Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Pagi menyapa matahari mulai mengintip dari balik tirai kamar dua insan sepasang pengantin baru itu.
"By...bangun hari ini kamu ke kantor kan?"
Celine membangunkan Damian, dengan mengelus tangan dan pipinya.
"Jam berapa Hun?" Damian bertanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Setengah 6 by."
"Aku mau mandi dulu ya."
Baru Celine hendak bangun, tapi tangannya dicekal oleh Damian.
"Bareng aja hun, biar hemat waktu."
"Jangan modus ya by."
"Nggak honey, mandi aja lagian aku mau ke kantor."
Mereka berdua pun masuk bersama ke kamar mandi.
"Selamat pagi papi, mami." ucap Damian dan Celine.
Damian sudah siap dengan pakaian kantornya.
Hari ini adalah hari pertamanya masuk setelah drama syndrome couvade dan pesta pernikahan mereka.
Damian dan Celine pun duduk di meja makan, Celine mengambilkan Damian nasi, sayur capcay dan udang asam manis serta air putih.
"Terima Kasih hun."
Celine membalas dengan senyuman.
"Damian hari ini jangan lupa kamu meeting ditemani manager pemasaran dan purchasing untuk membahas penyuplaian spare part."
"Siap pi."
"Semoga berhasil son."
Celine mencium tangan Damian, dan Damian membalas dengan mengecup dahi Celine.
"Hati-hati by."
"Iya hun, doain suamimu ini ya, biar berhasil hari ini."
"Aamiin."
Celine pun masuk kembali menghampiri mertuanya.
"Mami hari ini mau anterin papi terapi Cel, kamu di Rumah sama ART aja nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa Mi, aku mau coba-coba gambar sketsa desain baju." jawab Celine
"Sudah siap mi?" tanya Papi Wisnu.
Sudah pi, Cel papi sama mami tinggal dulu ya."
"Di Rumah hati-hati Cel."
"Iya mi pi, hati-hati juga ya."
Celine melambaikan tangan pada kedua mertuanya.
Stella mematut dirinya di cermin, blouse biru laut, flare pants putih.
Drrt..
Drrt..
Ponsel Celine bergetar, menampilkan pesan dari sahabatnya Arsen.
***From : Arsen***
Stel gue jemput sekarang ya.
***To : Arsen***
Sen papa mama nyuruh pacar jadi-jadian gue, ke rumah.
***From : Arsen***
Yaudah gue ke Rumah, sesuai kesepakatan aja, gue juga mau ngomong sesuatu nanti.
***To : Arsen***
Oke, akting yang bener ya.
Stella keluar kamar menuju meja makan disana orang tuanya sudah menunggu.
"Pagi Pa, Ma." sapa Stella.
"Pagi sayang, cantik banget anak mama, kalau Reino ketemu pasti langsung klepek-klepek sama anak mama."
"Mama mulai deh, aku kan udah bilang punya pacar." Stella pura-pura merajuk.
"Ya kalau pacar kamu serius, harusnya dia kesini dong stel, kalau dia nggak mau kesini, tandanya nggak ada keseriusan ya papa tetap jodohin kamu sama Reino." ucap Papa Stella.
Uhuk
Stella yang sedang mengunyah roti jadi tersedak.
"Minum sayang, pelan-pelan makannya."
Ting tong
Bel pintu rumah Stella berbunyi.
"Bi tolong buka pintunya."
"iya Nya" bibi pun membuka pintu.
"Assalamualaikum, Stellanya ada."
"Wa..wa..alaikumsalam mas, ada mas lagi sarapan silahkan masuk."
Wah ada kemajuan non Stella,gumam bi ijah dalam hati, melihat ada pemuda tampan yang mencari majikan mudanya itu.
"Siapa bi tamunya?"
"Itu nyah, nyariin non Stella, laki-laki guanteng." ucap bi ijah sambil tersenyum.
"Yaudah bikinin minum bi."
"Siapa Stel, yang cariin kamu?"
"ya orang yang papa suruh dateng." jawab Stella santai.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Stella menuju ruang tamu.
"Maaf ya nunggu, diminum dulu sen." ucap Stella semesra mungkin, agar aktingnya lebih meyakinkan, dia pun mengerlingkan matanya ke Arsen.
"Lho Arsen" ucap pasangan paruh baya itu bersamaan.
"Stel katanya pacar kamu yang datang?" tanya Papa Stella.
"Maaf ya Sen tadi tante kira yang datang pacarnya Stella."
"Hhmm sebenarnya om tante Arse memang pacarnya Stella." ucap Arsen dengan gugup.
"Apa?"
"Kamu lagi gak disuruh bohong kan sama Stella."
"Tidak om, Arsen memang pacaran sama Stella."
Pandangan Papa Stella menelisik keduanya.
"Stella kenapa nggak pernah cerita ke papa mama, kalian sudah pacaran berapa lama."
"1 tahun"
"2 tahun"
Jawab keduanya bersamaan tetapi tidak sinkron.
Papa Stella menyatukan kedua alisnya,
"Jadi yang benar yang mana?"
"Maksud kami setahun mau kedua tahun pa" jawab Stella.
"Benar Om."
"Kalian sudah pacaran selama itu, tapi Arsen belum pernah kamu ajak ke Rumah stel, dan kamu Arsen serius gak sama anak om, umur kalian bukan usia buat main-main lagi."
Glek...
Arsen menelan ludahnya kasar.
"*Pantes si Jovan takut sama bokapnya Stella, mengintimidasi begini*." Batin Arsen.
"Serius om, maaf kalau saya selama ini antar jemput Stella hanya sampai depan rumah."
"Om sama tante to the point aja ya Sen, kami gak nyangka ternyata pacarnya Stella itu kamu, Om sama tante sih gak meragukan kamu, kamu baik, mapan, pasti bisa menjaga Stella."
Papa Stella membuang nafas kasar.
"Hanya Sen, usia om dan tante ini sudah kepala 6, om sama tante ingin melihat Stella menikah, dan kami bisa menggendong cucu, kalau Arsen memang belum berniat membawa Stella ke jenjang pernikahan, hhhmmm sebaiknya tidak dilanjutkan saja, karena sejujurnya sudah ada teman sejawat om yang mau melamar Stella untuk anaknya." ucap Papa Stella pelan namun tegas.
Duarrr....
Stella yang dari tadi menunduk langsung memandang Papanya, kemudian bergantian menatap Arsen.
Arsen pun hanya menunduk sambil menautkan kedua tangannya.
"Kalian kan bersahabat dari SMP, seandainya hubungan pacaran kalian gak berlanjut ke jenjang pernikahan kan juga tidak apa-apa, tidak akan ada permusuhan, kalian tetap bisa bersahabat." ucap Papa Stella lagi.
"*Kenapa akting pura-pura pacarannya jadi berbuntut panjang seperti ini, ini baru dari orang tua Stella, belum nanti dari orang tua Arsen sendiri, sudah pasti ibu akan heboh sendiri*." gumam Arsen dalam hati.
"Maaf om tante untuk urusan itu, izinkan Arsen untuk berbicara dahulu dengan Stella."
"Baik akan om beri waktu tapi jangan terlalu lama, kamu juga ya Stella anak gadis pacaran jangan terlalu lama."
"iy..iya..pa."
"Ya sudah Papa mau siap-siap dulu, berangkat ke Rumah Sakit, Ayo ma bantu papa bersiap."
"Kalau begitu Arsen juga pamit om tante, mau antar Stella ke Rumah Sakit, sekalian Arsen ke kantor."
"Iya hati-hati ya kalian."
"Hati-hati, titip Stella." Papa Stella menepuk bahu Arsen.
Arsen pun menunduk sambil memberi senyum, kemudian keluar, Stella pun mengambil tasnya dan mengikuti Arsen masuk ke dalam mobil.
Sementara pasangan paruh baya itu masuk ke kamar.
"Gak nyangka ya Pa ternyata Arsen pacarnya Stella." ucap mama Stella sambil memakaikan jas dokter ke suaminya.
"Arsen itu dari dulu gak neko-neko, Alhamdulillah kalau benar mereka sampai menikah."
"Iya kita lihat dulu ma, serius gak mereka."
Sementara di dalam mobil yang melaju menuju Rumah Sakit tempat Stella bekerja dan menimba ilmu, dua anak manusia hanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Sen maaf gue jadi masukin elo ke situasi yang gak nyaman."
"Gak usah dipikirin yang bokap gue bilang, masa iya kita cuma pacaran pura-pura disuruh nikah hihihi." ucap Stella sambil terkikik.
"Stel...."
Mata Stella dan Arsen bertemu.
"Yaudah ayo kita menikah." ucap Arsen sambil mata fokus kedepan.
"Apa?"