NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berita Buruk

Rayden beberapa kali melirik jam tangannya.

"Hei, apa bos kalian sudah tiba?", tanya Rayden pada salah seorang staff dari perusahaan Hawkins.

"Maaf, Tuan. Tuan Ethan belum tiba di Pulau ini", jawab staff tersebut.

"Ck, lama sekali perjalanannya. Aku saja yang berangkat terlambat sudah sampai sejak tadi sore. Tidak biasanya Ethan setelat ini", keluh Rayden.

Dia melirik asisten pribadi, memberinya kode untuk menghubungi Alden.

Asisten itu dengan sigap segera melakukan perintah tuannya.

"Apa? Tuan Ethan belum sampai di sana?", Alden terkejut mendengar kabar dari Rayden.

"Ya. Aku sudah tiba di sini sejak tadi sore. Ini sudah lewat jam delapan malam, tuanmu itu masih belum juga menunjukkan diri", adu Rayden pada Alden.

"Tidak mungkin, Tuan. Tuan Ethan sudah berangkat sejak pagi, seharusnya tadi siang dia sudah sampai".

"Ya tapi kenyataannya dia tidak ada, Alden. Aku sudah menanyakan ke beberapa orang staff perusahaan Hawkins di sini. Mereka semua bilang Ethan belum sampai kemari", Rayden bersikukuh.

Mendengar informasi itu, Alden mulai merasa cemas karena tidak biasanya Ethan terlambat apalagi tidak ada kabar seperti ini.

"Baiklah, Tuan. Aku akan memeriksanya. Mohon Anda menunggu kabar dariku", Alden berusaha bersikap tenang.

"Ok, aku tunggu kabar darimu".

Rayden menutup panggilan itu.

Alden segera menghubungi nomor pribadi Ethan, tidak ada jawaban. Nada sambung pun tidak ada, hening.

"Ck, apa dia mematikan gawainya? atau dia mampir ke tempat lain sebelum ke Pulau X?", tanya Alden pada dirinya sendiri

Lagi, Alden mencoba menghubungi nomor bosnya tetap tidak ada jawaban.

"Aarrgghh ... Ethan, jawablah. Jangan membuatku cemas begini", gerutu Alden.

Dia masih terus mencoba, tapi tetap gagal. Alden lalu mencoba menghubungi pilot dan co-pilot yang berangkat bersama Ethan, tapi hasilnya sama, tidak ada jawaban juga.

"Sial. Kemana sebenarnya kamu, Ethan?", perasaan Alden semakin tidak karuan.

Alden mendudukkan dirinya di sofa. Menatap kursi kebesaran Ethan yang tampak kosong di hadapannya.

Meski ini sudah malam, tapi Alden masih berada di kantor. Dia sudah menghubungi Vallen, mengkonfirmasi kepulangannya yang akan sangat terlambat.

"Apa sebaiknya aku tanyakan pada Zareena?", ide itu terlintas di pikiran Alden.

Alden melirik jam di dinding, sudah jam sembilan lebih beberapa menit. Dia memilih mengurungkan niatnya. Alden khawatir jika Zareena sudah beristirahat.

***

Di kediaman keluarga Hawkins, suasana begitu hening karena hari sudah malam.

Zareena begitu gelisah dengan dirinya sendiri. Setelah terbangun karena mimpi buruk, dia hanya bisa berguling ke sana kemari di atas tempat tidurnya tanpa bisa memejamkan kedua matanya lagi.

Tangan Zareena kembali meraih gawai miliknya, berharap ada pesan atau telepon dari Ethan, tapi layar gawai itu tetap gelap. Tidak ada notifikasi apapun.

"Apa kesibukanmu di sana membuatmu benar-benar lupa untuk mengabariku?".

Zareena membatin sendiri. Tanpa dikomando kedua matanya meneteskan air mata. Entah kenapa Zareena merasa sedih sekali karena tak mendengar kabar apapun dari suaminya.

"Sebaiknya aku coba telepon dia lagi", tekad Zareena.

Sejak dia terbangun, sudah tak terhitung berapa kali dirinya mencoba menghubungi Ethan dan entah sudah berapa banyak pesan yang ia kirimkan pada suaminya itu. Sayang, tak ada satupun balasan yang Zareena dapatkan.

Hening

Hanya itu yang terdengar di gawai miliknya. Hal ini tentu saja membuat Zareena semakin cemas.

"Tega sekali kamu membuatku khawatir seperti ini".

Tangis Zareena pecah. Dia kembali memeluk bingkai foto dirinya bersama Ethan. Zareena mencoba menepis semua keresahan dan kekalutan pikiran juga perasaannya sendiri.

Bukan hanya Zareena, Alden pun masih terus berusaha menghubungi Ethan meski hasilnya nihil.

Tepat jam sebelas malam Alden menerima telepon dari menara pengawas di Pulau X.

"Apa?. Kamu jangan bohong!", Alden menggebrak meja di depannya.

"Saya tidak berbohong, Tuan. Kami baru saja mendapatkan rekaman suara dari helikopter yang dinaiki Tuan Ethan".

"Tidak mungkin. Kamu pasti salah!", tegas Alden.

"Tuan. Sejak tadi siang jaringan komunikasi kami terganggu karena ada badai dan kami baru selesai memperbaikinya. Saya kirimkan record suara yang kami dapatkan dari helikopter Hawkins", terang petugas menara.

Alden tidak bisa berkata-kata. Berita yang ia dengar benar-benar mengejutkannya.

Tak lama, muncul notifikasi di gawai milik Alden. Dia segera membuka pesan suara tersebut.

"Mayday mayday mayday".

- - - - -

Rekaman itu terputus.

"No. We must be save!".

- - - - -

Alden mendengar suara Alden sebelum akhirnya terdengar suara ledakan dalam rekaman itu dan setelah tak ada lagi suara di sana.

"No. Ethan, is it true?".

Lutut Alden lemas. Dia tidak percaya dengan rekaman suara yang baru saja didengarnya.

Teriakan peringatan dan suara Ethan yang berusaha menyelamatkan dirinya beserta awak lainnya di helikopter.

Air mata Alden tumpah. Dia menangis sejadi-jadinya meneriakkan nama Ethan.

Baginya, Ethan bukan hanya sekedar bos yang harus ia patuhi saat bekerja. Tapi lebih dari itu, Alden sudah menganggap Ethan sebagai adiknya sendiri.

Meski keduanya tidak selalu menunjukkan kedekatan layaknya kakak dan adik, tapi Alden sangat menyayangi dan peduli pada Ethan, sebagaiman Ethan melakukan hal yang sama pada dirinya.

"God. Please, save him", doa Alden sungguh-sungguh.

Setelah cukup lama larut dalam kesedihannya, Alden berusaha menenangkan diri. Dia berpikir keras untuk segera mencari dan menyelamatkan Ethan juga para awak lainnya.

"Hallo, Tuan Rayden, aku membutuhkan bantuan Anda".

Tengah malam Alden menghubungi Rayden yang masih terjaga di hotel tempatnya menginap di Pulau X.

Alden menjelaskan semuanya pada Rayden tanpa terkecuali karena menurut Alden, saat ini hanya Rayden yang paling mungkin untuk dimintai bantuan mencari dan menyelamatkan Ethan.

"Oh my God, are you sure, Alden?", Rayden terperanjat tak percaya mendengar berita dari Alden.

"Dalam kondisi seperti ini aku tidak mungkin bercanda, Tuan Rayden", tegas Alden.

Rayden mengusap wajahnya gusar. Dia masih tak percaya dengan pendengarannya.

"Ok. Aku akan membantumu. Tak perlu menunggu hari esok, malam ini juga orang-orangku akan aku kerahkan ke wilayah perairan itu untuk mencari helikopter yang dinaiki Ethan", janji Rayden.

"Terima kasih. Besok pagi aku juga akan berangkat ke sana bersama orang-orangku. Tolong, sementara waktu rahasiakan hal ini dari para staff dan vendor lainnya".

"Tentu. Kamu jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya di sini dan aku pastikan situasi aman terkendali", lagi, Rayden berjanji.

"Terima kasih, Tuan Rayden".

"No problem, Al. Ethan adalah sahabat karibku. Aku pasti akan mengusahakan yang terbaik untuknya sama sepertimu".

Seulas senyum terbit di bibir Alden meski Rayden tidak bisa melihatnya.

"Aku harap kita bisa menemukan dan menyelamatkan Tuan Ethan", harap Alden.

"I hope so", jawab Rayden.

Setelah panggilan itu berakhir, Rayden segera memanggil orang-orang kepercayaannya. Dia menjelaskan situasi yang sedang terjadi dan meminta mereka untuk bergerak dengan senyap dan cepat.

"Pastikan tidak ada satu pun area yang kalian lewatkan. Laporkan padaku setiap perkembangan dan temua apapun yang kalian dapatkan di sana", perintah Rayden serius.

"Siap, laksanakan", jawab pasukannya kompak.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!