Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Berakibat Fatal.
Pintu kamar rawat tempat Deva dirawat terbuka, gadis itu tidak terganggu oleh derap langkah kaki yang tertuju padanya.
Deva duduk dengan menyandarkan kepala di ranjang rumah sakit, kepalanya menyamping memandang ke arah jendela.
Diluar sedang hujan rintik-rintik, Deva merasa langit sedang ikut menangis bersamanya.
Sekuat apapun ia berusaha untuk menahan diri, Deva masih tak bisa menahan tangis nya. Namun kali ini tangisan nya hanya dalam diam, tak lagi histeris seperti sebelumnya.
Kretk
Suara seseorang duduk di kursi di samping ranjang rumah sakit, namun Deva tetap bergeming menatap rintikan air hujan yang sesekali menerpa kaca jendela.
“Sayangnya Om...“ suara itu begitu lirih namun masih terdengar jelas di telinga Deva.
Degh
Deva mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi-sisi tubuhnya. Ia masih terdiam, tanpa ada keinginan menolehkan kepala, hanya saja satu tangannya mengusap air mata di wajahnya. Ia tak ingin terlihat sedang menangis di depan Daniel.
“Calon anak kita sudah berada di surga, kita tinggal mendoakan nya. Om menemui mu untuk meminta maaf dan memohon ampunan, karena tak bisa bersama kamu dan calon anak kita disaat dia masih ada di dalam rahim mu.“
Mata Deva tiba-tiba memerah, akhirnya ia menolehkan wajahnya pada Daniel.
Tatapan menghuu-nus tajam dari Deva, membuat Daniel berkeringat dingin.
Glek!
Pria dewasa itu menelan saliv4 dengan susah payah, tenggorokan nya terasa seret.
“A-aku maksudnya Om menyesali semuanya, Om siap dengan segala kemarahan mu dan penghukuman mu, Honey.“
Honey! Sudah lama panggilan itu nggak aku denger darinya! Batin Deva.
“Jika kamu hanya ingin meringankan rasa bersalah mu, sebaiknya pergi! Aku nggak mau kau datang hanya karena rasa penyesalan, karena itu sudah terlambat! Anakku nggak bisa kembali padaku!!!“ Deva menjerit marah.
Dia bahkan nggak mau manggil aku Om lagi! Ck! Sabar Daniel sabar! Daniel terus menyemangati dirinya.
Daniel tau Deva akan bereaksi seperti saat ini, tapi dia tetap tak akan pantang menyerah. Gavriel sudah memberi nya tips caranya menghadapi wanita dan meluluhkan hati wanita.
Oke Daniel! Sekarang praktekkan ajaran dari Gavriel, bersikap konyol dan santai serta jangan terbawa suasana.
“Honey... Om emang nggak bisa mengembalikan calon anak kita, tapi... setelah kita menikah, Om akan membuatmu repot dengan banyak anak. Kamu mau berapa anak? Lima? Sebelas... seperti geng halilintar?“
Geng Halilintar? Sok-sok'an ingin membuat lelucon tapi menyebut keluarga aja salah, masa dia nyebut nya geng! Deva masih menampilkan raut marah meskipun dalam hatinya ada sesuatu yang menggelitik karena kekonyolan pria itu.
“Honey... ingat nggak pas kita mancing terus kamu nggak sengaja kecebur karena bandel. Om udah bilang jangan berdiri terlalu pinggir, eh kamu malah joget-joget sambil nyanyi lagu 'Gara-gara sebotol minuman'. Gini ya Om masih inget tingkah mu waktu itu...“
Daniel bangkit dari duduknya, dia paling anti berjoget-joget tapi jika itu demi meluluhkan hati Deva, apapun bakal dilakuin.
“Gara gara sebotol minuman
dia jalan sempoyongan...
Hobby anak muda sekarang
Yang penting Botol katanya..."
Daniel menggerak-gerakkan tubuhnya mengikuti yang lagi fyp di toktok dan aplikasi maya lainnya, meski terkesan gerakan jogetnya kaku yang penting dia sudah berusaha bukan?
Deva menahan dirinya agar tidak tertawa, namun sudut bibirnya berkedut ingin tersenyum mengkhianati hatinya. Ia pun memejamkan mata, tak ingin terpengaruh melihat kekonyolan Daniel. Dia masih ingin menutup hatinya dan membenci pria yang sudah mengambil sari di tubuhnya namun manjadi pengecut yang meninggalkan nya.
“CUKUP!!! Pergi...! Mama!!! Mama!!!“ Deva tiba-tiba membuka matanya kemudian berteriak-teriak histeris.
Maura yang memang menunggu diluar untuk memberi kesempatan pada Daniel, lari bersama Gavriel ke dalam ruangan saat mendengar jeritan histeris putrinya.
Daniel terlihat sudah memeluk tubuh Deva untuk menenangkan, namun perempuan itu memberontak dalam dekapan Daniel.
“Deva! Sayang! Jangan begini, Nak. Tubuh kamu masih dalam pengobatan! Jangan bergerak-gerak!“ Maura langsung memeluk tubuh Deva saat Daniel di dorong kasar oleh Deva.
“Pergi! Usir dia pergi dari sini Mama!!! Aku nggak mau liat dia lagi apalagi mendengar suaranya! Aku nggak mau si pengecut ini menemui ku lagi!!“ Deva semakin histeris.
Cepat-cepat Gavriel menarik paksa Daniel keluar dari ruang rawat, diluar Gavriel mendudukkan tubuh Daniel yang lemas.
“Gav... aku udah hancurin dia ya? Aku tadi sempat melihat bibirnya berkedut seperti ingin tertawa tapi tiba-tiba dia malah menjerit histeris!“
“Sepertinya kita harus membawa Deva konsultasi ke psikiater, mungkin mentalnya benar-benar terpukul. Jangan paksa dia, Bang. Kayaknya kita terlalu cepat mempertemukan mu dengan nya.“
Daniel memegang kepalanya dengan perasaan frustasi, ternyata kesalahannya meninggalkan Deva dengan tidak bertanggung jawab kini malah berakibat fatal.
d tunggu karya selanjutnya💜