Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alea Nekat
Alea mengambil gunting dan meletakkannya di leher Bagas sambil menaiki kursi, ia yakin kalau ia telah di jebak dan di fitnah melakukan itu semua. Kecurigaannya tertuju pada Jena, hanya Jena lah yang menjadi musuhnya selama ini. Para siswi berteriak kala melihat Alea dengan nekatnya menodongkan gunting di leher Bagas, sang wali kelas pun panik.
"Alea, apa yang kau lakukan?" Tanya wali kelas panik.
"Kalo loe mau gue maafin, ikutin permainan gue." Bisik Alea di telinga Bagas.
Bagas paham apa yang di maksud oleh Alea, dia diam saja tanpa ada perlawanan sekalipun. Dia percaya bahwa Alea tidak mungkin melakukan hal tersebut, Bagas juga akan membantu Alea sebagai salah satu bentuk permintaan maafnya.
"DENGAR SEMUANYA! KALO MASIH GAK ADA YANG NGAKU SIAPA YANG UDAH NYIMPEN UANG SAMA HP DIRA, GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN BUAT CELAKAIN BAGAS." Teriak Alea.
Para murid mulai krasak-krusuk sambil berbisik-bisik, tangan Jena mengepal melihat Alea yang nekat. Bagas pura-pura batuk dan memegangi engan Alea yang ia gunakan untuk memiting lehernya, para guru juga berdatangan melihat aksi Alea setelah mendapat laporan dari salah satu murid.
"Al, loe apa-apaan sih! Lepasin pacar gue, gue tahu loe naksir sama Bagas tapi gak gini juga caranya. Gue tahu loe sakit hati karena gak di respon sama Bagas, tapi gak usah ngelukain Bagas juga Al."Sewot Jena.
"Makanya gue sekalian habisin aja cowok loe, habisnya dia juga salah satu penyebab sakitnya gue." Sahut Alea.
"Alea, kita bicarakan baik-baik ya nak. Tidak boleh menggunakan kekerasan, kalau kamu gak bersalah cukup berikan keterangan pada pihak guru." Bujuk Bu Iis.
"Bukan sekali dua kali hal ini terjadi, apa semua guru langsung mempercayainya? Jelas saja tidak, setelah semuanya terbongkar di situlah semuanya meminta maaf." Tegas Alea.
Ketiga teman Alea diam saja, mereka tahu apa yang tengah di lakukan oleh Alea tidak serius.
"Gue dukung loe Al!" Sorak Leona.
"Semangat anakku!" Tambah Mutiara.
"Kita mendukungmu bestie, keadilan tanpa ancaman bakalan sia-sia." Seru Ajat.
"Terimakasih kawan-kawanku." Ucap Alea tersenyum.
Beberapa guru mendekat kearah Alea, melihat itu pun Alea semakin mendekatkan gunting tersebut di leher Bagas.
"JANGAN MENDEKAT! ATAU, GUNTING INI LANGSUNG MENANCAP DI LEHER BAGAS !" Berang Alea.
Semua guru semakin panik melihat aksi Alea, tidak ada yang berani bersuara. Bahkan Jena, sekarang ia tengah bergerak gelisah ketakutan.
"Siapapun yang memfitnah Alea, cepat ngomong!" Panik bu Iis.
"Aku punya buktinya." Ucap seseorang membelah kerumunan.
Seorang gadis berjalan menghampiri wali kelas Alea, sekilas ia menatap Jena yang tengah ketakutan. Di keluarkannya sebuah benda pipih, lalu ia memutar sebuah rekaman Video dimana pelaku yang sesungguhnya tengah melakukan aksinya.
Alea tersenyum penuh kemenangan, di lepaskannya gunting dan juga lengannya dari leher Bagas. Melihat rekaman itu, mata Bagas mendelik tajam kearah Jena.
"Jena, kenapa kau melakukannya. Hah?!" Sentak Bagas.
Semua mata tertuju pada Jena, wajahnya langsung pias dan juga berjalan mundur ke belakang. Ia mengibaskan tangannya berusaha membela dirinya, bu Iis langsung membawa Jena keluar dari dalam kelas menuju kantor, sebelum terjadi keributan lagi ia lebih memilih untuk mengantisipasi semuanya.
"Makasih Nasya, berkat loe semuanya kebongkar." Ucap Alea.
Gadis yang bernama Nasya pun membalas ucapan Alea dengan anggukan, dia tersenyum dan berkata. "Kebenaran akan tetap berdiri tegak, meskipun hantaman angin mulai menggoyahkan pertahanannya. Alea, aku percaya kau adalah gadis yang baik, aku juga tidak sengaja melihat gerak-gerik Jena yang mencurigakan saat aku lewat sini. Aku juga bagian dari anggota osis, jadi jika ada hal yang mencurigakan aku wajib melaporkannya bukan?" Ucap Nasya.
"Tuh kan, sobat gue gak salah." Ucap Leona.
"Makanya, kalo pada gak tahu siapa pelaku sebenernya jangan main ngambil kesimpulan sendiri. Pertama, pake logikanya dulu. Gue sama Alea itu udah biasa jam istirahat pada nongki di kantin, jadi gak mungkin banget Alea yang ngelakuinnya. Yang kedua, sebagai bendahara yang pegang uang, seharusnya Dira lebih hati-hati nyimpennya jangan sampai teledor. Yang ketiga, jangan main hakim sendiri, kita hidup di negara hukum dan kalo sampe semuanya gak ke bongkar, gue gak bakal tinggal diem." Papar Mutiara.
Semua murid yang berada di kelas Alea meminta maaf secara langsung pada Alea sendiri, Alea memang memaafkan. Tetapi, untuk melupakan Alea akan mengingatnya sampai kapanpun.
"Oh iya, sorry gue ngelakuin tindakan yang cukup di luar nalar. Gue ngelakuin ini semua buat nunjukkin kalo gue itu gak lemah, gue juga gak bener-bener mau celakain Bagas. So, ini cuman buat gertakan aja agar pelaku sebenernya ngaku." Jelas Alea.
"Ale-" Ucap Bagas terpotong.
"Makasih Gas, berkat bantuan loe semuanya terbongkar." Sambung Alea.
"Tap-"
Alea berlalu begitu saja dari hadapan Bagas, dia duduk di bangkunya bersama Mutiara dan kedua buntutnya yang lain. Perasaan Bagas saat ini tengah berkecamuk, antara malu, menyesal, marah semuanya menjadi satu.
*
*
Di tempat lain.
Hp Gala terus berdering menandakan panggilan masuk dan juga beberapa pesan yang terus berdatangan, Bara menatap tajam kearah Gala yang tengah membuka benda pipihnya.
"Gala." Panggil Bara dengan dingin.
"E-eoh, a-apa?" Tanya Gala terbata.
Bara merebut ponsel milih Gala, dia membaca beberapa pesan yang masuk ke dalam hp Gala. Dia meremas ponsel tersebut, kemudian melemparkannya ke bawah sampai hancur.
"Hamzah, beli hp yang baru untuk Gala." Titah Bara dingin. Setelah mengucapkan perintah pada Hamzah, Bara pergi meninggalkan Gala begitu saja.
"BARA!" Pekik Gala. Matanya memerah melihat kepingan kaca ponselnya yang sudah berserakan, semua kenangannya ada di dalam ponsel tersebut.
"Sesayang itu kakak loe Gal, dia gak mau melihat apapun yang membuat loe sakit." Ucap Hamzah.
Gala terdiam mendengar perkataan Hamzah, ia hendak mengambil ponselnya yang tergeletak diatas lantai. Namun, Bara kembali menginjak hp tersebut dan mengambilnya.
"Kembalikan hp ku Bara!" Pinta Gala dengan wajah marahnya.
"Apa peringatanku kurang jelas di telingamu?" Tanya Bara dingin.
"Egois." Ucap Gala mendorong tubuh Bara.
"Apa katamu?!" Berang Bara.
Bughh..
Sebuah bogeman mendarat di pipi Gala, Bara sudah tidak tahan dengan Gala yang membuatnya geram. Keduanya sama-sama tengah di liputi emosi, Bara yang tidak ingin melihat ada kesedihan lagi pada adiknya, di tambah lagi ada masalah di proyek yang saat ini sedang di kerjakan di lokasi yang kini ia datangi. Gala, dia marah karena Bara merebut ponselnya dan melemparnya sampai hancur, dia juga tidak suka akan sikap Bara yang seenaknya padanya tanpa melihat sudut kasih sayang yang Bara tunjukkan. Hamzah segera melerai keduanya, karena ia hanya sendirian. Jadi, dia mendorong tubuh keduanya sampai terpental.