NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25. Sendirian

Binar kini sedang melangkah di koridor menuju kelas setelah barusan ia selesai salat dari musala. Awalnya gadis itu memang bersama Pelangi, tapi ada Bima yang mengajak temannya itu ke kantin. Sebenarnya ada Cakra dan Putra juga. Ia diajak ke sana, tapi Binar menolak sambil tersenyum tipis. Sempat melirik ke arah Cakra, lalu berbalik dan pergi dengan langkah cepat.

Sulit sebenarnya, ia bisa saja mengiyakan ajakan itu, tapi Binar merasa harus menunggu situasi agar benar-benar membaik. Saat nanti hubungan Cakra dan ayahnya sudah benar-benar akur. Kemudian, disusul dengan hubungan Cakra dan Senopati.

Darimana ia akan tahu semua membaik? Binar bisa menanyakannya pada Senopati, mungkin.

Barulah ia akan kembali mendekat pada Cakra. Meski dengan hal tersebut, bisa saja memberi kesempatan perempuan lain untuk mendekati pacarnya. Tapi, Binar sudah memikirkan ini matang-matang. Ia percaya jika Cakra juga akan menjaga hubungannya. Binar tidak akan menjauh jika seandainya Cakra yang lebih dulu mendekat padanya.

"Binar." Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Binar hanya meliriknya sekilas sambil masih melangkah, karena dari nada suaranya saja ia tahu siapa itu. Lelaki itu menyejajarkan langkah dengannya.

"Tumben lo sendiri? Nggak ke kantin? Nggak sama kak Cakra?" tanya lelaki itu.

Decakan singkat terdengar dari Binar. "Nggak usah kepo!" katanya.

"Gue nggak bermaksud kepo, tapi belakangan ini gue perhatiin lo jarang banget sama kak Cakra. Jadi ya, gue kira kalian udah putus."

Gadis itu refleks mendelik. "Lo ngomongnya kok gitu? Jangan sembarangan ya! Amit-amit!" kata Binar kesal sambil berhenti melangkah.

"Gue kan cuma menduga dari apa yang gue lihat, karena kalau seandainya dugaan gue benar. Gue akan perjuangkan lo lagi."

Kening Binar mengernyit sesaat. Ia menghela napas berat, lalu menatap kedua mata lelaki itu tepat. Binar sudah cukup lelah, ia tak mau terlihat membuat masalah atau menarik perhatian di koridor seperti ini.

"Lo harus ingat ini baik-baik. Berhenti berharap sama gue, atau pun berharap gue putus sama kak Cakra! Karena itu nggak akan pernah terjadi!"

"Tapi nggak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Masih banyak waktu, kita juga masih SMA."

"Lo benar-benar nyebelin ya. Gue berusaha bersikap baik sama lo, meski gue nggak yakin akan hal itu. Tapi lo malah seenaknya. Jangan berjuang buat gue, lo berjuang buat orang yang salah. Karena gue nggak mau lo perjuangkan. Gue tahu rasanya sakit banget nggak dianggap atau diacuhkan sama orang yang lo suka. Tapi gue nggak bisa bantu dengan pura-pura suka juga sama lo, karena pada akhirnya lo juga akan terluka dan gue nggak sepandai itu untuk berpura-pura. Lo nggak bisa maksa perasaan seseorang dan gue juga mencintai orang lain. Gue mohon, berhenti. Bukan demi gue, tapi demi diri lo sendiri. Biar nggak perlu ada yang terluka lagi. Lo pasti capek, dan gue juga. Perasaan lo penting, karena itu lo harus tahu kapan nyerah, hati lo berharga jadi nggak bisa lo sia-siakan untuk orang yang nggak akan mau menerima dan cuma menyia-nyiakannya."

Setelah ceramah panjang itu, Binar melanjutkan langkah, ia mengatakan semua isi hatinya, namun bukan hanya untuk Surya, mungkin sebagian ada yang juga untuknya. Kali ini, Surya tak mengikutinya. Ia hanya memandangi punggung Binar yang semakin menjauh dengan tatapan nanar. Ia tak berhenti ketika Binar selalu mengacuhkannya, ia menunggu bahkan ketika Binar sudah punya pacar. Tapi kali ini, ia tak bisa berjuang lagi ketika gadis itu memintanya untuk berhenti. Ada yang patah untuk ke sekian kali, itu bukan salah Binar. Tidak ada yang perlu disalahkan, ia hebat sudah berjuang sejauh ini. Hatinya kuat bisa tak egois dengan cinta sendirian yang ia rasakan.

"Gue akan berusaha berhenti, seperti yang lo minta," gumam Surya pelan dan kembali melanjutkan langkah.

Memang, bagian menyakitkan dari mencintai adalah bertepuk sebelah tangan. Yang paling sulit dari mencintai adalah merelakan. Bukan karena menyerah, tapi karena keadaan yang membuatnya seperti itu. Ketika benar-benar mencintai seseorang, kebahagiaannya adalah hal utama, bahkan meski kebahagiaannya bukan bersama kita.

Tentu saja ... di balik patah itu seseorang bisa belajar, suatu saat ketika kita dipertemukan dengan seseorang yang memang sudah ditakdirkan. Kita bisa lebih menghargai dan menjaga perasaannya, tidak memperlakukan ia seenaknya. Karena pernah merasakan sendiri bagaimana sakitnya patah hati.

Surya hanya berusaha menyemangati dirinya sendiri.

***

Hari ini, di sekolah cukup melelahkan. Binar baru saja pulang dan memasuki rumahnya. Seorang pelayan yang melihatnya langsung menyambut kedatangan Binar. Membuat gadis itu berhenti melangkah.

"Non Binar, tuan dan nyonya baru saja pergi. Mereka meminta agar menyampaikan ini pada Nona. Katanya, maaf mereka nggak bisa lama-lama. Nyonya dan tuan akan berusaha sering pulang ke sini."

Binar terdiam beberapa saat. Kemudian, ia menghela napas pelan dan berusaha tersenyum.

"Oke."

"Apa ada yang Nona butuhkan?"

"Nggak, nanti pasti aku panggil kalau butuh sesuatu," katanya.

"Kalau begitu, saya pamit untuk bekerja lagi ya, Non," katanya sambil setengah membungkuk.

Binar menganggukkan kepala, ia membiarkan maid itu pergi. Baiklah, kesepian di rumah ini bukanlah hal yang tidak biasa baginya. Selama ini ia baik-baik saja dengan itu. Tapi kenapa ... kali ini ia merasa, bukan hanya kesepian, tapi juga hampa. Rasanya ada yang kosong tapi ia tak tahu apa.

Gadis itu kembali melanjutkan langkah. Suasana mendadak terasa muram. Ada sesuatu yang melingkup dada Binar sehingga membuat tak nyaman, ia tak menyukainya.

Binar sebenarnya tak ingin kesepian, ia takut sendirian, jika bisa, ia ingin mami dan papinya selalu ada di sampingnya. Tapi di sisi lain, dengan bertambah umurnya pula. Ia harus bersikap dewasa dan tak egois. Mami dan papinya sudah bekerja keras, ia juga sudah merepotkan keduanya selama ini.

Sepasang mata Binar mengembun ketika memasuki pintu lift. Ia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Binar butuh seseorang untuk bercerita, ia tak ingin memendam ini sendirian. Tapi ... bukannya ia juga tak selalu bisa mengandalkan orang lain karena mereka juga punya kehidupan sendiri? Mereka juga punya sesuatu yang menjadi beban, bukan hidup hanya untuk selalu ada dan mendengarkan keluh kesahnya.

Bukan hanya ia yang menanggung rasa sedih dan bukan hanya ia yang ingin dimengerti. Ia juga sudah terlalu merepotkan banyak orang selama ini. Dan Pelangi, temannya itu pasti juga punya beban sendiri ketika mendengar keluh kesahnya. Binar seketika merasa buruk, karena telah begitu merepotkan dan menambah beban orang lain dengan masalahnya.

Ia sadar dan mengerti akan hal itu. Tapi di sisi lain, Binar memang tak bisa jika harus sendirian.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!