NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Mandi Hujan

Saat mobil mereka mendekati markas Ricardo, Adira baru menyadari bahwa bangunan yang ada di depannya memiliki sebuah rooftop.

Pemandangan itu membuat matanya berbinar, mengingatkannya pada masa kecilnya. Dia menoleh kepada Ricardo dengan antusias,

"Ternyata ada rooftop? Boleh aku ke sana?"

Ricardo, dengan sikap dingin namun penuh pengertian, hanya menjawab singkat,

“Tentu.”

Begitu mobil berhenti, Ricardo dan Adira keluar bersamaan. Udara di sekitar mereka terasa sedikit lebih sejuk, pertanda mendung yang semakin mendekat.

Ricardo kemudian memberi instruksi kepada Heriberto, salah satu orang kepercayaannya,

 “Bawa belanjaannya ke ruangan.”

Heriberto segera mengangguk dan mengambil tas-tas belanjaan Adira tanpa banyak bicara.

Sementara itu, Ricardo menggenggam tangan Adira dengan lembut, tanpa berkata-kata, menuntunnya menuju tangga yang mengarah ke rooftop.

Tangan Adira yang kecil terasa nyaman dalam genggaman tangan Ricardo yang besar, dan meski dia jarang mengungkapkan banyak dengan kata-kata, perasaan hangat itu selalu sampai ke Adira melalui tindakan Ricardo.

Saat mereka tiba di rooftop, pemandangan terbuka menyambut Adira. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma hujan yang mendekat.

Adira memejamkan matanya sejenak, merasakan angin menyentuh wajahnya, dan untuk sesaat dia merasa kembali ke masa kecilnya di atas ruko.

Dia kemudian membuka matanya, menoleh kepada Ricardo, dan dengan lembut berkata,

“Boleh gak aku sendirian di sini sebentar?”

Ricardo menatapnya sejenak dengan tatapan hangat yang hanya dia simpan untuk Adira. Dia mengangguk tanpa berkata-kata.

Sebelum berbalik untuk pergi, Ricardo mengelus lembut kepala Adira, sentuhan yang seolah memberikan rasa aman dan ketenangan.

Itu adalah caranya memberi tahu Adira bahwa dia mengerti dan akan memberinya waktu yang dia butuhkan.

Setelah Ricardo pergi, meninggalkan Adira sendiri di rooftop, Adira membiarkan dirinya tenggelam dalam suara angin dan ketenangan sekelilingnya.

Dia menatap langit yang mulai gelap, awan-awan bergulung, seolah menyatu dengan perasaannya.

Di tempat ini, dengan angin yang menerpa wajahnya, Adira merasa bisa melepaskan semua beban, meski hanya untuk sesaat.

Rooftop ini menjadi tempat yang penuh makna, tempat di mana dia bisa merasa bebas dan mengingat kenangan lama dengan lebih tenang.

Meskipun Tijuana dikenal sebagai kota yang jarang diguyur hujan, hari itu seolah alam mengerti keinginan hati Adira.

Langit yang semula hanya mendung perlahan berubah kelabu pekat, dan hujan mulai turun, setetes demi setetes.

Bagi orang lain, hujan mungkin terasa biasa saja, tetapi bagi Adira, hujan adalah momen yang istimewa, sebuah keajaiban.

Adira, yang masih berada di rooftop, membiarkan dirinya tenggelam dalam setiap tetes air yang jatuh dari langit.

Tanpa ragu, dia membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, merasakan dinginnya air hujan menyentuh kulitnya.

Wajahnya diangkat ke atas, memandang ke langit yang muram, tetapi baginya, itu adalah pemandangan yang indah.

Air hujan mengalir di pipinya, membasahi rambutnya, dan membuat seluruh tubuhnya sejuk.

Dia tidak peduli dengan pakaian yang mulai basah atau dinginnya air yang meresap ke dalam kulit.

Ada kebahagiaan sederhana yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hati Adira dipenuhi rasa tenang dan gembira, seolah hujan ini adalah hadiah pribadi dari langit untuknya.

Di bawah hujan yang jarang turun di Tijuana, dia merasa benar-benar hidup, bebas dari segala beban, setidaknya untuk sementara waktu.

Di bawah rintik-rintik hujan itu, Adira tersenyum. Senyum yang tulus, bukan karena apa pun yang terjadi hari itu, melainkan karena hujan selalu membawa kedamaian yang dalam ke dalam jiwanya.

Ricardo, yang berada di dalam ruangan, tak dapat mengabaikan suara gemericik air yang semakin deras dari luar.

Ia mengetahui bahwa hujan yang dinanti-nanti Adira akhirnya turun. Dengan cepat, ia mengambil handuk miliknya yang terlipat rapi di sudut kamar mandi nya, bertekad untuk memastikan Adira tidak kedinginan.

Ketika Ricardo kembali ke rooftop, ia berhenti sejenak di ambang pintu, terpesona oleh pemandangan di hadapannya.

Adira berdiri dengan kedua tangan membentang lebar, merasakan setiap tetes hujan yang jatuh.

Wajahnya bersinar dengan kebahagiaan, sementara air hujan membasahi rambut dan pakaiannya, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan keceriaan.

Ricardo tidak ingin mengganggu momen indah itu. Ia memutuskan untuk menunggu, memberikan waktu bagi Adira untuk sepenuhnya menikmati keajaiban hujan yang jarang terjadi di Tijuana.

Ia memperhatikan Adira, hatinya dipenuhi rasa kasih sayang yang mendalam. Melihat senyum dan kepuasan di wajah Adira membuatnya merasa hangat, meskipun hujan turun dengan deras.

Setelah beberapa saat, Ricardo merasa khawatir. Ia tidak ingin Adira terkena demam karena cuaca yang dingin.

Dengan lembut, ia mendekat dan memanggilnya,

"Adira,"

suaranya rendah dan tenang. Adira berbalik, terkejut melihat Ricardo yang berdiri dengan handuk di tangan.

Tanpa menghiraukan ekspresi bingung Adira, Ricardo melangkah maju dan perlahan-lahan memakaikan handuk itu ke kepala Adira.

“Kau harus berhati-hati,”

katanya lembut, memperhatikan bahwa Adira tampak senang tetapi juga basah kuyup. handuk itu hangat dan nyaman, seolah memberikan perlindungan dari dinginnya hujan.

Adira tersenyum, merasa dihargai dengan perhatian Ricardo.

"Terima kasih, Ricardo,"

ucapnya, matanya berkilau bahagia. Momen itu penuh kehangatan, meskipun hujan masih turun, kedekatan mereka semakin terasa kuat.

Ricardo menuntun Adira kembali ke ruangannya dengan lembut, memastikan langkahnya mantap meskipun Adira masih terpesona oleh hujan.

Setibanya di dalam, Ricardo langsung menyuruh Adira untuk mandi air hangat.

“Kau harus menjaga dirimu agar tidak demam,”

ujarnya tegas namun penuh perhatian.

Adira mengangguk, merasakan kehangatan dari perhatian Ricardo. Ia masuk ke kamar mandi, membiarkan air hangat mengalir di tubuhnya, menghilangkan rasa dingin dan membawanya ke dalam suasana nyaman.

Setelah beberapa saat, Adira keluar dari kamar mandi, tampak segar mengenakan kaos putih lengan pendek dan celana panjang berbahan kaos yang baru dibelinya.

Ricardo, yang sedang berdiri di dekat meja kerjanya, melihat Adira dan tersenyum.

 “Duduklah di sini,”

katanya, menunjuk kursi di meja kerjanya. Adira mengikuti instruksinya, merasa nyaman dengan suasana di sekitar mereka.

Setelah Adira duduk, Ricardo menuju kamar mandi dan kembali dengan hairdryer di tangannya.

Dengan sikap tenang dan penuh perhatian, ia mulai mengeringkan rambut Adira. Suara hairdryer menggema pelan di ruangan, tetapi Adira lebih terfokus pada sentuhan lembut Ricardo.

Ketika rambutnya bergetar di bawah aliran udara hangat, Adira tersipu malu.

Ini adalah pertama kalinya ada laki-laki yang mengeringkan rambutnya. Ia merasakan kombinasi antara rasa hangat dari hairdryer dan hangatnya perhatian Ricardo.

Hatinya berdebar-debar, dan ia tidak bisa menahan senyuman.

“Ricardo…”

ia berbisik, merasa canggung namun senang.

Ricardo hanya tersenyum, matanya tetap fokus pada rambut Adira, mengabaikan rasa canggung di antara mereka.

Dalam momen itu, kehangatan di antara mereka tumbuh semakin dekat, menyatukan dua jiwa yang terpisah oleh masa lalu masing-masing.

...💙💙💙...

...Hai Readers.....

...Kalau kamu suka dengan cerita pertama ku "Luka dan Cinta", jangan lupa untuk follow aku, like, subscribe, dan vote, ya! Dukungan kalian sangat berarti untuk perkembangan cerita ini. Bagi yang merasa ceritanya seru dan ingin memberikan lebih, bisa juga kirim gift buat bantu aku buat semangat nulis!...

...Terima kasih banyak buat kalian yang sudah baca dan support!...

...Stay tuned ya, karena masih banyak kejutan di bab-bab berikutnya!...

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!