Menikah Dengan Hot Daddy

“KAU ….” Geraman Leonard terdengar kasar.

Bagai bom yang meledak, suara pria itu menggema hingga ke seluruh penjuru kamar. Menggetarkan seorang wanita yang tengah berdiri membelakanginya.

Sontak Sheila memejamkan mata. perlahan ia membuka matanya kembali, dan tiba-tiba sosok pria tinggi tegap sudah berdiri di depannya.

“Apa maksudmu menunjukkan tanda itu di depan mommy-ku, ha?!” Netra Leonard menilik tajam wajah Sheila yang terlihat santai.

Kedua sudut bibir wanita itu terangkat tinggi, dengan berani ia bersedekap dada di hadapan pria yang tengah dibakar api amarah.

“Tentu saja aku mau pamer,” sahut Sheila diiringi dengan dengusan kecil.

Mendengar jawaban dari Sheila, sontak membuat Leonard naik pitam. Garis rahangnya yang tegas mengetat sempurna, sementara dua tinjunya mengepal kuat.

“Wanita murahan!” geramnya.

Sorot mata Leonard kian menajam, tarikan napasnya semakin berat. Bisikan-bisikan jahat mulai merundung indera pendengarannya.

“Dan kau memakai wanita murahan ini, Tuan Leonard yang terhormat!” Sheila mengibaskan rambutnya dengan berani. Tak ada keraguan dalam setiap tindakannya.

Leonard terhenyak, kuku-kukunya memutih seiring kepalan tangan yang semakin dikencangkannya.

Suasana bertambah panas. Namun, hal itu tidak membuat Sheila gentar.

Sheila tersenyum samar, senyuman yang tampak sinis dan penuh cemoohan.

“Kenapa diam?” Kepala Sheila mendongak, menantang pria pemarah di depannya.

Leonard mendengus kasar. Ia menarik tangan Sheila dan membawanya ke dekat ranjang. Tubuh Sheila terhempas ke atas permukaan lembut. Namun, sialnya tetap menimbulkan rasa sakit karena dorongan keras dari Leonard.

“Mari kita lihat, apakah besok kau akan menunjukkan tanda baru yang aku buat.” Leonard melepas bajunya. Melempar kain itu ke sembarang arah.

Mata Sheila terbelalak. Ia beringsut mundur, menghindar dari singa buas yang tengah menurunkan resleting celananya.

Gerakan gesit tangan Leonard berhasil meloloskan seluruh pakaian yang melekat pada tubuhnya.

Sontak mata Sheila bergerak gusar melihat benda di bawah pusar pria itu.

“Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku, Leonard!” Sheila beringsut mundur sampai punggungnya terhadang kepala ranjang.

Leonard merangkak di atas ranjang dalam keadaan naked. Sungguh mengerikan, dan membuat sekujur tubuh Sheila bergidik.

Tidak! Sudah cukup untuk hari ini. Ia tidak akan meladeni nafsu beringas suami yang tidak menganggapnya.

Sheila menarik napas, Ia mengumpulkan seluruh kekuatannya. Dengan begitu cepat, ia menekuk salah satu lututnya, lalu ditendangnya senjata yang menggelantung itu sekuat tenaga.

“ARHGG SHIITT!”

Tubuh Leonard berguling di atas ranjang, pria itu meringkuk kesakitan.

Sheila melompat turun. Ia menyempatkan diri menolehkan kepala ke belakang, melihat Leonard dengan wajah mengejek.

“Rasakan!” ucap Sheila tanpa suara.

“Sial! Ke mari kau!”

Leonard berteriak penuh emosi melihat gerak bibir istrinya. Rasa panas di pusat tubuh Leonard membuatnya tak berdaya ketika punggung Sheila semakin hilang dimakan jarak.

Sheila mengunci pintu kamar mandi. Penat yang mendera tubuhnya membuat punggungnya luruh bersandar di dinding yang dingin.

Kepala Sheila menengadah. Ia sungguh merasa lelah dengan semua ini. Sikap berani yang dia tunjukkan di depan Leonard hanyalah bentuk pertahanannya.

Ia tetaplah wanita biasa yang dapat merasakan sakit hati dan merasa terhina.

“Setidaknya aku sudah membuat bijinya hampir pecah.” Sheila terkekeh bak orang gila.

Kepala yang tadinya menengadah perlahan turun menatap lantai.

“Ternyata jadi miskin tidak terlalu buruk. Aku lebih suka capek karena kerja daripada capek hati.”

Kaki Sheila mulai terasa pegal. Ia berjalan menuju bathtub kering, lalu membaringkan diri di tempat itu.

Pandangan mata Sheila mengarah pada langit-langit kamar mandi, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.

Sheila mengingat kejadian pada saat ia ikut serta di dalam ambulance bersama Zora. Kala itu, Zora mengucapkan dua kata yang tak terselesaikan.

“Jus.” Jarinya menjentik lentik. “Terpeleset dan jatuhnya tidak terduduk. Aku rasa tidak akan sefatal itu kalau tidak ada pemicu lainnya.”

Bersambung ....

Akankah Sheila mampu melepaskan kehidupannya dari jerat Leonard?

🏃🏃🏃🏃