" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
apa kau baik baik saja?
Mega tentu saja tertinggal, karena langkah Wira begitu lebar.
Dari belakang Mega bisa melihat dengan jelas, betapa lebar bahu laki laki itu.
Di hadapannya adalah laki laki yang sama, yang dulu mengikutinya kemana mana, yang kasih sayangnya begitu luar biasa.
Tapi kenapa sekarang Mega merasa Wira sudah menjadi orang yang sangat berbeda, sebagai seorang wanita dewasa, bohong jika Mega tidak kagum dengan perubahan itu.
Wira menghentikan langkahnya, menoleh pada Mega yang tertinggal.
Saat itu terlihat jelas betapa tegas rahang dan dagu Wira, di tambah lagi hidung yang mancung itu.
Lagi lagi Mega berdebar.
" Ayo, kita ke pak supri dulu ya?" Wira berjalan kembali setelah mega menyamai nya.
Setelah melewati beberapa pedagang, Mega dan Wira sampai di pedangan nasi goreng dan bakmi.
" Pak pri..?!" panggil Wira pada penjual nasi goreng yang sedang duduk menunggu pelanggan itu.
" Wira," laki laki sepantaran ibu Wira itu menoleh dan menyapa Wira,
" pak.. Lihat, siapa yang saya bawa.." Wira mengulas senyum ceria,
Pak supri bangkit dari duduknya, menatap perempuan yang berdiri disamping Wira.
" Pak Supri.." sapa Mega, perempuan itu tersenyum,
Pak Supri lama menatap Mega,
" sebentar, ini.. Mega?" tanya pak Supri sedikit ragu, karena rambut yang dulu pendek, sekarang terurai panjang,
Dan pipi yang dulu bulat, sekarang menjadi lebih tirus, belum lagi wajah yang lebih dewasa dan cantik.
" Nggih pak, saya Mega.." jawab Mega,
" owalah nduk?! Kemana saja?!" pak supri menepuk lengan Mega,
" kau kemana saja nduk? Duh alah... Sini sini duduk?!" laki laki itu menarik Mega untuk duduk di kursi plastik yang sudah di sediakan untuk para pembeli.
Mega tersenyum, lalu duduk, sedangkan Wira mengikuti duduk disamping Mega.
" Bagaimana kabar bapak?" tanya Mega,
" seperti yang kau lihat Mega, aku sehat.. Masih bisa mencari nafkah sampai sekarang.." pak Supri tersenyum, terlihat senang berjumpa kembali dengan Mega,
" bagaimana kabarmu?" tanya pak Supri,
" saya baik pak,"
" kapan kau kembali kesini?"
" sudah sebulan lebih pak.."
" lha? Kok baru kesini?"
" dia baru sembuh pak.. Bapak tau kan yang kapan hari saya kesini, itu membeli bakmi untuknya," sahut Wira.
" owalah.. yang sehat Mega..
Apa kau lama disini? Sering seringlah main kesini, sekedar duduk dan menikmati suasana malam.."
Mega tersenyum sembari mengangguk,
" ajaklah dia sering sering kesini Wira,"
" asal dia mau pak.." jawab Wira,
" kenapa tidak mau? dulu kalian lengket sekali, seperti hidung dan upil..! Kemana mana berdua," pak Supri tertawa, membuat Wira dan Mega ikut tertawa.
Wira dan Mega berbincang dengan pak Supri, membicarakan ini dan itu, sampai lupa waktu.
Mega yang sudah dewasa itu bahkan di paksa jajan oleh Wira, seperti membawa Mega ke masa lalu,
Wira bahkan menggandeng perempuan itu berjalan berkeliling untuk membeli jajanan yang dulu di sukai Mega.
Banyak mata yang melihat merek, terutama mata muda mudi.
Maklum saja, tempat itu di penuhi oleh muda mudi, dan bukan tempat orang yang sudah berumur seperti Wira.
Namun Wira mengabaikannya, ia tetap mengandeng tangan Mega, seperti dulu, saat Mega masih menjadi kekasihnya.
Yang di gandengpun patuh saja, ia mengikuti langkah Wira dengan bungkusan bungkusan jajan di tangan kanannya.
Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, keduanya memutuskan untuk pulang.
" Kau senang?" tanya Wira di tengah perjalanan,
" tentu saja, aku sungguh kenyang," jawab Mega dengan tangan yang melingkar di perut Wira.
" kau jajan seperti anak anak.."
" kan mas yang memaksaku?"
Wira tertawa,
" habisnya kau di ajak ke tempat lain tidak mau, ya kupaksa jajan disitu.."
" kan sudah ku bilang aku senang, apalagi bertemu pak pri setelah sekian lama.."
" syukurlah kalau kau senang, siapa lagi yang kira kira ingin kau temui?"
" sejujurnya banyak, tapi aku sudah tidak tau kabar teman teman ku, hanya satu dua yang ku tahu.."
" kalau kau mau menemui mereka, aku akan mengantarmu,"
" memangnya tidak sibuk?"
" sibuk.. Tapi sepulang dinas kan bisa,"
" memangnya tidak latihan menari?"
" latihan,tapi sebentar sebentar saja.."
" bolehkan aku melihat?"
" apa? Aku latihan?"
" tentu saja, apa mas masih lincah seperti dulu?"
Wira tertawa,
" aku sudah tidak menjadi bujang ganong lagi,"
" lalu?"
" aku menjadi pembarong sekarang,"
" pembarong?"
" iya, aku yang mengangkat dadak merak, kau tau kan topeng reog yang besar itu?"
" iya?"
" nah, akulah yang membawanya,"
" mas sungguh sungguh?" Mega tidak percaya,
" kau tidak percaya?"
" bukankah itu berat?"
" tidak ada yang berat selama ada niat.." jawab Wira.
" kau begitu mencintai budaya ya mas?"
" sepertimu, yang mencintai gambar dan lukisan.." ujar Wira.
Wira memasukkan motornya ke garasi rumah Kakung.
Mematikan mesin motornya dan menunggu Mega untuk turun dari motornya.
" Terimakasih hari ini Mega.." ujar Wira menatap Mega yang berdiri disampingnya,
" Aku yang terimakasih, sudah mengajakku bertemu pak Supri,"
" selama kau senang aku juga senang Mega," ujar Wira, tatapannya begitu lembut.
" Ya sudah, aku masuk dulu mas.." pamit Mega,
Namun rupanya Wira tidak rela Mega masuk begitu saja,
Ia menarik tangan Mega sehingga perempuan itu kembali ke tempatnya semula.
" aku sudah menyimpan ini berhari hari Mega, boleh kan sekarang aku bertanya?" Wira menatap Mega serius,
" tentang apa mas?" tanya Mega.
" Apa kau baik baik saja Mega?" tanya Wira hati hati,
" Aku sudah sehat mas, seperti yang kau lihat.."
" bukan itu, tapi yang lainnya.."
" maksudmu mas?"
" kenapa kau tidak kemari dengan suamimu Mega?" Mega langsung terdiam, raut wajahnya yang tenang tiba tiba saja berubah, seperti tertekan.
" aku sungguh penasaran Mega,
Apa yang sesungguhnya terjadi..
Apa kau dan dia baik baik saja?" tanya Wira lagi, namu tetap tidak mendapat jawaban,Mega malah lebih memilih untuk berjalan menjauh.
Namun Wira dengan cepat turun dari motor,
Ia tiba tiba saja memeluk Mega dari belakang.
Mega tentu saja membeku, ia terkejut dengan apa yang Wira lakukan.
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂