Rull, seorang pemuda berusia 17 tahun yang sering menjadi korban perundungan di sekolahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Dalam sebuah kegiatan kemah sekolah, ia tersesat di hutan dan mengalami serangkaian kejadian mengerikan yang membawanya ke ambang kematian. Saat berada di antara hidup dan mati, sebuah entitas misterius memberinya kesempatan kedua di dunia yang asing dan penuh keajaiban.
Terbangun di dunia baru yang indah namun berbahaya, Rull harus belajar bertahan hidup dengan kemampuan serta kekuatan yang ia miliki. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Jack, Blade, dan Arlecchino. Mereka berpetualang bersama dan menyelesaikan konflik di berbagai region.
Entah takdir apa yang mereka hadapi bersama di dunia yang penuh keajaiban dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc Irdlia Bab 14 Kemenangan Untuk Irdlia
Blade, yang melihat Rull terpojok, segera menyerang Demous. "Rasakan ini, Demous!" Blade dan Demous berduel dengan sengit. Rull segera meminta Ifrit untuk melemparnya. "Ifrit, cepat lempar aku ke arah Demous!" perintah Rull.
"Baik, tuanku," jawab Ifrit. Dengan kekuatan penuh, Ifrit melempar Rull. Rull mengeluarkan besi hitamnya dan menyerang retakan di dada Demous. "Rasakan ini, Demous!" seru Rull.
Serangan Rull berhasil mengenai retakan, membuat Demous kesakitan. "Tidaaaaaak!" teriak Demous saat Rull menembus jantungnya. Tsaritsa yang sedang mengamuk tiba-tiba jatuh pingsan. Pasukan Demous mulai memudar satu per satu, menandakan kekalahan mereka. Ratu Arendelle berhasil diselamatkan.
Demous, yang sekarat, terbatuk-batuk dan berkata dengan suara lemah, "Aku tidak bisa melawan ramalan itu. Kau menang kali ini, bocah, tapi kesenanganmu tidak akan berlangsung lama. Suatu hari kau akan merasakan penderitaan yang sama, dan kau akan dibenci oleh seluruh dunia. Aku melihat masa depanmu, suatu hari nanti kau akan berkonflik dengan para dewa."
Rull menghiraukan perkataan terakhir Demous dan melihat tubuhnya memudar hingga menghilang sepenuhnya. Pertempuran berakhir dengan kemenangan bagi mereka.
Semua prajurit bersorak gembira merayakan kemenangan mereka. Ratu Arendelle yang baru saja terbangun bertanya dengan suara cemas, "Dimana putriku?" Arlecchino hanya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Namun, salah satu anggota Shadow Army tipe support menjawab, "Dia baik-baik saja, kita sudah menang."
Mendengar berita itu, mereka semua merasa lega. Para warga yang mendengar sorakan kemenangan mulai keluar dari tempat persembunyian mereka. Blade, yang merasa sangat lelah, merasakan lega yang besar, "Ayah, Ibu, kita berhasil mengalahkannya. Terima kasih atas bimbinganmu, Ayah, Ibu."
Rull yang kelelahan menghampiri Tsaritsa. "Tsaritsa, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan suara penuh kekhawatiran.
Tsaritsa menjawab lemah, "Apakah kita menang, Rull?"
"Ya, kita menang, Tsaritsa," jawab Rull.
Syukurlah, langit yang tadinya gelap berubah menjadi terang. Ifrit dan pasukan Shadow Army berlutut kepada Rull. "Tuanku, apa tugas kami sudah selesai?" tanya Ifrit.
Rull yang kebingungan menjawab, "Iya, sudah Ifrit. Hmm, Ifrit, kau adalah ketua Shadow Army, kenapa kau tunduk padaku?"
"Karena tuanku lah yang menciptakan kami," jawab Ifrit.
Rull terbingung karena dia merasa tidak pernah menciptakan Ifrit. "Tuanku, jika kau membutuhkan kami lagi, panggil saja kami," kata Ifrit sebelum Shadow Army memudar.
Para rakyat keluar dari tempat persembunyian mereka, merasa lega bahwa tidak ada lagi ancaman. Rull dan yang lainnya kembali ke istana. Ratu menyambut kemenangan mereka dengan penuh rasa syukur. "Putriku, kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Ibu. Semua ini berkat Rull dan yang lainnya," jawab Tsaritsa.
Ratu menoleh kepada Rull. "Terima kasih dewa, terimakasih Rull" katanya dengan penuh penghormatan.
Jendral memerintahkan prajuritnya, "Prajurit, beri hormat kepada pahlawan kita!" Semua prajurit memberi hormat kepada Rull. Rull merasa bahagia yang sangat dalam.
Arlecchino perlahan datang menghampiri Rull. "Hino, kita menang. Terima kasih atas dukunganmu," kata Rull.
Arlecchino tiba-tiba memeluk Rull. "Terima kasih telah menepati janjimu, Rull," ucapnya dengan suara terharu. Rull merasa jantungnya berdenyut keras. "Hino," katanya dengan suara pelan.
Blade, yang melihatnya dari kejauhan, terkejut. "Huh, apa? Sejak kapan mereka...?" katanya heran.
"Sudahlah, Blade," ucap Jack sambil tersenyum. "Kalau begitu, aku juga ingin memeluk Tsaritsa," lanjut Blade.
"Jangan harap, Blade," jawab Jack sambil tertawa.
Di pagi hari upacara kemenangan, Tsaritsa tiba-tiba menunjukkan bahwa dia masih bisa mengeluarkan es. Semua orang terkejut. "Apa kutukannya masih ada?" tanya salah satu prajurit dengan cemas.
Tsaritsa tersenyum tenang. "Tenang saja, kutukannya sudah berpihak kepada ku, aku bisa mengendalikannya."
Acara upacara kemenangan ingin dimulai, Rull, Blade, dan Jack berada di rumah. Lisa dengan penuh rasa ingin tahu terus menanyakan yang terjadi kemarin. "Ayolah, Rull, ceritakan kejadian kemarin. Aku ingin tahu semua detilnya!"
Rull tersenyum lelah. "Aku ingin, Lisa, tapi ceritanya panjang sekali."
Tessa dan Mike memuji perjuangan Rull, Blade, dan Jack. "Kakak hebat sekali. Aku sempat takut kalau kakak tidak selamat," kata Tessa.
"Tenang saja, kami ini hebat," jawab Jack dengan bangga.
Rull berbicara dengan Blade di sudut ruangan. "Blade, keputusan ku sudah bulat. Aku tidak bisa tinggal di sini. Aku akan pergi keliling dunia untuk mencari tau tentang dunia ini."
Blade tersenyum. "Hehe, kau tidak sendiri, Rull."
Rull terkejut. "Eh, apa maksudmu?"
"Aku akan bergabung denganmu. Aku juga ingin mencari tau tentang pedang legendaris yang diceritakan oleh keluargaku," kata Blade dengan semangat.
"Aku juga, Rull," tambah Jack. "Aku ingin memperkenalkan teknologi ku kepada dunia agar teknologi kita terkenal."