Selalu Aku Yang Mengalah

Brakkkk

" Dek!" pekik Dhaki kaget.

Terlebih ia melihat istrinya di depan pintu.

" Halo Aldona, enak ya tidur di kamar pengantin kami?" Divya berjalan santai masuk kedalam kamar yang ditempati suami dan , entah istri suaminya, atau pelakor. Divya melihat ada yang salah disini,

Perut besar.

Aldona beringsut dari tidurnya. "Divya, kenapa kamu di rumah kami ?" tanya nya heran.

" Rumah kalian?"Divya tersenyum lebar.

Ia menyandarkan tubuhnya di meja rias.

" Bahkan skincare milikmu sudah banyak ya," Divya menoleh ke atas meja itu. Benar saja banyak skincare merek ternama di sana.

" Sudah berapa lama kamu memakai nya?" tanya Divya memegang salah satu serum tapi, matanya melihat Dhaki.

" Tentu saja aku sudah sangat lama memakai skincare itu," Aldona menjawab dengan bangga.

" Ouh.. pasti kamu sangat betah ya memakai nya, sampai perutmu menggembung begitu?"

Divya tersenyum sinis.

" Dek! Aku bisa jelask.." ucapan Dhaki terpotong oleh Divya.

" Sudahlah mas, aku sudah tahu sekarang. Kamar utama dimana ya mas?" tanya Divya santai .

" Kamar utama ada di lantai empat dek. Aku ant..,"Divya mengangkat tangannya sebagai penolakan.

" Baiklah, selamat bersenang - senang! Aku mau istirahat dulu ya,"Divya bangkit dari senderan nya. Ia melangkah keluar kamar itu.

Dalam hati Dhaki bertanya - tanya. Bagaimana istri yang baru beberapa jam sah, tahu rumah yang ia jadikan mas kawin.

" Aduh bisa gawat kalau dia bicara kepada ayah mertua," batinnya ketar - ketir.

Dhaki bangkit dari ranjang hendak menyusul istrinya.

" Mas, mau kemana?" tanya Aldona.

" Mas, tadi Divya bilang pengantin kami? Maksudnya apa mas? Kamu nikah sama di Divya?" Aldona mencecar Dhaki dengan banyak pertanyaan.

Pasalnya Al tidak mengetahui kekasihnya akan menikah.

" Jawab mas!" teriak nya.

" Iya, aku tadi malam menikahi Divya. Dan Rumah ini merupakan salah satu mas kawinnya ,Al. Kamu jangan macam - macam dengan istri ku itu ya!" Setelah mengatakan itu Dhaki meninggalkan Aldona.

" Argh, aku yang hamil. Kenapa Divya yang dia nikahi,"marah Aldona mengacak-acak tempat tidurnya.

"Aldona sedang mengandung, aku sangat mencintai nya. Tapi, aku juga sangat membutuhkan Divya. Aku harus bagaimana? Semoga saja Divya tidak memberitahukan ini kepada orang tuannya," Dhaki prestasi.

Divya tidak menyangka, rumah mas kawinnya akan terlebih dahulu ditempati wanita lain.

" Sepertinya lantai empat ini hanya ada satu kamar saja. Aku harap mereka belum pernah tidur di sini," ucapnya.

Terlihat kamar luas berwarna putih mengkilap. Kasur besar berbentuk bulat ditengah-tengah ruangan. Dilengkapi meja rias juga meja kerja dan tak buku.

Ia mengunci pintu kamar nya.

Ia berjalan menuju rak buku. Ia mendorong rak itu perlahan. Dan benar saja , di dalamnya ada sejumlah pakaian mewah . Tas, jam, emas, Gelang, kalung, anting-anting , sepatu, wanita dan pria.

" Masyaalah, banyak sekali. Tapi, apakah wanita itu juga sudah memakainya, huft.." dada Divya kembali terhantam oleh kenyataan.

Divya menghapus air mata nya yang lolos dengan telunjuknya.

" Miris sekali pernikahan mu,"ucapnya terkekeh.

"Ternyata, kamu tidak benar-benar menyayangiku Dhaki," lirihnya.

" Sebenarnya, apa tujuan keluarga ku kepada keluarga ku," Divya membuka laptop miliknya. Alangkah kagetnya, ia melihat deretan informasi dari mata - matanya.

" Delapan bulan? Ternyata, kalian sudah menjalin hubungan sebelum pernikahan Alex," lilihnya. Ia mengetahui itu satu hari setelah pernikahan Alex.

" Karma cinta, bodohnya aku malah mengikuti semua rencana misterius mu, Dhaki. "

" Tidak akan ku biarkan kalian bahagia," sumpahnya dalam rasa sakit hati.

ARGH...