Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Kali ini Cean tidur di atas brankar bersama Samudra, sementara Nadlyn di tempat tidur untuk penunggu passien.
"Uncle sebelum tinggal di rumah Oma, Uncle tinggal di mana?" Tanya Samudra ingin tau.
"Hemm.. Uncle belajar dan tinggal di London."
"Apa London itu jauh?"
"Jauh sekali. Kita harus menaiki pesawat untuk sampai di sana." Jawab Cean.
"Jauh mana dengan negri di atas awan?" Tanya Samudra lagi.
"Memang siapa yang ada di negri di atas awan?" Tanya Cean balik.
"Daddy-ku." Kata Samudra seolah mengingat apa yang dulu pernah di katakan Nadlyn saat dirinya bertanya dimana keberadaan sang Ayah. "Mommy bilang, Daddy tinggal di negri di atas awan, harus naik pesawat kesananya." Imbuhnya lagi.
Cean diam membisu, entah kenapa mendengar hal itu membuat hatinya pilu.
"Jika Uncle pulang lagi ke London dan melewati negri di atas awan, bisakan Uncle mencari Daddy-ku?" Tanya Samudra dan membuat Cean menatap mata jernih milik Samudra.
"Aku ingin bertemu dengan Daddy-ku, aku ingin bertanya padanya, mengapa Daddy pergi lama sekali, mengapa Daddy meninggalkan Mommy, apa Mommy nakal sehingga Daddy tidak mau pulang?" Kata Samudra yang tanpa sadar membuat Cean hampir meneteskan air matanya. "Aku ingin membawa Daddy pulang, aku ingin Daddy datang saat nanti aku mengikuti karnaval hari ayah di sekolahku. Bisakah Uncle membantuku?" Tanya Samudra penuh harap.
Namun Cean masih terdiam, dan Samudra melihat kewajah Cean dan mengusap pipinya. "Kenapa Uncle terlihat bersedih? Apa aku menyakiti Uncle?" Tanya Samudra.
Cean mengusap sudut ekor matanya yang basah, "Ah sepertinya mataku terkena debu."
"Sam, tidurlah." Sahut Nadlyn yang merasa sesak mendengar semua ucapan Samudra pada Cean.
"Sam belum mengantuk, Mom." Kata Samudra.
"Sejak kapan Sam berani membantah Mommy?" Tanya Nadlyn yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
"Mommy..."
"Mommy bilang tidur, jangan lagi bicara hal yang tidak tidak pada orang asing. Dia itu orang asing, Sam. Kenapa Sam dengan mudah dekat dengan orang asing?" Tanya Nadyn dengan air mata yang tidak bisa dibendungnya lagi.
Samudra menangis, Cean segera memeluk Samudra. "Sudah Nad, dia sedang sakit." Kata Cean.
"Dia siapa?" Tanya Nadlyn.
"Dia yang kau sebut itu adalah putraku, Cean. Hanya putraku!!" Sentak Nadlyn yang membuat Samudra semakin menangis.
"Pergi dan jangan pernah kembali, Cean. Pergi dan biasakan dirimu tanpa kami!!" Nadlyn menarik tangan Cean dan mendorong tubuhnya agar keluar dari kamar perawatan Samudra.
Robi masuk dan melihat putrinya kacau, juga melihat Samudra yang menangis ketakutan.
"Ada apa ini??" Tanya Robi.
Kemudian Robi melihat ke arah Cean dan menarik kerah bajunya. "Kau apakan lagi putriku, badjingan?"
Cean hanya terdiam, hatinya tiba tiba merasakan sakit dan sesak.
"Pergi dan jangan lagi temui putri dan cucuku. Pergi seperti saat enam tahun lalu kau pergi bagaikan seorang pecundang." Sentak Robi.
"Uncle Rob."
"Mau buat putriku depresi lagi? Hah?" Robi menarik Cean dan mendorongnya ke luar kamar perawatan.
"Berani kau masuk lagi, aku akan memindahkan Sam ke rumah sakit lain dan jangan harap kau bisa menemuinya lagi." Sentak Robi kemudian menutup pintu kamar perawatan Samudra.
Robi melihat Nadlyn yang menangis sambil memeluk Samudra. Rasa lelah karena pekerjaan semakin membuatnya lelah ketika melihat putrinya kembali menangis.
"Nad.." Panggil Robi.
"Sam..." Kali ini Robi memanggil Sam.
"Beri tahu Papa, Nad. Ada apa?" Tanya Robi sementara Nadlyn hanya menggelengkan kepalanya.
"Nadlyn ngantuk, Pa.. Nadlyn ingin tidur." Jawab Nadlyn kemudian Robi membantu Nadlyn untuk merebahkan diri bersama Samudra di atas brankar.
Samudra sendiri masih sesenggukan namun melihat sang Mommy menangis, membuat Samudra diam dan tidak lagi berbicara.
Keesokan harinya, Samudra sudah di perbolehkan pulang, Nadlyn tak melihat lagi adanya Cean di rumah sakit hingga kepulangan Samudra. Nadlyn pun tak ingin memberi kabar kepulangan Samudra pada Nanda dan Pras dan anehnya Pras dan Nanda juga tiba tiba saja tak pernah lagi terdengar kabarnya maupun menanyakan kabar Samudra pada Nadlyn.
Semenjak pulang dari rumah sakit, Samudra menjadi anak yang pendiam. Tidak ada lagi rasa ingin tau dengan banyak bertanya. Bahkan Samudra cenderung menjadi anak yang pemarah.
"Sam...." Panggil Nadlyn. "Minum dulu obatnya."
Samudra hanya menurut tanpa membantah, setelah itu ia kembali naik ke atas tempat tidurmya dan tidur membelakangi Nadlyn.
Nadlyn hanya menghela nafas, ia membiarkan Samudra seperti itu hingga membaik dengan sendirinya.
"Bagaimana Samudra?" Tanya Dirga yang berada di rumah Nadlyn selepas pulang bekerja.
Nadlyn tersenyum degan senyum lelahnya. "Masih sama."
Dirga terdiam, kemudian berbicara. "Apa Sam tau jika Cean adalah Daddynya?" Tanya Dirga yang membuat Nadlyn melihat ke arah wajah Dirga.
"Mommy Nanda tidak mungkin memberitahu Sam."
"Bagaimana jika Cean sendiri yang mengatakan hal itu pada Sam?"
"Tidak mungkin, Cean terlalu pengecut untuk mengakui dirinya sebagai Daddy di depan Sam."
Dua bulan berlalu, Nadlyn merasakan kejanggalan karena mertuanya tak kunjung menghubunginya, apakah perkataan terakhir Nadlyn membuat Nanda tersinggung? Padahal Nadlyn masih mengijinkan Nanda untuk menemui Samudra jika itu di rumah Robi.
"Nad, hari ini bisa ke kantor ARDA KARYA?" Tanya Robi.
"Memang ada apa, Pa?" Tanya Nadlyn dengan heran.
"Entahlah, cuma pengacara keluarga mertuamu ingin bertemu dengan mu dan juga Papa di perusahaan." Jawabnya.
"Apa ini ada kaitannya dengan pensiun Papa yang tinggal satu bulan lagi dan soal penerimaan saham 30% sebagai dedikasi Papa?"
Robi mengerdikan bahunya. "Mungkin. Datanglah siang jam dua."
"Akan Nadlyn usahakan." Jawab Nadlyn.
Semenjak keluar dari rumah sakit dan selama dua bulan ini, Samudra hanya di asuh oleh pengasuh yang biasa di panggil Nanny. Samudra pun tak pernah merengek ataupun merasa keberatan meski terkadang dirinya minta diantar ke rumah Nanda, Omanya.
"Sam, habiskan bekal istirahatmu, ya." Kata Nadlyn sambil merapihkan kotak makan Samudrra ke dalam tas bekalnya.
"Iya, Mom." Jawab Samudra singkat.
"Sam, libur besok Kakek akan mengajakmu ke taman dinosurus. Bukankah kamu ingin kesana?" Tanya Robi.
"Tidak mau, Kek. Sam mau mewarnai saja di rumah." Jawab Samudra.
Robi dan Nadlyn saling bersitatap, perubahan Samudra sangat drastis. Tidak ada lagi Samudra yang riang dan banyak bertanya.
Siang hari, Nadlyn sudah berada di dalam kantor ARDA KARYA. Nadlyn segera menuju ruangan Robi karena sudah mengetahui tempatnya.
"Kau sudah datang, Nad." Sapa Robi sambil mencium pipi Nadlyn.
"Apa aku terlambat, Pa?" Tanya Nadlyn.
"Tidak, Papa juga baru selesai rapat." Jawab Robi. "Ayo kita ke ruangan presdir." Ajak Robi.
Nadlyn menahan langkahnya. "Ruangan Presdir?"
"Tenang saja, Nad. Ruangan presdir itu masih dijabat oleh Mommy Nanda. Bukan Cean. Cean belum menerima serah jabatan dari Mertuamu, Papa juga tidak tau kenapa Nanda belum menyerahkan jabatan itu pada Cean, padahal Papa sudah satu bulan lagi akan pensiun." Jawab Robi.
"Tapi bagaimana jika ada Cean disana?" Nanda begitu khawatir. Rasa marah semakin memuncak karena Cean menghilang begitu saja selama dua bulan. Berbuat seenaknya pada Nadlyn. Pikir Nadlyn.
"Ada Papa, Papa akan melindungimu jika Cean menyakitimu." Ucap Robi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .