Cincin Ruang Pengubah Takdir

Ternyata yang datang bukan hanya kakak beradik Sebastian yang berjumlah 5 orang, tapi para paman dan bibi dari sebelah ayah ibunya Sebastian ikut datang juga.

Seramai itu pun, tidak ada seorangpun bertanya tentang Anabelle, sungguh gadis yang terlupakan.

Makanan mulai di bawa ke kediaman utama, Anabelle hanya bantu menyediakan dan dan pelayan lain yang mengantarkan ke depan, Bi Ina juga menyiapkan makanan untuk diantar ke depan.

Tiba-tiba datang, seorang ibu, yang merupakan adik bungsu ayahnya Anabelle beserta putrinya.

Dis sangat geram saat melihat Anabelle menyiapkan makanan saja.

"Hey babu, lebih cepat lagi dan kami jangan diam saja disini, antar sekarang makanan yang kamu pegang itu, perintah Amara adik ayahnya atau bibi kandungnya.

Tersentak hatinya, saat dia di panggil Babu, dia diam tak menjawab.

"Maaf Nyonya, Anna tidak ijinkan, untuk masuk ke Kediaman Utama, itu sudah aturan dari Tuan besar, ucap bi Ina.

"Ini darurat, sebentar lagi acara makan siang akan di mulai !, cepat antar, bentak Amara.

"Biar kami saja yang antar, jawab pelayan yang baru saja dari depan.

"Tidak bisa, kamu antar yang lain dia antar yang ditangannya, tegas Amara.

"Tidak apa-apa bi, jangan kuatir, ada nyonya ini yang akan menjelaskannya, jika Tuan besar marah kepada saya, ucap Anabelle.

Dengan berat hati para pelayan pasrah melihat Anabelle membawa makanan ke depan.

Dia meletakkan makanan yang di bawanya ke meja makan, tapi saat dia berbalik dan hendak kembali kebelakang, seorang Pria yang merupakan adik Ayah nya menabrak Anabelle, hingga Syrup tumpah kena kaosnya

Plak plak plak

"Dasar babu, jalan itu lihat - lihat, maki Samuel adik kedua Sebastian.

"Maaf Tuan, saya tidak sengaja, cicit Anabelle sambil memegang pipinya.

Keributan itu menarik perhatian yang lain, hingga datanglah istri Samuel dan langsung menjambak rambut Anabelle dan maki-maki.

Anabelle hampir saja melepaskan kekuatannya, sementara di Jambak tidak ada satupun yang berusaha menghentikan penyiksaan istri Samuel kepada Anabelle.

Hingga akhirnya datang bi Inah, di saat bi Inah sampai, betapa kagetnya dia saat melihat Sebastian menendang punggung Anabelle, hingga tersungkur.

Nona Muda, teriak bi Ina sambil mengangkat tubuh Anabelle.

"Terimakasih bi Ina, bantu saya berdiri, Ucap Anabelle.

"Tuan Sebastian yang terhormat, namaku Anabelle Rista tanpa nama belakang tapi saya akan menggunakan nama belakang ibuku Alana Bachtiar.

"Terimakasih 11 tahun ini saya di ijinkan tinggal di tempat ini, baru hari ini saya masuk ke ruang utama, itupun karena perintah Nyonya Amara.

Tuan - tuan dan Nyonya sekalian, dari bayi saya hidup dengan pelayan, wajah kedua kakak ku saja tak pernah aku lihat, wajah orang yang harusnya aku panggil, batu 2 kali ini saya lihat dan kaki ini saya tendang seperti binatang, dan untuk mu tuan dan nyonya yang menyiksaku, semoga hidup kalian tidak pernah susah, hingga kalian bisa menindas para babu seperti saya.

Ternyata keluarga kalian ada keluarga yang bengis, melihat orang disiksa, tak ada satupun dari kalian yang bersimpati.

Saya kemarin lihat di TV, Kakek tua itu berbicara soal kemanusiaan, tapi ternyata omong kosong.

"Siapa kamu, beraninya menceramahi aku, bentak ayahnya Sebastian.

"Dalam darah saya mengalir darah kalian, entah apa salah saya hingga kalian membuang saya, tapi tidak apa-apa, ini pertama dan terakhir aku bicara, aku tidak minta di akui, tapi apa yang terjadi hari ini,akan ku ingat, aku bersyukur tidak di akui di keluarga ini, jika mungkin di aku, mungkin aku akan jadi bengis dan tidak berprikemanusiaan seperti kalian.

"Tuan besar Sebastian yang terhormat, terimakasih atas semuanya, aku bersumpah tidak akan pernah menggunakan nama belakang, dan jam ini juga saya pergi rumah anda, jika kalian bilang saya bodoh, itu benar saya bodoh, saya tidak di sekolahkan hingga hari ini, tapi betapa malunya kalian semua jika orang tahu, keluarga terbesar di ibukota, memiliki anggota keluarga yang tidak sekolah TK pun tidak.

Tapi Tuan tenang saja, saya sudah bersumpah tidak akan menggunakan nama belakang kalian yang munafik.

Jangan kuatir Tuan Sebastian, kelak saya akan membayar uang bulanan yang anda berikan untuk saya, 3 juta perbulan, saya akan membayarnya, sekalian ongkos tempat tinggal, saya akan bayar berikut bunganya.

"Bi Ina, tolong antar saya ke belakang dan bantu cari taksi, masukkan saja masukkan baju yang baru aku beli tadi, sisanya taruh disini saja.

"Bas, apa dia Putri bungsumu, tanya Sepupu Sebastian yang seorang Guru di sekolah milik keluarga mereka.

"Ya, tapi dari bayi dia di urus pelayan, makanya jadi tidak sopan, ucap Sebastian.

"Tapi dia putrimu, kamu menendangnya dengan sangat keras, aku dengar bunyi tulang retak", ucap Farhat sepupu Sebastian.

""Dia mati juga aku tak peduli, masih untung aku kasih dia uang 3 juta buat beli kebutuhannya, hanya saja aku memang tidak mau menyekolahkan dia.

Seluruh keluarga besar juga setuju, aku juga yang membuat aturan agar anak itu tidak masuk kediaman utama saya, di kartu keluarga di juga tidak aku masukkan, rencananya dia mau ku usir setelah berumur 15 tahun, dan sengaja aku sengaja tidak menambahkan nama belakang ku di akta lahirnya.

'Oh ya sudah kalau itu keputusan mu, aku hanya tersinggung dengan omongan nya bahwa keluarga besar kita adalah orang bengis, maaf saja Sebastian, ayah dan ibuku tidak mengajarkan kami seperti itu, suatu saat anak itu menyebut nama keluarga besar ini sebagai orang bengis, aku akan angkat bicara, saya tidak tahu apa kesalahan anak yang masih bayi hingga di buang seperti itu

Kami juga tidak tahu kesalahan ibunya, yang jelas setahu kami almarhum Alana, adalah orang baik, saya tidak berhak mencampuri urusan kalian, saya yakin Paman dan bibi sudah mendidik kalian dengan benar, daya hanya tidak mau di ikutkan dengan masalah kalian.

Dan kamu Samuel, semoga saja anak itu tidak dendam kepada kalian, saya lihat dimatanya ada guratan dendam, saya seorang psikolog anak, hapal betul saya dengan cara dia melihatmu.

Aku juga praktisi beladiri, sama seperti kalian, dua menyimpan potensi kekuatan yang besar, tendangan Sebastian harusnya sudah membuat tubuh kecilnya patah, ada sesuatu yang menahannya, jadi ingat baik-baik, semoga omongan ku tidak terjadi.

"Ayo mah dan kalian berdua ayo kita pulang, ayah tak selera makan lagi, melihat kebiadaban seperti ini, makanya Kakek.

"Terimakasih undangannya, dan kami mengundurkan diri arisan keluarga ini, terimakasih.

"Farhat, pergilah dan saya harap kamu konsekuensinya, ucap ayahnya Sebastian.

"Sangat tahu paman, besok saya akan urus semuanya, dan secepatnya saya akan kembalikan dana yang Paman berikan saat saya membangun sekolah, terimakasih sudah membantu saya.

"Jangan kuatir paman Keluarga saya memang kecil, tapi kalau hanya 100 milyar, saya dan suami sanggup membayarnya, sebelum makan siang sudah kami transfer, ucap istrinya Farhat.

"Baiklah, saya sebagai Kepala keluarga, secara resmi mengeluarkan kamu dan keluargamu dari Keluarga ini, ucap Ayahnya Sebastian.

"Tidak masalah, lagian ayah saya juga dulu, pernah Paman keluarkan, tapi jika bukan karena ayahku, Paman sudah lama mati di tangan Geng Kelelawar, hingga akhirnya kaki ayahku yang pincang, hingga saat ini.

Sekali lagi terima atas undangan nya, kami undur diri dulu, ucap Farhat dan Istrinya dan langsung pergi.