NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 - Dia Akan Datang

Selama beberapa hari terakhir Aditya sibuk menghubungi orang-orang yang siap untuk membantunya. Dia juga memperingatkan kepada orang-orang yang berada di sekitar rumahnya untuk segera mengungsi selama beberapa waktu. Sebisa mungkin dia akan mengurangi korban sipil yang dapat terdampak peristiwa mengerikan ini.

"Selamat datang," sambut Almeera kepada tiga orang yang yang yang datang menggunakan jubah yang menutupi kepala mereka.

"Apa kami terlambat?" tanya salah satu dari mereka sambil melepas tutup kepalanya.

Ketika jubah itu terbuka, dapat terlihat dengan jelas kalau mereka bertiga adalah Ezra sang kepala akademi, profesor Aldrin, dan Profesor Elena. Tampak mereka bertiga membawa senjata andalannya masing-masing di balik jubah mereka.

"Tidak, justru kalian yang datang pertama," jawab Almeera dengan senyuman hangat.

Tanpa aba-aba mereka bertiga kemudian duduk bersimpuh pada Almeera dengan kepala menunduk. "Kami bertiga siap mengorbankan diri kami untuk Anda, Archduchess," ujar Ezra.

Almeera menggelengkan kepalanya dengan cepat saat melihat penghormatan mereka. "Tidak-tidak berdirilah! Kalian tidak perlu melakukan itu!" ucapnya.

"Kami tau kalau Anda bukan seseorang yang membutuhkan penghormatan, tapi kami merasa selama ini sudah berlaku tidak hormat kepada keluarga Nareswara," jelas Ezra masih dengan kepala tertunduk ke bawah.

"Apa maksudmu?"

Ezra menarik napas panjang sebelum mulai menjelaskan. "Akademi Red Dragon kami didirikan di wilayah Nareswara sejak kerajaan ini baru dibentuk. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah menyapa atau memberikan sesuatu kepada keluarga Nareswara yang sudah mengizinkan akademi kami untuk tetap beroperasi sampai saat ini tanpa harus memberikan balasan apapun."

Almeera menepuk bahu Ezra dan memintanya untuk berdiri. "Sudah berdirilah! Lagipula leluhur keluarga Nareswara juga tidak pernah mempermasalahkan itu. Jika kalian ingin mengucapkan terima kasih, mungkin kalian bisa melakukannya pada putraku Aditya yang memiliki darah Nareswara dalam tubuhnya. Aku sebagai seorang menantu tidak punya hak apa-apa."

Ezra berdiri yang diikuti Aldrin dan juga Elena. Mereka bisa melihat seberapa besar ketulusan yang dimiliki oleh Almeera. Keputusan untuk membantu keluarga Nareswara dalam masalah ini, sama sekali bukan keputusan yang buruk.

Tiba-tiba datang sebuah rombongan besar yang terdiri dari penyihir dan kesatria. Mereka datang dipimpin oleh seorang lelaki yang membawa sebuah pedang raksasa di punggungnya.

"Hohoho, bagaimana kabarmu putriku?" ucap Saka menyapa.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih karena mau membantu kami, Ayah."

Saka tertawa dengan sangat keras. "Hahaha, akhirnya aku bisa mendengarmu memanggil diriku ayah lagi," ujar Saka sambil mengelus kumisnya yang sudah memutih. Dia kemudian mengalihkan pandanganya pada Ezra.

"Oh, kau juga ada di sini Baron Axelion?" tanya Saka.

Ezra tersenyum kecil. "Ya. Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Marquess Ganendra di sini," ucap Ezra dengan sedikit memberikan penghormatan.

"Syukurlah." Saka menepuk punggung Ezra. "Aku bisa merasa sedikit tenang jika kau ada di sini."

Mereka berdua berbincang dengan akrab untuk menghilangkan ketegangan yang mereka rasakan. Almeera memerintahkan pada para bawahan yang dibawa Saka untuk bersiap di sekitar kediaman Nareswara kemudian menyuruh Farhan untuk membawa tamu mereka masuk. Dia sendiri akan tetap berdiri di samping gerbang untuk menyambut tamu yang akan datang.

Setengah jam kemudian datang lagi sebuah rombongan yang lebih kecil dibanding rombongan Saka. Terlihat mereka semua membawa sebuah tongkat sihir dan memakai seragam khas menara sihir. Almeera bisa merasakan bahwa yang paling lemah di antara mereka adalah penyihir dengan lima magic circle.

"Selamat datang, Senior," ucap Almeera saat melihat Irene dan rombongannya turun dari bus.

Irene tersenyum dan mendekat ke arah Almeeram "Jangan terlalu tegang! Semua pasti baik-baik saja," hibur Irene sambil memeluk Almeera singkat.

"Ya, tapi mau bagaimanapun aku pasti akan merasa cemas dengan situasi semacam ini. Takdir keluarga kami akan diputuskan malam ini."

Almeera mempersilahkan Irene untuk masuk, tapi dia menolak. "Aku akan tetap di sini bersamamu."

Irene memerintahkan bawahannya untuk menyebar. Dia hari ini membawa semua penyihir elit yang sedang tidak bertugas di menara. Walaupun begitu Irene masih merasa belum membawa orang yang cukup.

Irene memandang ke gerbang megah kediaman Nareswara sambil berusaha untuk menyembunyikan kecemasannya. "Pasukan Duke Nazareth itu sangat besar. Apalagi jika ditambah dengan orang-orang dari kultus sesat itu. Seharusnya aku menghubungi menara sihir lain untuk membantu."

"Jika masalah jumlah, Senior tidak perlu khawatir. Apa senior lupa kalau kami ini juga merupakan keluarga tingkat Duke? Nazareth sialan itu tidak akan berani menyerang jika hanya mengandalkan jumlah."

Perkataan Almeera membuat Irene mengangguk lega. Walaupun wilayah Nareswara tidak luas, tapi kesatria yang dimilikinya cukup banyak Tidak heran di masa lalu keluarga Nareswara adalah salah satu pilar dari berdirinya kerajaan Nusantara.

Mereka berdua masih berdiri di samping gerbang bersama dengan Roni dan beberapa kesatria Nareswara yang berjaga. Mereka berdiri di sana tanpa merasa lelah menunggu setiap detik yang berlalu. Matahari yang mulai terbenam membuat suasana di sana menjadi semakin tegang.

Semua orang yang sebelumnya ada di dalam mulai keluar satu per satu termasuk Aditya yang sudah siap dengan memakai zirah dan membawa tombaknya. Dia berjalan dengan langkah yang penuh dengan percaya diri dan wibawa. Semua orang yang ada di sana bisa melihat aura kebangsawanan kuat yang dipancarkan olehnya.

Aditya menarik napas panjang sebelum mulai berbicara. "Aku mewakili ibuku sebagai kepala keluarga Nareswara mengucapkan terima kasih pada semua yang hadir di sini," ucap Aditya sambil menyentuh dadanya sebagai penghormatan.

"Aku tidak bisa memastikan kalau semua yang ada di sini akan bisa melewati malam ini dalam keadaan hidup. Aku juga tidak yakin akan bisa memenangkan pertempuran ini karena aku tau betapa tangguhnya musuh kita. Walaupun begitu ada satu hal yang bisa aku pastikan pada kalian. Semua yang ada di sini akan menjadi bagian dari sebuah sejarah yang tak akan pernah dilupakan sepanjang sejarah kerajaan ini berdiri," lanjut Aditya. Dia bisa melihat betapa tegangnya wajah semua orang yang ada di sana.

Aditya mengangkat tombaknya tinggi-tinggi lalu menghujamkannya dengan keras ke tanah beton di bawahnya. "Aku, Aditya Nareswara bersumpah akan membawa kabar baik untuk kita semua atau mati di sini dengan membawa sebuah kebanggaan. Jadi, aku mohon menanglah! Buat musuh kita menyesal!"

"Kami akan bertarung!!! Menang atau mati!!" teriak semua kesatria Nareswara bersamaan yang kemudian diikuti sorakan dari semua orang. Mereka tidak menyangka pemuda seperti Aditya bisa berbicara di tengah semua orang tanpa ada rasa takut sama sekali di wajahnya.

Beberapa saat kemudian suasana menjadi sangat hening. Hanya terdengar suara binatang malam yang mulai bersahut-sahutan. Lampu yang menerangi kediaman Nareswara mulai dinyalakan yang cahayanya cukup untuk menerangi sejauh mata memandang. Semua orang tetap diam sambil berharap bahwa mereka bisa melihat hari esok. Sebuah hari yang indah yang akan menjadi awal dari segalanya.

^^^^^^Continued ^^^^^^

1
Toto Marwoto
ceritanya sudah mulai tertata apik.....
selamat berkarya terus.....
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!