Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Walaupun Vanya dan Shaka sudah resmi bertunangan, namun mereka mendapatkan syarat khusus dari ke dua orang tua mereka dan juga sang kakek. Mereka di larang bertemu jika hanya berduaan. Harus ada yang menemani mereka. Jika tidak ada yang mendesak ataupun keperluan satu sama lain harus bertemu, maka mereka harus bisa menahan diri. Vanya menyanggupi syarat dari kedua orang tuanya. Sedangkan Shaka agak berat menerimanya. Namun ia hanya bisa menurut kali ini karena mendapatkan ultimatum langsung dari kembaran Vanya.
Pagi itu Vanya tampak kembali ceria, ia kembali mengenakan sepatu roda dari gerbang menuju gedung belajarnya. Seseorang lelaki misterius dan bermasker dengan tatapan dingin mengikuti setiap langkah Vanya. Namun lelaki itu tak ada maksud buruk, ia hanya ingin memperhatikan Vanya tanpa mau mendekat.
Sejak terbongkar nya identitas Vanya di kampus itu, tak ada lagi suara bisik-bisik yang akan membuat Vanya tak nyaman, bahkan kini semuanya ingin menjadi teman Vanya. Entah mereka tulus atau memang ada maksud lain, yang jelas Vanya tak terlalu memikirkannya.
Vanya yang tersenyum mengayun sepatu rodanya tak sadar hampir terjatuh ketika tersandung sebuah batu kerikil kecil di jalan aspal tersebut. Beruntung seseorang menyambut dirinya.
Bugh!
"Astaghfirullah, maaf dan terimakasih. Eh, Zayn."
Zayn yang menolong Vanya, ia tersenyum saat berhasil menangkap tubuh Vanya. Vanya merasa kikuk sendiri sempat berada di pelukan Zayn tanpa ia sengaja. Ternyata di balik pohon seseorang menatap tajam ke arah Zayn. Ia merasa tak suka ada lelaki lain yang menyentuh Vanya, namun ia tahu lelaki itu tak sengaja.
"Kamu tidak apa-apa Van?"
"Hhmm, sekali lagi terimakasih. Kalau begitu Anya duluan."
Baru saja Vanya akan melangkah, Zayn menahan tangan Vanya, sontak saja Vanya menoleh dan menarik tangannya.
"Maaf, ada apa Zayn?"
"Em, tidak. Maaf aku tidak bermaksud menahan kamu. Kalau begitu silahkan lanjutkan langkah kamu."
"Kenapa sulit sekali mengatakannya." Bathin Zyan.
Vanya tampak mengangguk. Ia melanjutkan langkah dengan mengayunkan sepatu roda miliknya menuju gedung belajarnya. Kebetulan pagi itu ia ada kelas pagi, namun siapa sangka ternyata saat ia tiba di depan gedung fakultas psikologi, kosma nya mengabari di grup kelas, jika dosen mereka tidak bisa mengajar pagi itu. Vanya yang sudah semangat langsung cemberut. Ia yang sudah duduk di sebuah kursi panjang hanya menghela nafas panjang setelah melepas sepatu rodanya.
Seorang lelaki bertopi dan memakai masker serta kacamata hitam ikut duduk di samping Vanya. Vanya menoleh sekilas, namun ia mengalihkan pandangan karena merasa di perhatikan sekaligus tak nyaman.
"Kenapa sih tu orang harus duduk di sini, kan kursi banyak. Dan kenapa dia menatap Anya terus, bikin tidak nyaman saja." Bathin Vanya tanpa mau menoleh.
Lelaki misterius itu hanya tersenyum dan memberikan sebotol susu rasa coklat kepada Vanya. Vanya mengernyit heran. Namun saat ia perhatikan, rasanya Vanya pernah beberapa kali bertemu dengan lelaki yang ada di sampingnya.
"Eh, kamu yang beberapa kali menolong Anya kan?" Tanya Vanya spontan. Ia mengingat penampilan lelaki yang ada di sampingnya. Tangan sang lelaki masih terulur memberikan susu botol rasa coklat tersebut yang tak di terima sama sekali oleh Vanya. Vanya yang tak mengenalnya pun enggan menerima.
"Tangan aku pegal loh Nya."
"Eh,"
Vanya seperti mengenal suara pemuda tersebut. Ia berdiri dan menarik topi dan kacamata si pemuda. Seketika Vanya melotot dan terpaku di hadapan sang pemuda. Jadi yang selama ini selalu tiba-tiba menolong dirinya itu adalah tunangannya. Yang tak lain adalah Shaka.
Shaka tersenyum setelah ketahuan dan membuka maskernya, menampakkan ketampanannya yang hakiki. Vanya tak habis pikir, kenapa ia tak pernah sadar selama ini. Padahal beberapa kali juga Shaka memang terang-terangan menolong dirinya, bahkan kembarannya saat terjadi pembegalan waktu itu.
"Assalamualaikum calon istri."
"Khem, wa'akaikumsalam." Vanya kembali ke tempat duduknya dengan menundukkan kepala. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mengawasi sekeliling jika tidak ada Vanka apalagi dua adik sepupunya yang di tugaskan untuk mengawasi dirinya dan Shaka.
"Mas nya mana? Kemarin kamu panggil aku dengan sebutan mas loh."
Pipi Vanya merona. Ia malu sendiri mengingat kejadian semalam saat ia menyematkan kata mas kepada calon suaminya itu. Namun sekarang mereka sedang berada di kampus, dan orang-orang belum ada yang tahu mengenai kabar pertunangan mereka. Karena Vanya memang sengaja menyembunyikannya hingga hari pernikahan mereka tiba.
"Ini kampus, Anya tidak mau orang-orang mendengarnya. Akan ada saatnya nanti Anya memanggil dengan sebutan mas, tapi tidak sekarang."
Shaka mengerti, ia hanya ingin menggoda calon istrinya saja, tanpa mereka sadari dari kejauhan ada seseorang yang cemburu dengan kedekatan mereka. Siapa lagi kalau bukan Zayn. Ia yang ingin mengembalikan buku Vanya yang sempat terjatuh, urung saat melihat Vanya dan Shaka terlihat akrab. Ia justru menghubungi salah satu kembarannya untuk mengembalikan buku itu kepada Vanya.
Saat Shaka dan Vanya mengobrol, lagi-lagi ada gangguan. Vanka yang baru tiba langsung duduk di antara pasangan muda mudi tersebut dan menatap calon suami adik kembarnya dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu di sini? Lupa dengan peringatan baba dan ummah, hmm?"
"Tidak, tadi hanya ingin memberikan ini saja kepada calon istri. Abang ipar jangan marah begitu, nanti cepat tua loh." Goda Shaka.
Shaka ternyata suka bercanda. Ia bukan lelaki yang benar-benar kaku dan dingin. Mungkin saja hanya kepada orang-orang yang tak dekat dengan dirinya saja ia bersikap dingin.
"Stop panggil aku Abang ipar, nyatanya kalian belum resmi sebagai pasangan suami istri." Vanka masih belum terima jika adik kembarnya sebentar lagi akan menikah. Shaka mana perduli, ia terus saja menggoda Vanka, membuat Vanka menggandeng posesif kembarannya dan ingin membawa Vanya jauh-jauh dari Shaka.
"Yok Nya, ikut Aa, Aa antar ke kelas."
"Eh, Anya tidak ada kelas A. Tadi tiba-tiba kosma Anya mengabari jika dosen yang bersangkutan tidak masuk karena ada suatu hal."
"Di sini saja kali Ka. Lagian sekarang kami tidak berdua, kan ada kamu di tengah-tengah kita. Benar kan Nya?"
Shaka semakin gencar menggoda kembaran dari calon istrinya. Vanya hanya mengulum senyum melihat wajah sang kembaran memerah karena ulah Shaka. Namun Shaka tanpa tampang tak bersalah malah mengedipkan sebelah matanya ke arah Vanya.
"Eh, mata di jaga!"
"Pis, santai Ka. Aku juga ada yang ingin aku obrolin sama kamu. Mumpung kamu sudah di sini. Anya, mas tinggal sebentar ya, pinjam dulu Vanka nya. Assalamualaikum calon istri."
"Wa'akaikumsalam."
Vanya menunduk tersenyum karena lagi-lagi Shaka berhasil membuat jantung Vanya berdebar. Sedangkan Vanka dengan terpaksa mengikuti langkah Shaka. Ia tidak membenci Shaka, hanya saja ia belum rela melepas adik kembarnya kepada orang lain. Ia akui Shaka memang lelaki yang baik, apalagi bisa menerima Vanya yang memang memiliki penyakit yang suatu saat mampu membuat Vanya pergi untuk selamanya.
......................
...To Be Continued ...
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara like, komen, and vote.
kalau shaka anak siapa ya thor?