana. Dia menarik kedua tangan Alana dan mencengkam kedua lengan tangan Alana. Alana berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Arthur yang terasa sakit di lengan tangannya. Namun dirinya tidak bisa, karena cengkraman tangan Arthur begitu kuat.
" Kenapa kamu melakukan itu? Kenapa kamu selalu meminta masalah, hah!" bentak Arthur sambil menatap tajam Alana.
" Kalau kamu merasa jika aku suka mencari masalah, usir saja aku dari rumah mu." jawab Alana yang terus mencoba melepaskan tangan Arthur.
" Aku tidak akan pernah melakukannya."
" Lepaskan aku!"