Bercerita tentang seorang pria usia 30an yang jatuh dari kehidupan nya setelah bercerai dan terpuruk dalam kehidupannya, ketika di perjalanan pulang dirinya mengalami sebuah kecelakaan tragis yang menyebabkan dirinya meninggal dunia. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ada penyesalan dalam dirinya yang membuat dirinya begitu terpuruk dan berharap dapat memperbaikinya. Namun tanpa disadari dirinya kini bertemu seorang dewa dan di renkarnasikan di dunia lain dengan bantuan sistem. Bagaimanakah kehidupan nya di dunia lain? Apakah dia akan dapat bertahan hidup di dunia yang penuh monster dan sihir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizSlide, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OBROLAN DI MALAM HARI 2
"Apa kau bercanda? Bukankah pemuda itu baru saja menjadi petualang tidak lebih dari tiga minggu? Apa yang membuat kekuatannya meningkat secepat itu" ucap Luther
Darius dan Marcus masih nampak bingung dengan apa yang di katakan oleh Leonore. Mereka paham betul seperi apa Guru mereka itu, dan sebagai seorang Grandmaster tentu saja tidak ada gunanya dia berbohong tentang hal itu.
"Yah terserah apa yang kalian fikirkan, tapi itu adalah fakta sesungguhnya. Selain itu, aku sudah bersumpah untuk melindunginya dari siapapun yang hendak memanfaatkan kekuatannya, itu juga berlaku untuk kalian" ucap Leonore
Darius nampak kesal dengan ucapan gurunya dan berkata..
"Tidakkah ucapanmu terlalu egois? Jika memang benar, kekuatan nya itu bisa berguna bagi kerajaan kita" ucap Darius sambil mengepalkan tangannya
"Tidak, aku juga berjanji untuk membantunya merahasiakan informasi ini dari banyak orang, dan hanya kita berempatlah yang mengetahui tentang hal ini" ucap Marcus
Yah walau sejujurnya, hanya Leonore lah yang mengetahui seluruh kebenaran tentang Ryo, termasuk tentang dirinya yang bereinkarnasi dan bahkan mendapatkan title Goddess's Blessing. Jika kebenaran itu sampai diketahui mereka, mungkin mereka bisa lemas dan pasti akan mendesak Ryo untuk melayani kerajaan.
Apalagi kalau informasi ini sampai di dengar oleh Kerajaan Sancture yang notabene mereka adalah negara yang di pimpin oleh seorang Pope dan Gereja Suci sebagai pusat pemerintahan disana. Pastinya mereka akan mendesak Windgate untuk menyerahkan Ryo pada mereka.
Selain itu, Leonore juga belum mengatakan kalau Ryo juga sudah di akui oleh Gugnir, bahkan dirinya mendapatkan informasi dari rumor yang beredar kalau ada seseorang yang berkontak dengan Ikaruga Sang Badai yang merupakan salah satu Hewan Suci. Jika di fikir2 lagi rumor itu beredar dengan cepat dan bersamaan setelah Ryo dan partynya melintasi tepian Hutan Ikaruga dalam perjalanan ke ibukota.
Jadi Leonore membuat kesimpulan kalau orang yang berkontak dengan Ikaruga Sang Badai itu juga orang yang sama dengan orang yang sedang mereka bicarakan. Terlebih, Ryo memiliki Gugnir bersamanya, yang mana dulunya Gugnir bersama seluruh hewan suci lainnya juga dulu berperang besama dirinya dan sang pahlawan pada perang besar yang terjadi seribu tahun yang lalu.
Tapi nampaknya Leonore tidak berniat merahasian terkait Gugnir dan rumor itu. Karena dengan menyebarnya rumor itu, tentu itu akan membuat banyak pihak akan berfikir dua kali untuk mendesak Ryo. Pastinya pihak2 yang memiliki niat buruk padanya akan di sapu bersih oleh Ikaruga karena selain sebagai Hewan Suci, Ikaruga juga terkenal akan kebijaksanaan dan kemampuannya membaca fikiran orang lain.
"Jadi apa yang harus kita lakukan" ucap Luther
"Sejujurnya aku ingin menjadikannya ksatria kita, karena dengan kekuatannya, dia akan sangat berguna untuk kerajaan kita" ucap Darius
"Tapi Guru telah mengatakan kalau dia sendiri yang akan melindungi pemuda itu, kurasa dia juga memiliki alasannya tersendiri" ucap Marcus
"Apa kau akan mengatakannya pada kami Guru?" tanya Luther
Leonore pun meletakan cangkirnya dan menatap mereka bertiga, dia terlihat memejamkan matanya sebentar sambil tersenyum kecil sebelum dia berkata..
"Aku rasa akan merepotkan jika kalian memaksa atau mendesaknya" ucap Leonore
"Kenapa begitu? Jika guru tidak melindunginya, terntu Raja akan dengan mudah membawanya ke barisan para ksatria atau bahkan memberinya pangkat dalam jajaran kesatria" ucap Darius
"Meski guru tidak melindunginya, masih ada aku, karena aku juga menjanjikan hal yang sama padanya" ucap Marcus
Luther menghela nafas dan berkata..
"Kenapa kalian berdua bersikeras melindungi dia dan tidak ingin dia bergabung dengan ksatria kerajaan?" tanya Luther
"Itu karena putraku yang mendesak untuk tidak melakukan itu, selain itu aku juga berjanji padanya tidak akan meyakinkan Luther untuk menjaga rahasia tentangnya" ucap Marcus
"Tapi dia hanya meminta kita untuk merahasiakannya, jadi masih ada kesempatan bukan?" ucap Darius
"Darius, apa kau lupa apa yang baru saja gurumu katakan? Dia akan melindunginya, apa kau ingin membantah gurumu?" ucap Luther
Mendengar itu Leonore hanya tersenyum sambil meandang Luther, nampaknya Leonore bangga dengan sikap Luther yang tetap menghormatinya sebagai guru meskipun dirinya kini adalah seorang Raja dari kerajaan terbesar dan terkuat yang dihormati semua orang.
Disisi lain, Luther mengerti betul sifat gurunya, jika Leonore sudah berkata seperti itu, maka tidak ada siapapun yang berani untuk menentangnya. Bahkan dirinya yang seorang Raja pun tidak berniat menentang Leonore, karena Luther tahu betul, setiap tindakan Leonore pasti memiliki tujuan dan alasan yang baik demi kepentingan banyak orang dan juga dunia ini.
"Selain itu, pemuda itu juga mengatakan tentang persamaan antara ksatria dan petualang yang bahkan selama ini tidak disadari semua orang" ucap Marcus
"Persamaan antara ksatria dan petualang? Apa maksudmu? Kau ingin merendahkan ksatria?" tanya Darius
"Mana mungkin aku begitu, aku sendiri juga seorang Jendral Ksatria kau tahu itu kan" ucap Marcus
"Lalu apa maksudmu Marcus?" tanya Luther
Marcus pun menjelaskan apa yang di katakan Ryo ketika mereka bertemu di kediamannya. Markus mengatakan kalau Ryo memiliki sudut pandang berbeda namun memiliki tujuan yang sama. Darius dan Luther nampak bingung dengan apa yang di katakan Marcus.
Markus pengatakan kalau Ryo pernah berkata padanya kalau dia hanya ingin menjadi orang bebas sebagai petualang yang dapat menjelajahi dunia ini dan menikmati keindahannya.
Selain itu pemuda itu mengatakan padanya kalau Petualang memang dua jenis pekerjaan yang berbeda, namun intinya tetaplah sama. Keduanya sama-sama ingin melindungi kehidupan dan memberi kenyamanan pada banyak orang dengan cara yang berbeda. Petualang meindungi banyak orang dengan berburu monster yang dapat membahayakan orang2, sedangkan Ksatria melindungi wilayah dan negara ini dari ancaman bandit serta serangan dari kerajaan lain yang juga dapat menimbulkan korban jiwa dan juga penjajahan dari negeri lain.
Intinya dimata pemuda itu, baik itu petualang dan ksatria keduanya sama2 memiliki tujuan untuk menjamin setiap orang dapat hidup tenang dan nyaman tanpa adanya ancaman, baik itu dari monster, maupun pihak2 lain yang merugikan.
Mendengar penjelasan yang Marcus sampaikan sedikit membuka fikiran Luther dan Darius. Keduanya merasa malu karena dikalahkan oleh seorang pemuda dengan cara berfikirnya, terlebih dia masih belum berusia 20 tahun namun pemikirannya bisa sedalam itu.
Berbeda dengam Leonore yang nampak bangga dan puas mendengar penjelasan Marcus terkait apa yang Ryo katakan padanya.
"Kurang lebihnya seperti itu" ucap Marcus
"Darius, apa mungkin kita tidak lebih bijaksana dalam menilai sesuatu ketimbang pemuda yang bahkan belum genap berusia 20 tahun" ucap Luther
"Terlebih, menurut Marcus pemuda itu tidak pernah belajar di akademi sebelumnya, bagaimana mungkin pola pikirnya bisa sedalam itu" ucap Darius
"Aku mengerti perasaan kalian, karena aku juga merasakan hal yang sama ketika mendengar itu keluar dari mulutnya secara langsung, tapi faktanya kita semua sudah kalah oleh pemuda ini" ucap Marcus sembari menghela nafas panjang
"Baguslah kalau kalian menyadari kekurangan kalian, kadang kaum muda juga bisa memberikan kita pelajaran yang bermakna untuk kedepannya. Tidak perlu merasa rendah diri, setiap orang memiliki kelebihannya masing2" ucap Leonore
"Kau benar guru, tapi tetap saja ini terasa sangat memalukan, belum lagi kesimpulannya terkait monster berstatus Demonic yang di katakannya secara tidak sengaja pada Marcus. Meskipun itu semua masih dalam proses penyelidikan, tapi bisa sampai menyimpulkan masalah itu begitu dalam bahkan sampai menyangkut tragedi berdarah 10 tahun yg lalu, ini merupakan bakat yang sungguh luar biasa" ucap Luther
Mereka bertiga tenggelam dalam pikiran mereka masing2, namun berbeda dengan Leonore, dia justru merasa semakin kagum pada Ryo dan pola pikirnya. Terlebih kemiripan dari segi penampilan serta kekuatannya begitu mirip dengan kedua orang yang sangat berarti baginya, tanpa di sadari, perlahan muncul benih2 perasaan dalam hatinya pada pemuda yang sedang mereka bicarakan.
...***...
Malam harinya party Silvermoon menginap di sebuah rumah yang tidak begitu besar di distrik pemukiman kelas 2 ibukota, yang mana distrik itu di tinggali oleh keluarga kaya dan para pengusaha besar yang tinggal di ibukota.
Rumah itu di sediakan oleh Duke Anderson yang juga ayah Max, rumah itu milik keluarga mereka yang dulunya di tinggali oleh salah satu kerabat mereka sebelum mereka pindah ke kota lain.
Malam itu aku sedang menikmati keindahan malam di ibukota sambil duduk di balkon lantai 3 rumah itu dengan segelas minuman di tanganku untuk menghangatkan tubuh. Tak berselang lama Tiana datang menghampiriku..
"Tidak bisa tidur?" ucap Tiana bertanya padaku
Aku menoleh kearahnya dan berkata..
"Ya, akhir2 ini ada begitu banyak hal fikiranku yang membuatku kesulitan untuk tidur" kataku seraya kembali menatap pemandangan malam ibukota
"Bagitu ya, aku juga" ucap Tiana
"Hmm? Apa yang sedang kau fikirkan" tanyaku
"Aku.. Aku sedikit merindukan kampung halamanku, meski tidak mungkin bagi kami ras dark elf untuk kembali kesana lagi" ucap Tiana
Mendengar itu hatiku terenyuh, disisi lain, aku juga kadang merindukan kampung halaman dan keluarga ku di bumi. Tapi aku tidak bisa terus menerus memikirkannya, karena aku harus melanjutkan hidupku setelah mendapat kesempatan kedua yang di berikan oleh Dewi Rhea untuk hidup di dunia ini.
"Aku mengerti perasaanmu, itu wajar bagimu untuk merindukan kampung halaman yang menjadi tanah kelahiranmu" kataku
"Tapi kehidupan harus terlanjut Tiana, kau tidak bisa terus terpaku pada masa lalu, yang harus lakukan adalah menatap masa depan dan membuatnya menjadi lebih baik" kataku sambil memberinya sebuah senyuman
Tiana kembali teringat pertemuan pertamanya dengan pria yang ada di hadapannya, pria ini juga yang memberinya kehidupan baru setelah menyembuhkan luka dan mengembalikan kedua kakinya.
Ketika dirinya di buang setelah di perbudak sampai "rusak" pria dihadapannya ini yang memberinya alasan baru untuk hidup dan berjuang, meskipun dirinya budak, tapi pria ini tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang budak, dia justru di perlakukan layaknya rekan dan teman yang setara dengan mereka semua.
Ribuan ucapan terima kasih mungkin tidak dapat menggambarkan betapa dirinya merasa sangat bersyukur mendapatkan kesempatan ini dari pria di hadapannya.
"Kau benar, aku lupa kalau kau juga pernah mengatakan hal serupa ketika kau mengembalikan kedua kakiku serta alasan baru untukku melanjutkan kehidupan ini" ucap Tiana
"Hmm? Aku juga merasa senang bisa membantumu, dan aku sedikit bangga pada diriku karena telah memutuskan untuk tetap masuk ke toko itu dan bertemu denganmu" kataku
Tiana hanya tersenyum mendengar apa yang Ryo katakan dengan perasaan kagum dan berbunga2..
"Oh iya, aku lupa. Ada yang ingin kutanyakan padamu tentang sesuatu" ucap Tiana
"Hmm? Ada apa?" kataku sambil memandangnya
"Semenjak kita meninggalkan kota Takt ada dua orang elf yang membuntuti kita, apa kau tidak mengetahuinya?" tanya Tiana
"Oh itu, tentu saja aku tahu" kataku
"Kau tahu? Dan kau membiarkannya?" ucap Tiana heran
Aku pun mengatakan pada Tiana kalau sebenarnya mereka sudah mengikutiku sejak sehari sebelumnya, aku bertemu dengan seorang pemilik toko alat sihir di kota Takt yang merupakan seorang elf
Aku juga sempat melihat status orang itu dan ternyata dia adalah Wakil Pimpinan dari sebuah organisasi bernama Shadow Squad.
"Shadow Squad?" ucap Tiana
"Itu benar, entah apa maksud mereka mengikuti ku, namun aku fikir selama mereka tidak berniat untuk membahayakan kita maka itu tidak masalah" kataku
"Jadi begitu, ku fikir juga mustahil kau tidak menyadarinya" ucap Tiana
"Aku juga tahu kau sudah mengurus mereka bukan?" kataku
"Kau tahu?" ucap Tiana terkejut
"Tentu, aku mendeteksi kemana kau pergi ketika di desa Yoro dengan Radar dan Search milikku yang ku fokuskan pada dirimu, dari situ aku tahu kalau kamu yang mengurus mereka" kataku
"Jadi begitu ya" ucap Tiana
"Benar, aku berterima kasih padamu karena sudah mengurus mereka" kataku
Tiana hanya menjawab dengan senyuman.
Malam itu kami berdua pun sempat berbincang cukup lama sebelum kami pergi beristirahat tidur.
...***...
Sementara itu di Istana Kerajaan, keempat orang sebelumnya masih membicarakan tentang Ryo. Lalu seorang muncul menghampiri Marcus Dan memberinya secarik kertas dan langsung pergi.
"Ada apa Marcus" ucap Luther
"Orang2 ku bilang pemuda itu dan partynya benar sudah sampai di ibukota, mereka kini beristirahat di salah satu kediaman milik keluargaku di distrik pemukiman kelas 2" ucap Marcus
"Jadi kau memfasilitasi mereka?" tanya Darius
"Bagaimanapun putraku ada bersama mereka, jika aku meminta mereka tinggal di Mansion ku, tentu saja mereka akan menolaknya, jadi ku sarankan pada putraku untuk membawa mereka ke salah satu kediaman milik keluargaku" ucap Marcus
"Jadi begitu, aku sudah tidak sabar menunggu besok untuk bertemu dengannya" ucap Luther
"Bersabarlah, besok kalian akan segera bertemu dengannya" ucap Leonore
"Aku juga penasaran seperti apa dia, dan tidak sabar berbicara dengannya" ucap Darius
"Semua rasa penasaran kalian akan terjawab besok" ucap Marcus
"Tapi kusarankan kalian untuk mempersiapkan diri kalian untuk lebih banyak terkejut besok" ucap Leonore
Ketiganya terdiam dan menatap Leonore..
"Guru, apa maksud ucapanmu itu?" tanya Darius
"Aku tidak memiliki maksud apa2, aku hanya memperingatkan kalian," ucap Leonore
Ketiganya pun saling bertukar pandang sejenak mencoba memahami apa yang sedang guru mereka coba katakan dengan ucapannya barusan. Mereka tahu betul kalau guru mereka itu bukanlah tipe orang yang akan mengatakan sesuatu tanpa alasan.
Akan tetapi mereka lebih merasa tertarik dengan apa yang akan terjadi besok di pertemuan mereka dengan pemuda yang beberapa hari ini mereka bicarakan
.hadehh