Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.
***
Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenakalan Su Zhou
Pagi ini kota terlihat semakin ramai dengan orang-orang melakukan aktivitas masing-masing. Banyak penjual yang sudah berjejer hampir di setiap sudut kota. Beberapa toko pandai besi juga sudah mulai menempa besi panas. Pedagang roti sudah mulai mengadoni adonan untuk yang ke sekian kalinya. Di antara keriuhan kota, ada penginapan yang terlihat sangat sepi. Pemilik penginapan hanya bisa diam di depan pintu masuk melihat keramaian yang ada di depannya.
Melihat hal itu tuan Hu langsung menghentikan keretanya. Dia berjalan menghampiri pemilik penginapan. Pemilik penginapan tentu menyambutnya dengan sangat baik. Mempersilakan dia masuk dan memberikannya tempat duduk dekat pintu masuk.
"Tuan ingin menginap atau pesan makanan?" ujar pria paruh baya itu dengan sopan.
"Aku tidak menginap. Aku ingin pesan tiga menu utama di penginapan ini," kata tuan Hu dengan santai.
"Baik. Tapi mungkin membutuhkan waktu sedikit lebih lama. Hanya aku yang tersisa di tempat ini. Semua karyawan yang aku miliki sudah pergi kerja di tempat lain. Jika tuan tidak masalah aku akan segera membuatkannya," kata pria paruh baya itu dengan tidak enak.
"Tidak masalah."
"Baik," pria paruh baya itu segera menuju dapur untuk menyiapkan pesanan.
Sembari menunggu, tuan Hu melihat setiap sudut ruangan yang terlihat sangat rapi dan bersih. Bahkan debu hampir tidak terlihat. Namun tempat ini sangat sepi pembeli. Bahkan tidak yang orang yang mau menginap di penginapan ini. Meski kota Zailan ada di lembah paling berbahaya dan sulit di temukan orang luar. Namun ada satu negara besar dimana penduduknya memiliki akses keluar masuk lembah.
Tetap saja dengan penjagaan yang sangat ketat. Jika bukan penduduk asli kota Zailan, orang luar hanya di berikan waktu satu minggu untuk berada di kota. Jika ada yang melanggar mereka bisa di bunuh tanpa pandang bulu. Bisa di katakan kota Zailan tidak sepenuhnya tertutup untuk dunia luar. Hanya saja hampir semua orang yang tinggal di tempat ini adalah penjahat atau budak yang kabur dari negara mereka. Sehingga banyak orang yang takut untuk tinggal di kota Zailan/ kota kebebasan.
Penginapan dua tingkat itu terlihat bagus dan bersih. Di bagian lantai atas terdapat kamar-kamar untuk menginap. Sedangkan di bagian bawah, terdapat kedai makanan yang cukup luas. Di lantai satu, terdapat pintu yang ada di ujung ruangan. Saat di buka, pohon anggur yang sudah berbuah bergelantungan memenuhi taman belakang.
Saat masuk ke dalam pintu itu, taman bunga kecil juga ada di sana. Dengan kolam ikan yang ada di ujung taman. Bunga-bunga sangat terawat bahkan bunga yang mekar ada empat warna. Warna ungu, warna merah, warna kuning, dan warna merah muda. Jika di lihat dari dalam dan luar. Penginapan merupakan yang terbaik dari penginapan yang lainnya. Tapi penginapan ini sudah sepenuhnya bangkrut dan hanya menunggu tutup.
Setelah menunggu cukup lama, makanan akhirnya bisa di sajikan. Bau harum menyebar ke semua sudut ruangan.
"Tuan. Silakan," pemilik penginapan berjalan menuju ujung ruangan lalu duduk dan memperhatikan, untuk memastikan makanan yang ia masak enak atau tidak.
Tiga hidangan utama sudah ada di hadapan tuan Hu. Tongseng kambing, daging asap dan ayam kecap. Tuan Hu mencoba daging asap, namun ada rasa pahit yang menyebar saat daging masuk ke dalam mulut. Meskipun begitu pria itu masih melanjutkan memakannya.
Saat ayam kecap di makan, rasa manis terlalu kental bahkan menghilangkan rasa asli dari daging ayam. "Ehemm..." tuan Hu sedikit berdeham karena dia tidak terlalu suka rasa manis yang terlalu berlebihan. Tapi dia tetap memakannya.
Pria itu kembali merasakan hidangan ketiga, tongseng kambing. Saat dia memakannya dia merasakan kenikmatan yang luar biasa. "Ini sangat enak," tuan Hu memakan tongseng kambing dengan sangat lahap.
Semua makanan sudah selesai dia nikmati. Hanya tinggal membayarnya aja.
Pemilik penginapan langsung berjalan menghampiri pria yang sudah menikmati masakannya. "Tuan. Semua hidangan ini gratis," ujarnya sopan.
Tuan Hu bangkit dari tempat duduknya. "Jangan. Aku sudah memakan semuanya," mengambil uang yang ada di kantongnya.
"Tidak perlu membayar. Hari ini adalah hari terakhir saya membuka penginapan ini. Saya sangat senang ada pelanggan yang datang," ujar pemilik penginapan dengan ketulusan. "Kedai ini sudah sering terjadi perkelahian dan pembunuhan. Hal ini membuat penginapan menjadi semakin sepi dari hari ke hari. Aku baru saja merintis usaha enam bulan. Tidak bisa memperkejakan penjaga yang bisa membantu ku mengatur ketertipan," melihat setiap sudut ruangan. "Huh," menghela nafas dalam. "Kali ini semua sudah berakhir," ujarnya dengan rasa sedih.
Tuan Hu diam untuk beberapa saat, memikirkan beberapa hal di dalam benaknya. "Tuan. Jika anda tertarik aku ingin berbisnis dengan anda," mengeluarkan satu keping emas. "Kita bisa memulai bisnis bersama," menatap dengan yakin.
Pemilik penginapan cukup binggung dengan penawaran yang di berikan pria yang ada di depannya. Namun di rumahnya masih ada anak dan istrinya yang harus dia beri kebutuhan untuk kehidupan yang layak. Dengan pertimbangan yang matang pemilik penginapan akhirnya menyetujui kerjasama dengan pria yang baru ia temui. Dari pengalamannya, dia tentu bisa yakin jika orang yang ada di depannya merupakan pria yang baik.
Setelah keputusan yang di ambil secara mendadak. Tuan Hu kembali kerumah, namun sebelum itu dia harus membelikan kue kesukaan kedua anaknya. Juga membeli beberapa sayuran dan buah-buahan untuk persediaan di rumah.
***
Masih di hari yang sama,
Pelajaran yang sudah berjalan hampir dua jam, hanya di minta untuk melihat rumput yang ada di taman depan kelas. Guru Jierui duduk diam di depan kelas memperhatikan setiap murid yang tengah berjongkok melihat rumput.
"Seettt...seettt..." Su Zhou mengedipkan kedua matanya memberikan sebuah isyarat kepada Yuwen. "Dia gerakkan tangan kanannya,"
Bum...
Ledakan kuat membuat asap mengepul di taman depan kelas. Saat asap mulai menghilang. Semua murid menghilang dalam sekejap.
Pengawas Du terkejut melihat tingkah siluman kecil yang nakal itu. Dia berjalan mendekat kearah guru Jierui yang terlihat sangat tenang. "Paman," memberikan cangkir teh.
"Terima kasih," mengambil teh lalu mengerutnya perlahan. "Enak. Tapi rasa pahit masih kurang pekat," ujar Guru Jierui santai.
"Apa paman tidak mengejar mereka?" ujar pengawas Du memperhatikan pamannya yang masih duduk dan menikmati kue yang baru saja dia keluarkan dari bajunya.
"Tenang saja. Kekuatan Su Zhou hanya sampai di halaman belakang sekolah," ujarnya dengan mengelap remah roti yang tersisa di mulutnya.
Pengawas Du tersenyum dengan anggukan setuju.
Tepat seperti apa yang di katakan guru Jierui, jika kekuatan Su Zhou hanya sampai di halaman belakang sekolah. Mereka semua terlempar dengan cukup kuat.
"Apa yang kamu lakukan? Kita bisa di hukum," kata Yuze kesal.
"Kita sudah melihat tanaman itu sangat lama. Apa kamu tidak bosan? Sudah lah, kita pergi memancing ikan saja di sungai. Bagiamana?" Su Zhou terlihat bersemangat dengan pemikirannya.
"Aku setuju," saut Yuwen. "Kalian bagiamana?" melihat teman yang lainnya.
Zihan masih memikirkan beberapa hal. Dia mendekat kearah Daoming. "Apa kamu akan ikut?"
"Apa ini tidak masalah?" ujar Daoming yang masih penuh pertimbangan.
Yongsheng langsung menarik tangan Daoming dan Zihan. "Ini ide cukup bagus. Ayo kita bersenang-senang," ujarnya menyeret dua temannya.
Yuze hanya diam dengan tatapan kesal. Namun dengan cepat tangannya di tarik paksa Su Zhou dan Yuwen.
Mereka berenam pergi menuju ke arah sungai yang ada di belakang sekolah. Air sungai sangat jernih juga tidak terlalu dalam. Banyak ikan berenang dengan sangat bebas.
Daoming merasa tidak enak karena harus bolos sekolah. Bahkan langsung pergi di hadapan guru Jierui. Hal seperti ini sudah sangat keterlaluan dan tidak sopan. "Aku akan kembali," kata Daoming mencoba melepaskan tangan Yongsheng.
"Aku ikut dengan mu," saut Zihan yang juga merasakan perasaan bersalah kepada guru Jierui.
Yuze mendengar hal itu juga ikut memutuskan untuk pergi. Karena memang sedari awal dia tidak berharap akan pergi keluar sekolah seperti ini.
"Kita teruskan pelajaran di sini saja. Tidak usah kembali lagi," suara guru Jierui terdengar di belakang mereka.
Semua murid langsung melihat kearah suara.
"Guru," kata serentak semua murid terkejut melihat guru Jierui sudah ada di dekat mereka. Mereka hanya bisa menunduk takut.
Guru Jierui hanya menggerakkan tangannya pelan, Tujuh meja dan tujuh kursi sudah ada di hadapannya. "Duduk," ia arahkan telapak tangan kanannya keatas. Cangkir berisi teh sudah ada di tangannya. "Hukuman akan tetap ada. Masih dua jam sebelum jam pulang. Kita masih bisa meneruskan pelajaran, huhhh..." meniup teh panas lalu meminumnya. Rasa pahit, asam, manis menyebar menjadi satu saat teh menyentuh lidahnya.
Semua murid langsung duduk di tempat masing-masing, begitu juga dengan Daoming.
"Apa ada yang tahu kenapa aku menyuruh kalian melihat rumput yang ada di depan kelas?" Meniup perlahan kepulan asap yang ada di cangkir tehnya.
Semua murid menggelengkan kepalanya.