Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 23 "Jawaban Gue Iya, Za."
•••
"Semuanya emang nggak ada artinya buat lo ya, Kak." Kata Zafanya tertawa pelan, "Padahal berkali-kali lo bersikap lembut dan bikin gue salah paham, bikin gue berharap sama lo."
"Lo cium gue berkali-kali, pas di kampus, malam pas lo mabuk, suapan bubur waktu itu, ciuman di mobil tadi. Semua itu di barengin sama kata-kata aneh lo yang bikin gue salah paham dan bertanya-tanya maksudnya apa. Dan setelah semua itu, lo masih nggak ada perasaan buat gue." Kata Zafanya, ia menunduk dan menggingit bibir dalamnya untuk menekan rasa sesak dalam dadanya.
"Lo cuma mau tubuh gue, ya? Lo cuma mau nge-sex ya sama gue?" Sambungnya semakin lirih.
Deg!
Kenzio tersentak, "Enggak, Za!" Balasnya cepat, tangannya dengan cepat menarik bahu Zafanya untuk menatapnya. Dadanya pun ikutan sesak melihat wajah merah Zafanya yang menangis.
"Enggak, nggak pernah sekalipun gue kepikiran kayak gitu! Gue sayang sama lo, gue pengen lindungin lo, gue—"
Perkataan Kenzio terhenti saat ia akan mengatakan ingin melindungi Zafanya dari orang-orang seperti mantan Zafanya. Tetapi setelah dipikir-pikir, kelakuannya sama saja dengan mantan Zafanya. Bahkan jauh lebih parah, ia menyentuh Zafanya, menciuminya, memeluknya dan melecehkannya.
Dengan kedua tangan yang masih memegang bahu Zafanya, Kenzio menundukkan wajahnya untuk mengatur nafasnya yang terasa sesak.
"Gue..." Kenzio berusaha mengeluarkan suaranya meskipun terasa tercekik, "Gue juga nggak tau kenapa, Za."
"Gue juga nggak paham sama diri gue sendiri, semuanya terjadi diluar kendali gue. Gue kayak bergerak sendiri, gue selalu hilang kendali kalau sama lo."
"Gue harus apa, Za?" Tanyanya semakin menunduk.
Saat kepala Kenzio hendak bertumpu pada bahu Zafanya, Zafanya segera menjauhkan tubuhnya. Dia menyingkirkan tangan Kenzio dari bahunya, lalu berdiri dari duduknya. Membuat Kenzio akhirnya mendongak menatap Zafanya. Dan kini, dapat Zafanya lihat mata Kenzio memerah.
"Gue tanya sekali lagi, Kak." Kata Zafanya pelan, "Lo udah suka sama gue?"
Hening.
Kenzio masih terlalu berat untuk menjawab pertanyaan itu.
"Okay." Balas Zafanya mengalihkan pandangannya sejenak sebelum kembali menatap Kenzio dengan senyuman pedih.
"Gue terima kenyataannya. Sekarang lo Kakak Tiri gue, gue Adik Tiri lo. Kedepannya tolong bersikap sopan dan jaga batasan, gue juga akan begitu."
Zafanya mengembangkan senyumannya, berusaha bersikap tegar, "Gue pulang duluan, Kak."
•••
Setelah menghabiskan makanannya dengan nafsu yang telah hilang, Kenzio keluar private room hendak menghampiri Jayden dan Heskal, namun mereka sudah tidak disana. Akhirnya ia memutar langkah menuju ruangan Jayden, dan benar saja mereka sedang malas-malasan di sofa ruangan Jayden itu.
"Lo apain cewek gue?!" Tanya Heskal menegakkan tubuhnya, "Dia tadi keluar-keluar dari sana matanya merah, bahkan nggak nyapa gue."
Kenzio hanya mengindikkan bahunya, ia merampas ransel Heskal yang terletak disampingnya. Lalu membuka tas itu dan mengeluarkan sebotol bir dari sana.
Jayden seketika menoleh tak terima pada Heskal, "Ini cafe woi, ngapain lo bawa bir terus, njirr?!" Kesalnya tak habis pikir lagi, lelah sekali karena Heskal selalu membawa bir didalam tasnya setiap mereka nongkrong.
"Biar seru!" Balas Heskal kembali fokus pada gamenya, "Besok-besok gue bangun bar, deh." Ceplosnya.
Jayden hanya berdecak kecil, ia lalu menoleh pada Kenzio yang sudah menuangkan bir itu kedalam gelas air putih, karena tentu saja tak ada gelas bir disini.
"Lo suka Zafanya, kan?" Tanya Jayden santai, ia menyenderkan tubuhnya dengan pandangan mengarah pada Kenzio.
Kenzio meneguk habis bir didalam gelasnya, "Nggak usah mulai lo." Katanya malas.
"Yah, terserah sih. Mau lo sadar atau enggak tentang perasaan lo, nyatanya kalian udah terlanjur satu kartu keluarga sebagai kakak adik tiri. Tapi diluar itu nggak ada salahnya juga lo pacarin dia." Kata Jayden.
Kenzio menoleh menatap Jayden, lalu menggeleng, "Ngaco." Katanya, ia menuang bir dibotol itu lagi, setengah gelas, lalu meneguknya hingga habis.
"Nggak usah bebal lo, tinggal ngaku aja susah." Sahut Heskal masih fokus memainkan game di handphone-nya.
"Gue bukan lo yang gampang ngaku-ngaku trus nipu cewek." Balas Kenzio membuat Heskal seketika menatapnya julid.
"Iye, dah. Gue doain semoga Zafanya di rebut orang, biar lo nyesel." Katanya.
Seketika Kenzio teringat dengan lelaki yang tadi bersama Zafanya. Alisnya langsung mengernyit, ia berdecak sembari menuang bir kedalam gelasnya. Lalu meneguknya hingga tandas lagi.
"Nah, kesel kan lo bayanginnya." Kata Heskal tergelak.
•••
Kenzio lagi-lagi berdecak keras saat mengingat lelaki yang bersama Zafanya tadi. Ubun-ubunnya terasa mendidih, semakin ia berusaha untuk mengabaikannya semakin kesal pula dirinya.
Kaki panjangnya melangkahi setiap tangga dengan langkah normal. Semakin tinggi ia melangkah, semakin kesal dirinya mengingat betapa lembutnya sikap Zafanya terhadap lelaki itu.
Dia melangkah menuju kamar Zafanya, lalu mengetuknya.
"Siapa?"
"Gue." Balas Kenzio.
Setelah beberapa saat menunggu, barulah Zafanya membukakan pintu tanpa mempersilahkan dirinya untuk masuk.
"Ada apa?"
Kini dapat Kenzio sadari nada bicara Zafanya menjadi berubah. Bukan lagi suara penuh semangat dn penuh ekspresif, hanya ada nada suara datar seperti berbiacara dengan orang asing.
Kenzio menatap lama Zafanya, membuat cewek itu menaikkan alisnya.
"Yang tadi siapa?" Tanya Kenzio.
"Pacar baru." Jawab Zafanya mengalihkan pandangan.
"Bohong lo ketara banget." Sahut Kenzio.
Zafanya mengernyit, mulai kesal, "Apa, sih? Kalau nggak penting gue masuk, ya, Kak." Kata Zafanya hendak menutup pintunya lagi, namun segera ditahan Kenzio.
"Lo ... beda banget. Berubah kayak gini dalam sekejap." Kata Kenzio pelan, matanya memperhatikan bola mata Zafanya yang tak ingin menatapnya.
"Bukannya ini mau lo?"
"Nggak gini juga, Za.." Balas Kenzio.
"Nggak jelas lo, Kak. Gue masuk dulu."
"Bentar!" Kenzio segera menahan lagi pintu kamar Zafanya, entah kenapa ia masih belum puas akan hal yang ia tak tau itu apa.
"Tatap gue." Kata Kenzio menarik dagu Zafanya untuk menatapnya.
"Apa, sih?!" Tanya Zafanya kesal, bola matanya masih melirik kesana kemari walau wajahnya kini berada tepat didepan wajah Kenzio.
"Tatap gue, Za."
Deg!
Jantung Zafanya kembali berdebar kencang saat netranya bertemu dengan netra Kenzio. Zafanya mengerjapkan matanya cepat, lalu segera menepis tangan Kenzio.
"Udah gue bilang jangan sentuh-sentuh gue lagi!" Kata marah, Kenzio hanya menatapnya dalam, sibuk dengan pikiran sendiri. Membuat Zafanya akhirnya kembali mengalihkan pandangan.
Susah sekali. Susah sekali untuk mengubur perasaannya. Mata Zafanya mulai berair, ia menghembuskan nafasnya pelan, berusaha mengatur perasaannya.
"Za." Panggil Kenzio pelan, membuat Zafanya menoleh, tanpa sadar, kepalanya hanya bergerak sendiri.
"Iya, Za." Kata Kenzio lagi, dia menatap wajah Zafanya dengan intens, dengan raut wajah yang mulai menghangat. Telinga Kenzio perlahan mulai memerah, matanya berkabut.
"Renungkan dulu baik-baik, Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak? Jangan jawab sekarang, jawab setelah lo renungkan berhari-hari, okey?"
Ucapan Zafanya beberapa hari lalu itu kembali terngiang dalam otak Kenzio.
"Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak?"
"Iya." Kata Kenzio pelan, matanya masih terkunci pada mata Zafanya.
"Jawaban gue iya, Za."
•••
Gaiss sori banget gua kaga bisa double upp, asli gua juga kesel sama diri sendiri, kek pembual bener dahh..
udahh itu aja
Jangan lupa like and comment!!!
Coba like sampai 25 gais, klau tercapai gua up, kalau lama tercapai juga nggak papa gua tetep up kalau udah siap nulis
Bye!
-Raeza