NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode dua puluh lima

   " Kau tenang saja Beta, kami sudah biasa melakukan nya, mungkin kapan kapan kau jika tertarik bisa ikut bersama kami. " ucap Al sambil mengedipkan matanya.

    " Kau akan menyukainya Dium." tambah El lalu ia beranjak mengambil handuk masing masing dan masuk ke dalam kamar mandi.

    UL yang paling terakhir masuk ke kamar mandi, ia menyerahkan dua kantong berisi beras upah membantu warga di sawah hari ini, ia menyerahkan kepada Beta meminta agar memberikan kantong itu kepada petugas yang masak malam ini.

     Beta mengajakku ke bawah, sekarang sudah hampir jam setengah tujuh. Kami menuruni tangga lantai dua, melewati lorong lorong, lalu tiba di pintu samping yang langsung terhubung ke meja makan yang terletak di atas hamparan pasir putih. Belakang meja makan langsung menghadap ke lautan luas, benar benar susana makan yang menyenangkan.

    Kami singgah sejenak ke dapur, Beta menyerahkan beras pemberian si kembar ke petugas dapur. salah satu anak perempuan mengambilnya, mengucapkan terimakasih, ia menitipkan dua nampan berisi sop yang masih mengepul. Aku menelan ludah, perutku benar benar sudah tidak bisa di ajak kompromi sepertinya.

    Aku berjalan di belakang beta, tangan ku sedikit gemetaran memegang sop ikan yang penuh. Meja makan berbentuk persegi panjang itu ternyata sudah ramai, ramai oleh para penghuninya, serta ramai oleh celoteh riang anak anak.

Perhatian mereka seketika teralihkan melihat makanan yang sudah datang, aku meletakkan nampan di tengah tengah meja setelah Beta meletakkannya.

Mataku menyapu sekitar, mencari kursi yang masih kosong, sementara Beta sudah melangkah santai ke ujung meja, sepertinya itu memang tempat khusus untuk dirinya.

Sapuan mataku terhenti ketika melihat di sisi kanan ada sebuah tangan yang melambai ke arahku, seorang gadis dengan lesung pipi serta kulitnya yang terlihat kemerahan di timpa sinar lampu serta cahaya rembulan, dia adalah Vana.

Kaki ku entah kenapa reflek berjalan sendiri, malam ini ia mengenakan kemeja putih polos dan celana kain berwarna cream.

" eh kau sudah lama di sini? " tanyaku sambil menggerakkan tangan, lalu menggaruk kepala ku yang tidak gatal.

Vana terdiam sejenak, dahinya mengernyit, dia menatap ku kagum.

" Bagaimana caranya kau bisa lancar berbahasa isyarat?" tanya nya setelah terdiam.

" *eh, itu aku minjam buku dari perpustakaan, ternyata ada buku tentang bahasa isyarat, jadi aku pelajari tadi siang, dan hasilnya tidak buruk ternyata*" jawabku lalu tertawa pelan.

Mata Vana membesar, dia seperti baru saja menemukan setumpuk harta Karun.

" *kau pergi ke perpustakaan sendirian Dium*?" tanya Vana sambil mendekatkan kepalanya ke arahku, seolah olah sedang berbisik, padahal kan tidak ada yang bisa mendengarkan percakapan kami.

Aku menelan ludah, dari jarak sedekat itu aku bisa memandang wajahnya lebih detail, mata kami beradu pandang sejenak, aku bisa melihat bedaknya yang kurang tersapu sempurna, dan sebuah garis luka misterius yang ada di dahinya, tertutupi oleh rambut hitam panjangnya. Aku lalu mengangguk, mengiyakan pertanyaan nya.

" *Apakah kau mau menemaniku ke perpustakaan hari Sabtu nanti*?" tanya nya.

Aku mengangguk, tidak masalah aku juga mau mengembalikan buku perpustakaan, serta meminjam buku buku yang lainnya, aku tidak tau mengapa antusiasme belajarku benar benar tinggi, terutama yang berhubungan dengan angka angka serta barang barang elektronika.

Percakapan kami terhenti sejenak, si kembar tiga akhirnya tiba di meja makan, ibu dere langsung mengambil alih percakapan, membuka dengan mengucapkan terimakasih kepada petugas masak hari ini, serta beberapa percakapan ringan, lalu ditutup dengan meminta Al untuk memimpin pembacaan doa.

Aku makan dengan lahap malam itu, ini sudah yang kedua kalinya nambah. Bisa jadi karena aku menghabiskan banyak energi untuk belajar dari pagi hingga siang, lalu di lanjutkan dengan pergi melaut.

Pukul setengah delapan piring piring akhirnya tandas, aku menyelesaikan suapan terakhir, ikan ini kalau tidak salah adalah hasil tangkapan ku dan Beta sore tadi, aku mencoba yang ikan bakar dengan saus tomat, lalu langsung kepedasan, gila ternyata selera sambal orang orang sini benar benar berbeda. Vana yang sejak tadi melihat ku berkali kali mengelap keringat di dahi tertawa, ia menyerahkan sebuah sapu tangan kecil dan secangkir teh manis.

Beta di seberang sana terlihat sedang asik mengobrol dengan salah satu anak perempuan berusia tujuh tahun, sementara di ujung meja satu lagi nya terlihat si kembar tiga yang sedang di tanyain Bu dere kenapa mereka terlambat makan malam.

" *kau mau ke mana setelah ini Dium*?" tanya Vana, karena ia tidak bisa berbicara makanya ia menyentuh tanganku dulu baru menggerakkan tangan nya.

Aku menatapnya bingung, mungkin setelah ini aku akan beranjak untuk menyelesaikan buku yang belum selesai aku baca, atau langsung tidur.

" *apakah kau mau ikut dengan ku sebentar*?" tanya nya sambil menunduk.

" *kemana*?" aku balik bertanya.

" *kau akan menyukainya Dium*" ucap Vana menambahkan.

Aku mengangguk, tidak masalah, toh bisa jadi ini jadi refreshing yang baik setelah lelah melakukan aktivitas seharian.

Aku bangkit berdiri, ikut membantu mengemasi piring piring yang sudah kosong di atas meja, beberapa anak anak terlihat membuka sedikit kancing baju mereka, sepertinya terlalu banyak mengambil porsi makan.

Anak anak yang masih tingkat SD terlihat sudah berlarian di sepanjang garis pantai, ibu dere mengingatkan mereka untuk tidak melepaskan alas kaki, takutnya ada batu karang ataupun kulit kulit hewan laut yang bisa melukai kaki mereka.

Aku membawa piring piring yang telah aku kumpulkan, termasuk piring Beta yang kelihatannya dia masih lama lagi baru selesai mengobrol, Vana mengikuti ku dari belakang. Palingan hanya sekitar sepuluh menit kami mencuci piring, yang lama bukan mencucinya, tapi antriannya yang panjang. Setelah selesai mencuci kami meletakkan piring piring itu di rak nya.

Beberapa orang terlihat masih berada di meja makan, si kembar entah sudah menghilang ke mana mereka, Beta juga masih mengobrol dengan anak tadi, beberapa anak anak lainnya juga terlihat masih di meja makan, ada yang mengobrol santai, termasuk membahas tentang pelajaran.

Vana membawaku ke Bu dere, ia menjelaskan dengan singkat bahwa ia dan aku akan pergi sejenak untuk melihat sesuatu, Bu dere mengangguk, ia mengingatkan agar kami tidak pulang terlalu larut serta jangan pergi terlalu jauh. Sebagai jawabannya Vana sudah menggenggam tanganku lalu mengajakku berlari ke arah pantai.

Ibu dere menatap punggung kami berdua, lalu tersenyum.

" masa masa remaja adalah masa masa yang menyenangkan, aku tidak tau mengapa mereka bisa sedekat itu padahal baru kenalan, sepertinya sebuah rasa telah lahir di rumah ini, semoga saja kisahnya tidak sama seperti kisah ku." ucap Bu dere

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!