Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Ibra senyum-senyum sendiri melihat Ayleen yang fokus menyaksikan penyanyi idolanya diatas panggung. Sambil ikut bernyanyi, gadis itu sampai tak tahu jika sejak tadi, Ibra mengambil foto candid nya. Saat Ayleen menoleh kearahnya, Ibra pura-pura sedang memvideo penyanyi dipanggung. Padahal kenyataannya, cowok itu hanya fokus pada dirinya, sama sekali tak peduli meski penyanyi terkenal sedang melantunkan lagu dihadapannya. Saat ini, dunianya hanya penuh dengan Ayleen, Ayleen dan Ayleen.
Melihat Ayleen yang tampak kepanasan, Ibra melepas jaket lalu menggunakannya untuk memayungi cewek itu. Meskipun sekarang sudah jam 4 lebih, tapi matahari masih terik.
Ayleen yang sadar itu, langsung menoleh kearah Ibra.
"Kenapa ngeliatin aku gitu?" tanya Ibra.
"Gak usah gini," Ayleen mencoba menurunkan tangan Ibra. "Entar Kakak capek."
"Jangankan cuma mayungin kamu pakai jaket. Kamu hempaskan berkali-kalipun, aku gak bakalan capek buat terus ngejar kamu."
"Ck, apaan sih, gak jelas tauk." Seru Ayleen sambil memelototinya.
"Huft, melotot aja cantik, apalagi senyum."
"Ish, makin gak jelas." Ayleen kembali melihat kearah panggung. Dia benar-benar bakalan melting kalau digombalin Ibra terus.
Tanpa mereka sadari, beberapa orang menatap iri kearah kemesraan mereka, terutama para kaum hawa. Udah ganteng, perhatian, yang masih jomblo auto pengen punya cowok kayak Ibra.
"Lihat tuh, perhatian banget cowoknya. Ceweknya dipayungin sama jaket, Bro," ujar cowok yang berdiri tak jauh dibelakang Ayleen dan Ibra.
"Takut skincare ceweknya luntur kali," sahut teman disebelahnya sambil cekikikan. Tapi tawanya mendadak reda saat menyadari jika jaket yang dipakai untuk mayungin itu tampak tak asing. Mencoba mengingat ingat jaket milik siapa itu, sampai akhirnya, dia teringat jaket yang dia ambil dari kamar kakak perempuannya. Ya, cowok itu adalah Alfath, kebetulan dia juga ada di food festival dengan teman-temannya.
Alfath berusaha melihat cewek tersebut, sayang tak begitu jelas karena tertutup cowok yang mayungin itu.
"Hari ini Kak Leen pakai baju warna apa ya?" gumamnya pelan. Memutar otak untuk mengingat-ingat saat sarapan tadi, kakaknya pakai baju warna apa. "Eh, gue kedepan bentar ya," pamitnya sambil menepuk bahu Aldi yang ada disampingnya.
Karena ramainya orang, dia harus berdesak desakan dulu untuk bisa maju kedepan. Sementara Ayleen yang menoleh kebelakang, langsung terkesiap saat tak sengaja melihat keberadaan Alfath. Untung Alfath sedang tak melihat kearahnya. Adiknya itu tampak tengah berusaha memecah kerumunan untuk maju kedepan.
Tanpa berfikir 2 kali, Ayleen langsung menarik tangan Ibra untuk pergi dari sana. Tak pelak, Ibra langsung dibuat bingung.
"Mau kemana?"
"A, aku kebelet. Kita cari toilet." Sambil menarik lengan Ibra, Ayleen mencoba keluar dari kerumunan. Dia harus buru-buru pergi dari sini sebelum kepergok Alfath.
Sesampainya di area booth makanan, Ayleen kembali menelisik keberadaan Alfath. Adiknya itu tak terlihat, mungkin masih tenggelam dilautan manusia yang ada ditengah lapangan. Maklum, penyanyinya lumayan terkenal, jadi ramai sekali yang datang.
"Aku tanyain orang ya, toilet ada dimana?" tawar Ibra.
"Enggak, enggak," Ayleen menggeleng cepat. "Kita cari toilet ditempat lain aja. Di...di pom bensin saja." Tetap berada disini hanya akan memperbesar kemungkinan ketemu Alfath. Pergi dari sini lebih cepat, itu lebih baik.
"Kamu yakin? Acara musiknya belum selesai loh?"
"Gak papa, kita pulang aja." Ayleen menarik tangan Ibra menuju tempat parkir sambil sesekali menoleh kebelakang.
"Kamu ngeliatin apa sih dari tadi?" Ibra sadar jika sejak tadi, mata Ayleen terus waspada.
"Enggak kok, gak ada. Cepetan, aku udah gak tahan."
Sesampainya ditempat parkir, Ayleen segera mamakai helm. Tak lagi ada drama pengen dipakek-in atau lainnya. Saat ini, dia hanya ingin segera pergi dari sini. Setelah motor yang dikendarai Ibra keluar dari area food festival, dia baru bisa bernafas lega. Tapi tak lama, karena masih ada kemungkinan lain, yaitu Alfath melihatnya tadi. Bagaimana kalau adiknya itu mengadu pada orang tua dan abangnya?
"Gak mau turun, katanya kebelet?" Ayleen sampai tak sadar jika saat ini, mereka sudah ada di pom bensin, didepan toilet.
"I, iya." Ayleen buru-buru turun lalu berjalan menuju toilet.
"Tunggu," teriak Ibra sambil mengejar langkahnya. "Dilepas dulu dong helmnya."
Ayleen tersenyum simpul, karena kalut, dia sampai lupa kalau masih pakai helm. Ibra tertawa pelan sambil melepaskan helm dikepala Ayleen.
Selesai dengan urusan toilet, Ayleen meminta Ibra mengantarnya pulang. Dia harus sampai dirumah lebih dulu daripada Alfath.
"Makasih ya, hari ini udah mau jalan sama aku. Aku seneng banget."
"Aku juga seneng." Sahut Ayleen sambil menyodorkan helm yang baru dia lepas kearah Ibra yang duduk diatas motor.
"Nanti malem, aku boleh video call kamu gak?"
"Iya, boleh."
"Ya udah aku pulang dulu." Pamit Ibra sambil menstater motornya.
"Hati-hati."
"I love you." Seru Ibra sesaat sebelum motornya melesat meninggalkan rumah Ayleen.
Ayleen masih bergeming ditempat sambil menatap Ibra yang kian jauh. Dia gak salah dengerkan tadi, Ibra bilang I Love you. Saat Ibra dan motornya tak lagi kelihatan, Ayleen membuka gerbang lalu masuk. Baru juga jalan beberapa langkah, dia mendengar gerbang kembali dibuka.
"Al," gumamnya pelan. Meski dia tak yakin tadi Alfath melihatnya atau tidak. Untuk jaga-jaga, dia harus segera masuk dan ganti baju.