"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sial!
Kepala Hafis rasanya sangat sakit sekali, tubuhnya juga gemetaran karena baru saja mendapatkan hal yang tidak terduga. Dia kini malah melamun di pinggir jalan dengan tatapan kosong.
Dia tidak menyangka kalau rencana yang sudah dia susun dengan matang akan gagal, dia tak menyangka kalau dirinya akan diceraikan.
Hafis awalnya memang menyukai Cia, dia tulus mencintai Wanita itu. Namun, ketika mendapatkan penolakan ketika lulus SMA, Hafis merasa dendam dan juga marah kepada wanita itu.
Dia merasa dianggap miskin dan tidak pantas untuk bersanding dengan Cia, saat Hafis masuk kuliah, dia bertemu dengan Naomi dan mereka merasa sangat cocok.
Hafis menjalin kasih dengan wanita itu dan bahkan sering melakukannya, tidak ada batasan saat mereka berpacaran. Kedunya sangat bebas tanpa batas.
"Yang, bagaimana kalau aku hamil?" tanya Naomi kala itu.
''Nanti kita pikirkan bersama," jawab Hafis.
Ketika melihat Cia kembali, Hafis dan Naomi sepakat untuk memeras harta wanita itu. Naomi bahkan rela membagi tubuh Hafis dengan Cia agar rencananya berjalan lancar.
Namun, seiring berjalannya waktu, Naomi mulai merasakan kecemburuan yang besar. Terlebih lagi setelah dia dinyatakan positif hamil. Naomi mendesak Hafis untuk menikahi dirinya secara resmi.
"Aku sudah seperti sampah yang terbuang, apa aku pergi saja ke apartemen ya? Aku temui Cia dan minta maaf kepadanya, siapa tahu dia masih mau diajak rujuk."
Kehilangan harta tentunya adalah hal yang sangat ditakutkan oleh Hafis, karena nantinya pasti dia tidak akan bisa menikmati uang yang banyak lagi.
Hafis mulai berpikir kalau dia lebih baik meninggalkan Naomi saja, yang terpenting bisa bersama dengan Cia dan menikmati harta yang banyak.
"Sayang, buka pintunya." Hafis berkali-kali memakan bel, dia bahkan berkali-kali mengetuk pintu apartemen.
Namun, tidak ada yang membukanya. Sebenarnya Hafis punya kunci apartemen itu, tetapi saat Hafis mencoba untuk membuka pintu apartemen tersebut, ternyata tidak bisa.
"Cia, kenapa kamu ganti kuncinya?"
Hafis nampak frustasi sekali, dia sudah cukup lama di sana tetapi tidak dibukakan pintu oleh Cia. Hingga tak lama kemudian seorang security datang menghampiri Hafis.
"Maaf, Tuan. Nona Cia sedang pergi, untuk barang-barang milik anda ada di pos jaga."
"Pergi ke mana?" tanya Hafis dengan begitu penasaran.
"Entahlah, tapi dia menitipkan barang-barang milik Tuan."
Kaget sekali mendengar apa yang dikatakan oleh security tersebut, karena itu artinya dia sudah tidak dianggap lagi keberadaannya di dalam hidup Cia. Dia sudah dibuang.
Hafis mengikuti langkah security itu, saat di pos ternyata semua barang miliknya sudah ada di dalam koper besar. Hafis menghela napas berat.
"Aku coba hubungin Cia dulu," ujar Hafis.
Hafis berkali-kali mencoba menghubungi wanita itu, tetapi ternyata nomornya tidak aktif. Hafis hanya bisa menendang kakinya ke udara untuk meluapkan emosinya.
"Sial!" umpat Hafis.
Hafis akhirnya memesan taksi online, lalu dia memutuskan untuk pergi ke rumah kontrakan yang dia sewa untuk Naomi dan juga kedua orang tuanya.
Saat dia tiba di rumah kontrakan, Naomi menatap Hafis dengan dahi yang mengerut dalam. Pasalnya wajah pria itu terlihat begitu suram, penampilannya acak-acakan.
Tentunya yang membuat dia semakin heran adalah Hafis yang datang dengan membawa koper besar, hatinya mulai berkecamuk penuh tanya.
"Kenapa pulang bawa koper besar segala? Kamu bawa oleh-oleh?" tanya Naomi yang masih berdoa kalau Hafis dalam keadaan baik-baik saja.
"Aku sudah diceraikan oleh Cia, aku sudah diusir dari apartemen. Puas?"
Hafis berbicara dengan wajah datar, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya itu penuh dengan penekanan. Naomi tentunya tidak suka dengan hal itu.
"Apa maksudnya kamu berkata seperti itu? Bahkannya bagus kalau kamu diceraikan? Bukannya bagus kalau kamu diusir?"
"Hey! Apa bagusnya?" tanya Hafis dengan suaranya yang mulai meninggi.
"Jika kamu bercerai dengan wanita itu, itu artinya aku akan mendapatkan status istri sah. Lagian kamu gak usah suram gitu mukanya kalau diceraikan Cia, bukankah kamu akan mendapatkan keuntungan yang besar dari investasi itu?"
"Gak jadi investasi, duitnya gak ada. Penjualan rumah itu gak bisa," jawab Hafis sambil menyugar rambutnya dengan kasar.
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Cia ternyata sudah tahu tentang hubungan kita, dia bekerja sama dengan tuan Wibowo dan juga tuan Damar untuk mengambil alih miliknya."
"Apa?!" teriak Naomi.
"Tak usah teriak-teriak seperti itu, masih mending dia tidak meminta aku untuk mengembalikan semua uang yang sudah diambil."
"Brengsek! Sudah dijatuhkan oleh wanita itu masih saja berusaha untuk membelanya, kamu jatuh cinta sama dia?"
Naomi berbicara dengan berapi-api, dia tidak menyangka kalau Hafis bersikap seolah membela Cia. Pria itu seolah tidak masalah kalau rumah yang dulu dia perjuangkan diambil kembali oleh sang pemilik.
"Ya, aku jatuh cinta pada Cia. Aku jatuh cinta pada kepribadiannya yang bagus, aku jatuh cinta pada kelembutannya. Aku jatuh cinta pada manjanya. Kenapa?"
"Sialan!" teriak Naomi yang langsung memukul-mukul dada Hafis.
Naomi merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar, ternyata kebersamaan Hafis selama 1 tahun ini bersama dengan Cia mampu membuat pria itu jatuh cinta.
Bahkan, setelah dia membandingkan sikap Naomi dan juga Cia, Hafis baru sadar kalau Cia ternyata begitu lembut dan penuh perhatian.
Naomi dari dulu memang selalu memuaskan dirinya, tetapi wanita itu kasar dan banyak menuntut. Cia tidak seperti itu, walaupun sudah dia sakiti tetapi tidak menuntut dirinya.
Hal itu sungguh membuat Hafis malu, Cia itu merupakan orang kaya. Selain kayak harta, wanita itu juga kaya akhlak. Hafis sungguh malu jika mengingat akan hal itu.
"Jangan pukul lagi, dada aku sakit."
Hafis menangkap tangan Naomi, wanita hamil besar itu nampak begitu brutal dalam memukul dirinya.
"Itu pantas kamu dapatkan karena sudah membuat aku kesal!" teriak Naomi mencoba untuk memukul Hafis kembali.
Namun, Hafis yang begitu kesal tanpa sadar mendorong tubuh Naomi. Wanita hamil besar itu langsung jatuh dan tersungkur ke lantai.
"Argh! Sakit," ujar Naomi sambil memegangi pinggangnya yang terasa mau patah.
Hafis bengong melihat hal itu, dia bingung harus apa. Dia lebih bingung lagi ketika darah mulai keluar dari inti tubuh Naomi, di saat Hafis bingung, orang tua Hafis nangka keluar dari dapur.
"Ya Tuhan! Apa yang sudah terjadi?" tanya Ibu Hafis sambil membantu Naomi untuk bangun.
Hafis masih terdiam, dia begitu syok saat melihat darah yang mulai keluar banyak dari inti tubuh istrinya.
"Hafis! Cepat panggil ambulance, kita bawa Naomi ke rumah sakit!" teriak Ayah Hafis.
"Ah, iya."
Pria itu langsung mengambil ponselnya, lalu dia menelpon ambulans dan membawa wanita itu menuju rumah sakit.
yg penting bisa lepas dari lelaki jahat itu ..dan bongkar kejahatan dia.. Nanti suatu saat harta yg di rampas enggak selama nya milik dia..