Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Dari Polisi
Mobil berguling beberapa kali menghantam pembatas jalan terus berguling 50 meter jauhnya sampai mendarat dengan kondisi mengenaskan.
Beberapa mobil yang berempati menepi, Menerobos hujan untuk mendekati mobil. Di antara mereka sibuk menghubungi polisi dan mobil patroli.
"Ya Allah, kasihan mereka,"
"Selamat ga ya kira-kira?"
"Tadi liat guling-guling tuh mobil."
Riuh suara pengemudi dari dalam mobil, menerka-nerka bagaimana kondisi para penumpang, sembari mengabadikan momen di depan mereka. Tak ingin membuat jalan tol macet beberapa mobil kembali melanjutkan perjalanan. Apalagi polisi begitu cepat datang.
Polisi di bantu beberapa orang hati-hati mendekati mobil takut ada percikan api. Dirasa aman mereka langsung membuka pintu mobil yang tak berbentuk lagi.
"Ada yang selamat tidak pak?" Salah seorang pengemudi lain bertanya.
Pak polisi menggelengkan kepala tidak ingin memberi jawaban yang dirinya sendiri tidak tau, ia begitu sibuk melihat kondisi mobil yang masih mengeluarkan asap.
"Ambulance belum datang?"
.
Di tempat lain, Kinan dan Daniel di bawa ke rumah sakit yang kebetulan tidak terlalu jauh dari vila. Vila Matahari berada di antara kota dan perkampungan jadi mempermudah proses pertolongan.
Warga menunggu di luar IGD menunggu pengurus vila Matahari, salah satu warga mengetahui siapa Daniel segera dirinya pergi ke vila untuk memberi kabar buruk itu. Akan tetapi belum ada yang datang.
Di atas ranjang Kinan dan Daniel di tangani Dokter, memeriksa kondisi tubuh dan menanyakan apa yang terjadi. Kinan masih mengerang menahan sakit di perut Sedangkan Daniel terlihat lebih baik, hanya saja kepalanya masih berdenyut nyeri, dokter mengatakan itu akibat kerasnya hantaman..
"Istri saya bagaimana Dokter? Dia lagi hamil." Daniel bangkit sembari menggelengkan kepala memeriksa apa masih terasa sakit. Mulai membaik rasanya.
"Hamil? Pantas istri bapak terus mengatakan perutnya sakit." Dokter segera berbalik menuju ranjang Kinan yang tertutup gorden. Daniel berjalan untuk mengikuti Dokter ingin melihat kondisi Kinan, Tapi tiba-tiba kepalanya kembali pusing.
"Ya Allah." Daniel mengerang lalu kembali duduk.
"Bapak istirahat dulu, biar saya kasih obat." Suster mendekati Daniel yang nampak kesakitan. "Kalau mau saya infus Pak?"
Daniel menggelengkan kepala pelan menolak inisiatif si Suster.
"Beri saya obat Sus."
"Baik pak."
Kinan menahan rasa sakit di perut terus beristighfar berharap itu menjadi penawar. Perutnya seperti di tusuk-tusuk.
"Bagaimana Bu? Masih sakit?" Dokter Aziz, Pria plontos dengan usia di atas 50 tahun itu segera memeriksa kondisi Kinan di bantu Suster yang siap siaga di sampingnya.
"Sakit perut saya Dokter." Cicit Kinan di saat rasa sakit terus menjalar.
Dokter Aziz mengangguk sibuk memeriksa sembari menatap wajah Kinan yang mana usianya bahkan beberapa tahun lebih muda dari putrinya. Entah apa yang membuat gadis muda ini hamil dan menjadi istri dari laki-laki yang ada di samping ranjang. Tak ingin bertanya dokter Aziz terus memeriksa.
"Ke ruang pemeriksaan?" Terdengar dokter berbicara pelan dengan Suster.
Tak lama Kinan di pindahkan ke ranjang lain dan di bawa pergi meninggalkan Daniel yang masih mengatur rasa sakit di kepala.
"Pak, istrinya mau USG dulu, bapak biar istirahat di sini." Suster memberi pesan sembari memberikan obat.
"Saya ingin ke sana."
.
"Tolong hubungi keluarga Korban."
Polisi yang berada di lokasi kecelakaan mobil pak Arman. Meminta petugas ambulance, Kebetulan beberapa polisi memeriksa isi mobil. Beberapa ponsel tergeletak setelah semua penghuni mobil di bawa ambulans untuk mendapatkan penanganan. Sayup-sayup terdengar suara polis berbicara dengan rekannya.
"Dua dari 7 korban meninggal, sisanya kritis."
.
Daniel merasa enakan setelah meminum obat. segera menyusul Kinan di bantu Suster. Berjalan setelah keluar dari lift menuju ruang pemeriksaan kehamilan.
Kinan mulai tenang, rasa sakitnya berangsur membaik setelah suster memberikan obat yang di suntikan lewat infus. Dokter Aziz hati-hati memeriksa sang janin berharap tidak ada yang terjadi.
"Bagaimana dok?" Kinan bertanya penuh cemas. Dirinya bahkan melupakan Daniel yang entah ada di mana.
"Kemungkinan besar akan terjadi gangguan kepada anak ibu nanti karena kerasnya benturan. Di sini ada beberapa jaringan yang terganggu. kita berdoa saja semoga bayi ibu baik-baik saja." Kata Dokter Aziz menjelaskan.
Kinan mematung, tak bersuara memandang layar kotak di depannya penuh derai air mata.
Ya Allah, astaghfirullah, Dede kuat ya.
Tok...tok.. "Dokter." Suster masuk. "Ada suami dari Bu Kinan."
"Baik." Dokter Aziz mengangguk memberi izin Daniel boleh masuk.
Kinan lantas menatap Dokter Aziz. "Saya mohon jangan katakan apapun ke suami saya, biar nanti saya yang ngomong ke suami saya Dokter."
Dokter Aziz hanya menatap Kinan penuh tanya. Kenapa harus di rahasiakan? Daniel sebagai ayah dari sang jabang bayi wajib tau tentang kondisi yang akan di alami si bayi. Tapi melihat wajah Kinan yang polos seakan memohon ia hanya mengangguk setuju.
.
IGD RSUD setempat. Riuh dengan para perawat dan dokter memberi pertolongan kepada pada korban yang kritis. Darah dan luka di tubuh benar-benar ngeri rasanya.
"Pacemaker cepat." Teriak Dokter. (Pacemaker adalah alat pacu jantung)
Suster berlari untuk melaksanakan tugas. Segera datang membawa alat pemacu jantung.
.
Di lokasi kejadian. Ponsel Daniel berdering, barang-barang Daniel dan Kinan masih di dalam mobil. Tak sempat tadi jika harus di bawa. Warga yang masih ada di sekitar mobil bergegas mengangkat telepon siapa tau itu penting dan lagi ingin mengabarkan bahwa si pemilik ponsel terkena musibah.
"Halo." Warga berbicara sedikit nyaring pasalnya hujan masih lebat.
"Saya dari kantor polisi. Ingin mengabarkan kalau mobil dengan plat XXXX mengalami kecelakaan di kilometer X. Dari 7 korban 2 di antaranya meninggal dunia. Saya harap keluarga segera datang ke RSUD setempat."
"Inalilahi wainailaihi." Warga tersebut terkejut menatap warga yang lain dengan wajah murung. "Mohon maaf Pak, Yang punya hp ini juga abis kecelakaan. Biar nanti saya kabarin langsung ke korban."
"Baik,"
Panggilan terputus. Para warga yang lain menatap laki-laki yang baru saja selesai berbicara dengan Pak polisi..
"Kenapa?" Tanya warga.
"Mobil Keluarga Pak Daniel juga kecelakaan di tol, tadi polisi yang nelpon. 2 dari 7 korban meninggal."
"innalillahi wa inna ilaihi rojiun." Kompak warga bersuara tak percaya dengan apa yang barusan saja mereka dengar.
"Musibah emang ga ada yang tau."