REBIRTH FOR LOVE

Soraya masih memikirkan sikap aneh dari Sarah sejak direstoran sepulang mereka dari rumah sakit, untuk menjemput Samuel.

Pikiran buruk lalu datang dikepala Soraya jika melihat perbedaan dari sikap Sarah yang sangat dingin padanya.

Soraya mendesah pelan, dia masih duduk sendirian diruangan pantry.

Tadi dia berpamitan dengan beralasan ke ruangan pantry pada Samuel untuk mengambil camilan ringan serta minuman.

"Apa ada yang salah dengan Sarah atau mungkin saja hanya pikiranku saja ?" tanya Soraya pada dirinya sendiri.

Soraya memandangi kaleng minuman ringannya seraya memainkannya.

"Kenapa Sarah bersikap dingin ? Tidak mungkin dia cemburu padaku ?!" kata Soraya yang masih memutar kaleng minumannya sembari memikirkan Sarah.

Soraya memang sangat acuh terhadap apapun disekitarnya tapi dia bukan orang yang tidak peduli.

"Fuih..., apa hanya perasaanku saja terhadap sikap Sarah tadi ?" ucapnya.

Terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah pantry.

Soraya segera mengalihkan pandangannya ke arah jalan masuk ke ruangan dia berada sekarang.

Muncul Samuel yang sedang berjalan masuk ke arahnya.

"Masih lama disini ? Sedari tadi aku sudah menunggumu, tapi kamu tidak juga keluar dari ruangan pantry ini, Soraya ?!" ucap Samuel.

Samuel berjalan mendekat ke tempat duduk dimana Soraya berada disana.

"Ah, iya...", sahut Soraya seraya tertawa.

"Kenapa tidak mengajak serta diriku untuk minum, sayang ?" ucap Samuel lalu mengusapkan ujung hidungnya yang mancung ke ujung hidung milik Soraya.

"Apa kau ingin minum bersamaku ?" sahut Soraya seraya tersenyum senang.

''Tentu saja, jika ada undangan manis untukku, tidak mungkin aku akan menolaknya", ucap Samuel lalu mengecup kening Soraya.

Soraya tertawa kecil melihat perhatian dari Samuel.

"Dengan senang hati aku akan mengundangmu semanis mungkin", kata Soraya sembari bergelayut manja pada Samuel.

Samuel menarik lembut pinggang Soraya hingga mendekat kearahnya.

Keduanya tertawa bersama-sama ketika saling berdekatan, kembali kebahagiaan menyelimuti pasangan yang sedang kasmaran itu.

Soraya tidak hentinya menatap mesra ke dalam kedua mata Samuel, senyum bahagia terus mengembang disudut bibirnya.

"Malam ini kita akan tidur bersama layaknya pasangan suami-istri, Soraya", bisik Samuel didekat telinga Soraya yang sedang bergelayut manja padanya.

"Ehk ?!" gumam Soraya.

Tiba-tiba sikap Soraya berubah lain seusai Samuel menyampaikan keinginannya untuk tidur bersamanya satu kamar.

Soraya tersentak kaget lalu beringsut turun serta menjauh dari hadapan Samuel.

Tampak Soraya berjalan pelan dengan wajah tertunduk.

"Soraya...", panggil Samuel.

Soraya menghentikan langkah kakinya saat Samuel memanggil namanya.

"Soraya, kenapa kau pergi ?" tanya Samuel yang masih berdiri didekat kursi pantry.

Soraya tidak segera menjawab panggilan Samuel, dia diam dengan kepala masih tertunduk dalam.

"Soraya...", panggil Samuel lalu berjalan menghampiri Soraya yang berdiri membelakanginya.

Soraya diam bergeming dengan pandangan tertunduk.

"Kenapa kau diam saja ?" bisik Samuel seraya mendekap erat Soraya.

Samuel mencium lembut rambut Soraya lalu menyibakkannya ke arah depan.

"Soraya sayang...", bisik lembut Samuel ditengkuk Soraya.

Seluruh badan Soraya menjadi sangat tegang ketika Samuel menyentuh bagian tengkuk lehernya yang terbuka polos.

Tak henti-hentinya Samuel menciuminya hingga membuat Soraya mengejang kuat.

"Umm...", desah Soraya yang menahan nafsunya ketika Samuel menyentuhkan ujung jari-jemari tangannya.

"Soraya...", bisik Samuel sembari meremas tubuh Soraya.

Soraya meleleh ketika Samuel mencumbui setiap pangkal lehernya dengan rakus.

Tak terasa pertahanannya mulai goyah, tubuhnya menjadi ringan ketika Samuel mulai bersikap lebih berani terhadap Soraya, dengan menarik lepas gaun merah yang dikenakan oleh istrinya itu lalu melemparkannya jauh ke arah lantai pantry.

Soraya menggelinjang tak karuan seraya mendesah keras.

Samuel semakin bertambah berani, digigitnya setiap inci bahu Soraya seraya meremas kuat gumpalan besar dibagian dada istrinya itu, tak berhenti sampai disitu, Samuel semakin berani menarik lepas penutup dada milik Soraya lalu menghempaskan badan perempuan itu ke atas meja pantry.

"Soraya...", bisik Samuel lalu menahan gerakan dirinya diatas tubuh Soraya.

Soraya hanya memandang ke arah Samuel sembari mengerjapkan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Mendadak rasa takut menyerang dirinya saat berhadapan dekat dengan Samuel, tiba-tiba aliran darahnya membeku hingga tubuhnya tak mampu untuk dia gerakkan lagi sedangkan kedua kakinya berubah kebas, kesemutan.

"Soraya...", bisik Samuel lalu tersenyum ambigu.

Soraya yang kesadarannya mulai hilang dari kepalanya, masih mampu menjawab ucapan Samuel padanya.

"Ya, apa ?" sahutnya dengan bibir bergetar pelan.

"Sudah saatnya kita bersatu layaknya suami-istri, kuharap kamu bersedia menyerahkan dirimu padaku malam ini, Soraya", ucap Samuel.

Samuel mengusap cepat bagian bukit indah Soraya lalu memainkannya dengan jari-jarinya.

Sontak membuat Soraya semakin gelisah, namun, dia merasakan kenikmatan tiada taranya dari sentuhan-sentuhan itu.

Mendadak kesadarannya kembali sepenuhnya, Soraya beranjak berdiri lalu mendorong kuat dada Samuel agar menjauh darinya.

Soraya berjalan tergesa-gesa sembari menutupi bagian dadanya yang membusung indah itu dengan lengan tangannya.

Tap... Tap... Tap..., langkah Soraya menjauh, berputar disekitar meja pantry lalu duduk menelungkup.

"Soraya...", panggil Samuel yang berdiri tertegun saat Soraya menjauhi dirinya.

"Tidak ! Tidak untuk malam ini, Samuel !" ucap Soraya yang dari arah meja pantry sembari mengangkat tangan.

"Soraya...", sahut Samuel termenung diam.

Soraya lalu mengangkat kepalanya seraya menatap ke arah Samuel.

"Aku tidak bisa...", ucapnya gelisah.

"Kenapa ?" tanya Samuel.

"Karena aku belum siap untuk berhubungan intim layaknya suami-istri", sahut Soraya.

Wajah Samuel mendadak pias dingin, sudut bibirnya terangkat naik, tampak kekecewaan tergambar diwajahnya yang sangat tampan itu.

"Beri aku waktu untuk berpikir lagi ! Biarkan kita beradaptasi terlebih dahulu sebelum melakukannya !" kata Soraya.

"Berpikir ?" ucap Samuel lalu memalingkan muka.

"Ayolah, Samuel ! Ini tidak mudah untukku ! Aku masih butuh waktu untuk melakukan itu, aku takut !" kata Soraya sambil menggerbak meja pantry.

Samuel menoleh kembali ke arah Soraya lalu menatapnya dengan ekspresi serius.

"Kau takut ?" tanyanya sembari melangkah mendekat.

Pelan-pelan Samuel mendekati Soraya, dia tidak ingin lagi mengagetkan istrinya itu atas tindakannya yang menggebu-gebu.

"Soraya, apa yang kau takutkan dari ini semua ?" tanya Samuel.

Samuel meraih tangan Soraya dengan sangat hati-hati.

"Tidak ada yang perlu lagi kau takutkan jika bersamaku, ada aku dan aku pasti bertanggung jawab terhadapmu", kata Samuel.

Samuel menarik lembut pinggang ramping Soraya agar merapat kepadanya.

"Jangan pernah takut padaku, sayang !" bisik lembut Samuel didekat bibir Soraya yang merekah.

Samuel memandang lama wajah Soraya dengan tatapan lembutnya lalu diusapnya bibir indah itu.

"Aku cinta padamu, dan seterusnya akan selalu mencintaimu, tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi pada kita nanti", ucapnya dengan suara pelan.

"Samuel...", sahut Soraya.

Soraya mencoba menatap ke dalam kedua mata Samuel, mencari-cari sesuatu yang tersembunyi dari padangan suaminya itu, mungkinkah Samuel menguji dirinya.

"Apalagi yang mesti kau takutkan ?" kata Samuel.

"Samuel...", sahut Soraya bimbang.

"Tidak ada yang perlu kau takutkan saat bersamaku, dan aku ingin kau menyadari bahwa aku sangat mencintaimu bahkan menginginkan dirimu untukku seorang", ucap Samuel.

Samuel menekan kuat tubuhnya ke tubuh Soraya saat mereka berdekatan lalu membungkam rapat bibir milik wanita yang sangat dicintainya itu dengan ciuman agresif dan penuh gairah.

Diserangnya bibir Soraya dengan hasrat ciuman cinta hingga mereka tenggelam dalam birahi yang menggebu-gebu.

Samuel mengangkat cepat tubuh Soraya lalu membawanya pergi dari tempat pantry menuju ke kamar mereka yang ada dilantai atas, untuk menghabiskan malam panjang milik mereka berdua yang tak akan pernah terlupakan.