"Papa tidak setuju jika kamu menikah dengannya Lea! Usianya saja berbeda jauh denganmu, lagipula, orang macam apa dia tidak jelas bobot bebetnya."
"Lea dan paman Saga saling mencintai Pa... Dia yang selama ini ada untuk Lea, sedangkan Papa dan Mama, kemana selama ini?."
Jatuh cinta berbeda usia? Siapa takut!!!
Tidak ada yang tau tentang siapa yang akan menjadi jodoh seseorang, dimana akan bertemu, dalam situasi apa dan bagaimanapun caranya.
Semua sudah di tentukan oleh sang pemilik takdir yang sudah di gariskan jauh sebelum manusia di lahirkan.
Ikuti ceritanya yuk di novel yang berjudul,
I Love You, Paman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8 - Menyelamatkan lagi
Setelah beberapa kali meminta pertolongan namun selalu di abaikan, akhirnya Lea melihat seorang pria tua dengan tongkat berjalan pelan. "Kakek, tolong Lea," katanya sambil menangis. "Lea ingin pulang ke mama dan papa Lea."
Pria tua itu berhenti lalu menatap Lea dengan pandangan yang tajam namun lembut. "Nak, kamu serius? Di mana orang tuamu?," tanyanya pelan.
Lea mengangguk cepat dengan air matanya yang terus mengalir. "Lea diculik dan dipaksa mengemis. Tolong, Lea ingin pulang."
Pria tua itu berpikir sejenak, lalu menghela nafas. "Ayo, Nak. Kita pergi ke kantor polisi," katanya seraya meraih tangan Lea dengan lembut.
Namun, sebelum mereka bisa pergi jauh, seorang preman muncul dari sudut jalan dan berlari ke arah mereka dengan marah. "Hei! Kamu mau kemana?!."
Lea merasa jantungnya hampir berhenti. "Kakek, tolong...," katanya dengan suara bergetar.
Pria tua itu menatap preman tersebut dengan tajam. "Apa yang kau lakukan pada anak ini? Biarkan dia pergi!."
Preman itu mendekat dengan langkah besar, lalu menatap pria tua tersebut dengan penuh ancaman. "Jangan ikut campur, Pak Tua. Anak ini milik kami."
Lea bersembunyi di belakang pria tua itu dengan gemetar ketakutan. Lalu preman itu meraih lengan Lea dengan kasar, tapi pria tua tersebut memukul tangannya dengan tongkat dan memaksanya melepaskan Lea.
"Aku akan lapor polisi! Kalian tidak bisa memperlakukan anak-anak seperti ini!," teriak pria tua itu dengan suara lantang.
Namun, laki-laki tua tidak masalah bagi si preman. Dengan dorongannya yang kuat, si kakek itupun terjatuh dan tidak bisa melawan.
"Kakek...!."
Akhirnya Lea di bawa kembali oleh si preman, tentunya dengan hukuman yang siap Lea terima.
"Dengar ya! Kalau kamu berani coba-coba berbuat seperti tadi, maka kamu akan pulang ke rumah orang tuamu tanpa kaki dan tangan, mengerti?!," teriak si preman.
"Gak mau paman... Lea mau pulang hiks hiks hiks...."
"Makanya, cari uang yang betul."
Lea pun mengangguk dan sekarang dia di suruh meminta-minta lagi.
Ketika hari sudah sore, tiba-tiba sepasang mata dari mobil yang sedang berjalan melihatnya. "Lea? Bukankah dia sudah di antar pulang ke orang tuanya? Kurang ajar, ternyata laki-laki itu penipu!."
Ya, Saga yang baru kembali dari pekerjaannya menjual barang bekas, saat itu ia di kejutkan dengan pemandangan Lea yang sedang meminta-minta di jalanan.
Lalu Saga memutar balik kendaraannya karena posisinya yang berseberangan arah dengan Lea. Tapi ketika ia sampai di tempat Lea tadi, ia tidak melihatnya.
Saga pun turun dari mobil dan mencari keberadaan Lea. "Dimana dia? Bukankah tadi ada disini."
Dengan hati-hati, Saga menyusuri setiap sudut jalanan, mencari tanda-tanda keberadaan gadis kecil itu. Akhirnya, ia melihat Lea bersama beberapa anak lainnya yang dipaksa masuk ke dalam mobil box oleh sekelompok preman.
"Lea! Lea!" teriak Saga, namun jaraknya terlalu jauh hingga Lea tidak bisa mendengar panggilannya.
Mobil box itu bergerak perlahan, namun sebelum Saga bisa melakukan sesuatu, kendaraan itu melaju cepat meninggalkan tempat tersebut. Saga tidak menyerah, lalu ia memacu truknya mengikuti arah mobil box itu.
Di dalam mobil box, Lea menangis terisak-isak. Preman yang membawanya tadi menghardiknya dengan kasar. "Dengar ya! Kalau kamu berani coba-coba berbuat seperti tadi, maka kamu akan pulang ke rumah orang tuamu tanpa kaki dan tangan, mengerti?!" teriak preman itu.
"Gak mau paman... Lea mau pulang hiks hiks hiks...." jawab Lea sambil terisak.
"Makanya, cari uang yang betul." Preman itu menampar Lea hingga membuatnya terjatuh ke lantai mobil. Anak-anak lain di dalam mobil itu hanya bisa menatap dengan ketakutan.
Sementara itu, Saga terus mengejar mobil box tersebut. Ia bertekad untuk menyelamatkan Lea, apapun risikonya. Lalu, mobil box itu berhenti di sebuah gudang tua di pinggir kota. Saga melihat dari kejauhan dan menunggu kesempatan untuk bertindak.
Ketika preman-preman itu mulai mengeluarkan anak-anak dari dalam mobil, Saga mengintip di tempat yang tidak terlihat. Ia melihat Lea yang tertatih-tatih keluar dengan wajah penuh air mata.
Kemudian, muncullah bos mereka yang langsung berteriak marah ketika melihat pipi Lea yang memar karena tamparan preman tadi.
"Siapa yang berani menyentuh anak ini? Katakan!."
Semua anak buahnya itu menunduk karena takut pada bosnya.
"Bos, tadi aku hanya memberinya pelajaran karena mencoba kabur," ucap preman yang menampar Lea tadi.
"Apa? Apa kau tuli? Aku sudah katakan, jangan ada yang berani menyentuhnya! Tapi kau malah membuatnya memar seperti itu! Bagaimana mau dapat tebusan jika anak mereka sampai kenapa napa."
"Maafkan aku Bos!."
"Bereskan orang ini, itu akibat karena tidak mendengar perkataanku," ucap si Bos yang menyuruh menghabisi preman tadi. Lalu ia pergi meninggalkan tempat tersebut.
~ Wuih, kejam banget, padahal anak buahnya sendiri. ~
Tanpa belas kasih, preman yang lainnya mengeksekusi preman tadi dengan kejam bahkan di hadapan anak-anak hingga mereka menunduk ketakutan.
Tiba-tiba, di tengah kekacauan itu, terdengar suara mobil mendekat. Preman-preman itu berhenti sejenak dan mengalihkan pandangan mereka ke arah suara tersebut.
"Siapa itu?!," teriak salah satu preman dengan nada panik.
Dari balik debu yang beterbangan, terlihat sebuah truk tua yang berhenti mendadak. Pintu truk terbuka, dan keluar lah Saga dengan wajah yang terlihat sangat marah.
"Lea!," panggil Saga dengan suara keras, matanya tajam menatap para preman.
Lea melihat Saga dan merasa sedikit lega, "Paman Saga!."
Saga melangkah maju dengan tekad bulat, dan menantang para preman yang berdiri di hadapannya. "Lepaskan dia sekarang, atau kalian akan menyesal."
Para preman saling bertukar pandang dan meremehkan Saga yang sendirian. "Kau pikir bisa melawan kami semua? Kami lebih banyak!," teriak salah satu preman sambil menghunus senjata tajam.
Saga tidak mundur, sebaliknya, ia semakin mendekat. "Aku sudah cukup lama berurusan dengan orang-orang seperti kalian. Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan," katanya dengan nada rendah namun penuh ancaman.
Pertarungan pun tidak terhindarkan. Dengan kemampuan bertarung yang ia miliki, Saga melawan para preman dengan sekuat tenaga. Meskipun dikeroyok, ia bertarung dengan taktik dan kekuatan yang tidak terduga.
Lea hanya bisa menyaksikan dengan cemas, berharap Saga akan berhasil menyelamatkannya. Setelah beberapa saat akhirnya Saga berhasil mengalahkan para preman satu per satu. Meski kini mereka terlihat bangkit kembali dan berusaha menyerang Saga lagi.
Dengan napas terengah-engah, Saga menghampiri Lea dan menggendongnya. "Kita harus pergi dari sini, sekarang," katanya.
Lea mengangguk dan memeluk Saga dengan erat. "Tapi paman, bagaimana dengan mereka?," tanya Lea sambil menunjuk pada anak-anak yang lain.
Saga melihat mereka dengan tatapan khawatir. "Mereka juga akan segera di selamatkan, kita akan panggil polisi untuk menolong mereka, tapi sekarang kita harus pergi dulu," ucapnya.
Namun sebelum mereka bisa melarikan diri, para preman yang berdiri kembali mencoba menghalau mereka. "Hei! Mau kemana kalian?!," teriaknya.
Saga yang menggendong Lea berlari sekuat tenaga, namun para preman segera mengejar mereka. "Paman! Kita harus cepat! Mereka mengejar kita!," kata Lea dengan ketakutan.
Bersambung...