Rasanya menjadi prioritas utama bagi seseorang adalah suatu keberuntungan. Canda tawa dan bahagia selalu membersamai mereka dalam hubungan yang sehat ini, hingga membuat keduanya tidak berhenti bersyukur.
Hari demi hari kita lalui dengan berbagai cerita. Saat itu, semua masih terasa baik-baik saja. Hingga tanpa kita sadari, satu persatu masalah mulai menghiasi hubungan ini.
Awalnya kita mampu bertahan di tengah badai yang sangat kuat. Tetapi nyatanya semakin kita kuat, badai itu semakin menggila. Kiranya kita akan bisa bertahan, ternyata kita salah.
Hubungan yang sudah kita jalin dengan baik dan banyak cerita bahagia di dalamnya, dengan sangat terpaksa kita akhiri. Badai itu benar-benar sangat dahsyat! Kita tidak mampu, kita menyerah sebab lelah.
Dan syukurlah tuhan tidak tidur, kebahagiaan yang di renggut paksa oleh seseorang kini telah di kembalikan. Kisah kita kembali terukir hingga menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam ikatan pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Early Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Naureen. Kamu di minta ke ruangannya bu Mira."
Dan inilah puncaknya. Saat-saat yang harus di hadapi Naureen hari ini. Dia tahu betul bahwa Mira pasti akan memanggilnya. Tapi dia tidak takut. Sama sekali tidak takut.
Naureen mengangguk kepada rekan yang baru saja menghampirinya. Lalu tidak membuang waktu lagi, Naureen bergegas menemui wanita yang saat ini sedang mempermainkannya.
Tok tok tok.
"Masuk."
Dengan percaya dirinya, Naureen langsung masuk begitu Mira memerintahkannya. Langkahnya sangat yakin. Nyalinya pun tidak ciut sama sekali.
"Selamat pagi bu." Sapa Naureen. Tidak lupa untuk tersenyum, ia sangat ramah.
"Duduk." Perintah wanita itu.
Naureen menurutinya.
"Saya tidak akan bertele-tele ya. Karena kamu sendiri pasti sudah tahu kan kenapa kamu saya panggil kesini?" Ucap Mira. Nada bicaranya ketus. Wajahnya pun sangat datar, tak berekspresi. Dasar angkuh.
"Iya. Saya tahu itu, dan saya sangat siap dengan konsekuensi-nya." Sahut Naureen.
"Sangat percaya diri sekali ya kamu." Celetuk Mira. Bibirnya tersungging.
Naureen hanya tersenyum.
"Padahal kamu lalai dengan pekerjaan mu. Tapi sangat sombong dengan berbicara seperti itu." Sambung Mira. Tersenyum jahil.
Naureen mulai geram. Dia tersenyum tapi hatinya menggerutu.
Bisa-bisanya orang kayak gini jadi manager.
"Saya sangat sadar dengan kesalahan saya. Tapi saya tidak punya banyak waktu untuk mengerjakan berkas yang menumpuk itu hanya dalam tiga hari." Ucap Naureen. Mulai membela diri.
"Mungkin saja bisa selesai tepat waktu tanpa ada berkas yang tidak di kerjakan. Tapi sayangnya saya tidak diperbolehkan membawa berkas-berkas ini pulang." Lanjutnya.
"Jadi saya sangat menyesali hal itu. Dan tentunya atas kesalahan saya, saya minta maaf karena sudah lalai." Tutup Naureen. Apa yang dia bilang, benar. Bagaimana bisa mengerjakan lebih dari 20 berkas dalam tiga hari dan tidak boleh di kerjakan di rumah.
"Kamu tidak boleh menjadikan berkas yang tidak bisa di bawa pulang sebagai alasan. Bu Novi bilang kamu orang yang kompeten dan tekun. Saya hanya ingin membuktikan itu." Ucap Mira.
"Tapi nyatanya..." Mira mengangkat bahunya sambil tersenyum. Dia seperti puas sekali bisa merendahkan Naureen.
"Saya memang bukan orang yang kompeten dan tekun seperti yang ibu dengar." Kata Naureen.
"Namun saya selalu berusaha keras untuk bertanggung jawab dengan pekerjaan saya."
"Dan kali ini, bukan karena saya lalai. Tapi karena saya tidak di beri pilihan." Tegas Naureen.
"Saya tidak minta kamu untuk menjawab perkataan saya." Kata Mira, dengan ketus dan wajah yang terangkat.
"Saya minta maaf bu. Saya pikir saya punya hak untuk membela diri." Sahut Naureen.
Naureen sangat berkelas menghadapi Mira yang sangat sombong itu. Dia pikir mempermainkan lawannya dengan menggunakan kekuasaan itu keren? sama sekali tidak!
"Bagaimana bisa Jeno memilih orang yang sombong seperti kamu?" Kata Mira tiba-tiba. Naureen terkejut, saat wanita dihadapannya mulai melibatkan Jeno dalam pembahasan ini.
"Maaf bu. Apa hubungannya Jeno dengan pekerjaan saya?" Tanya Naureen. Dia tambah geram. Wanita itu semakin menunjukkan sifat aslinya.
"Jeno memang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mu. Hanya saja saya tidak suka jika Jeno memilih orang seperti kamu!" Sahutnya santai namun dengan nada ketus yang tidak ketinggalan.
Naureen kembali tersenyum.
"Jadi benar itu alasannya?" Kata Naureen. Sekarang ia sudah tahu, dugaannya benar. Mira sedang mempermainkannya karena alasan pribadi.
"Apa maksud kamu?" Tanya Mira.
"Bagaimana bisa seorang manager melakukan hal ini karena alasan pribadi?" Ucap Naureen. Bibirnya mulai tersungging. Ia murka sekali dengan cara Mira mempermainkannya.
"Berani sekali kamu bicara seperti itu!" Sentak Mira dengan nada yang cukup keras.
"Kamu lupa siapa saya? Saya bisa melakukan apa pun kepada staff kecil yang sangat tidak sopan seperti kamu." Sambungnya.
Naureen kembali tersenyum.
"Jaga bicara kamu! Dimana sopan santun mu sebagai wanita yang di pilih Jeno?" Mira kembali meninggikan suaranya.
"Maaf bu. Tapi saya disini sebagai Naureen, staff kecil seperti yang ibu bilang tadi. Saya kesini atas perintah ibu karena pekerjaan saya, bukan karena Jeno." Sahut Naureen.
"Diam kamu!"
Naureen kembali tersenyum.
"Pergi dari sini sekarang juga!" Perintah Mira. Dia mengusir Naureen sambil jarinya menunjuk ke arah pintu.
Naureen langsung berdiri dan membungkukkan badannya untuk tetap menghormati Mira sebagai atasannya. Dia pun melangkah pergi.
Tapi baru beberapa langkah...
"Satu hal yang harus kamu ingat." Ucap Mira.
Langkah Naureen terhenti.
"Saya bisa melakukan apa pun kepada kalian."
"Terlebih karena kamu sudah berani kurang ajar kepada saya."
Naureen menoleh.
"Sudah bu?" Tanyanya.
Mira mendengus kesal. Dia tidak mengira kalau Naureen seberani ini.
"Cepat pergi!" Mira membuang pandangannya.
Sementara Naureen kembali melangkah keluar dari ruangan yang terasa sangat panas itu.
Naureen menggigit bibirnya. Dia kesal sekali dengan Mira. Wanita itu terang-terangan membencinya. Terlebih Mira baru saja melayangkan ancaman kepadanya. Dikira Naureen akan takut dan ciut? Tidak. Kamu salah pilih lawan, Mira!
___
Setelah jam kerja selesai, Naureen berjalan ke arah baseman untuk menemui Jeno yang susah menunggunya.
Wajah masamnya tergambar jelas. Dia masih jengkel dengan sikap Mira tadi. Langkahnya yang cepat juga menjadi tanda tanya bagi Jeno. Tidak biasanya Naureen seperti ini.
"Sayang. Kamu kenapa?" Tanya Jeno saat Naureen sudah duduk di sampingnya.
Memakai seat belt tanpa berbicara. Tentu saja semakin membuat Jeno penasaran.
Jeno membelai rambut Naureen dengan lembut. Dia terus memperhatikan Naureen yang masih belum mau bicara. Namun sudah cukup lama ia memperhatikan, Naureen masih belum juga mau bicara.
Untungnya Jeno sangat pengertian dan peka luar biasa. Dia bersiap untuk melajukan mobilnya. Dia khawatir akan membuat Naureen semakin tidak nyaman jika di paksa untuk bicara. Jadi berikan saja dia waktu sebentar untuk bisa lebih tenang.
Setelah cukup lama melaju, tiba-tiba Jeno menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah toko.
"Mau keluar sebentar?" Tanya Jeno dengan suaranya yang lembut. Saking lembutnya, sampai bisa meluluhkan Naureen yang mood-nya sedang buruk.
"Hm." Naureen mengangguk. Lalu menuruti Jeno dan megikutinya.
"Tunggu disini sebentar ya sayang." Kata Jeno.
Naureen menunggu Jeno yang sedang masuk ke dalam sebuah toko. Ia menunggunya dengan senyuman yang mulai terlihat. Lalu tidak lama kemudian Jeno datang sambil tangannya sibuk membawa dua ice cream.
Ya. Jeno sengaja menghentikan mobilnya untuk membawa Naureen menikmati ice cream sebentar. Niat hati ingin memperbaiki mood wanita-nya. Semoga saja dia berhasil.
...***...