Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 16.
Hena terlihat mematut dirinya di depan cermin, kali ini ia mengenakan dress biru muda milik Dolce gabbana dengan heels hitam Cristian louboutin yang menghiasi kakinya. Surai hitam itu dibiarkan tergerai bebas. Setelah merasa puas dengan penampilannya Hena segera meninggalkan ruangan wardrobe, ia keluar kamar dan menuruni anak tangga.
"Mini lihatlah. Bagaimana penampilanku?"
Hena berputar berulang kali hingga ujung dressnya nampak mekar dengan indah lalu mengibaskan rambut panjang hitamnya dan berakhir dengan pose dua tangan yang meremas tepat di depan wajahnya lalu mengaum seperti harimau, terlihat menggemaskan.
"Raawrr"
"Hahahaha..." Hena dan Jini tertawa bersama.
Tingkah Hena terlihat lucu, wanita pemilik paras cantik itu tadi terlihat anggun saat menuruni anak tangga dan bergaya manis dengan memutar dress indah yang dikenakannya, Namun siapa yang menduga jika ia berakhir dengan pose konyol menyerupai harimau yang siap menerkam mangsa beserta suara auman yang terdengar menggelitik di telinga.
"Kau baik-baik saja? Mana kaca matamu?"
"Aku sudah menutupinya dengan make up, apa masih kelihatan?" Hena bergerak mendekati lemari pendingin dan memeriksa wajahnya di sana.
"Tidak akan kelihatan jika berkaca di situ"
"Iya benar, mata pandaku tidak terlihat," ucap Hena dengan masih mencondongkan wajahnya pada lemari pendingin.
"Periksa di cermin, Hena!"
"Hehe...iya-iya aku akan memeriksanya" Hena beralih mencari cermin, memastikan apakah mata pandanya terlihat.
Seperti yang sudah Jini perkirakan, Hena benar terjaga dari tidurnya tadi malam. Artisnya itu sempat tertidur selama dua jam, namun terbangun di tengah malam hingga sampai terang datang Hena tidak dapat terlelap lagi.
"Pakai ini saja"
Jini terlihat memberikan kaca mata Cristian dior B1U in black pada Hena yang fokus menelisik wajahnya di depan cermin. Sepertinya Hena terpesona dengan wajahnya sendiri.
"Kenapa yang ini. Tidak ada model terbaru?"
"Pakai saja apa yang ada. Kita akan lakukan pemotretan outdoor kali ini"
"Di mana?"
"Sepertinya di taman. ATNA Fashion ingin Photoshoot dilakukan di tempat-tempat yang banyak bunga"
Jini baru memeriksa konsep Photoshoot yang diberikan ATNA Fashion pagi tadi. Asisten dari pak Baskara mengirimkan agenda pemotretan ke ponselnya.
Selesai sarapan bersama, Hena dan Jini segera menuju lokasi pemotretan. Sepanjang jalan Jini tampak membiarkan Hena menikmati hal konyol yang selalu wanita cantik itu lakukan. Menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit, sesekali ia bisa menjulurkan tangannya keluar jendela yang kacanya terbuka, seperti ingin menyentuh udara yang jelas tak dapat disentuh hanya bisa dirasa.
Hena terkadang memerlukan sesuatu yang mampu mengalihkan pikirannya. Hingga tak jarang pemilik mata dark hazel itu bertindak menggemaskan di luar perkiraan.
"Kita langsung ke lokasi pemotretan atau ke kantor ATNA dulu?," dengan masih melakukan aktifitas kesukaannya Hena bertanya, ia bahkan tidak mengalihkan pandangan dari keindahan kota.
"Jangan seperti itu, Hena. Berbahaya!"
Bukannya menjawab pertanyaan, Jini terlihat tidak terima dengan tingkah Hena yang meletakkan dagu dengan pasrahnya pada sisi jendela mobil yang terbuka.
Hena lekas membenarkan posisi duduknya, kembali tegak duduk lurus dengan pandangan ke depan. Tangannya tak lupa menyugar rambut panjangnya lalu kembali menjulur ke luar jendela.
Jini hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Hena. Jika tidak mengingat akan melakukan pemotretan sudah pasti Jini akan menceramahi artisnya tersebut. Tapi dari pada Hena berlakon menjadi putri tidur lagi, sebaiknya Jini menahan dan mengunci rapat mulutnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam. Hena dan Jini sampai di lokasi pemotretan. Sudah banyak kru yang terlihat sibuk menyiapkan segala kebutuhan pemotretan di lokasi yang memiliki pemandangan indah dengan banyak bunga berwarna putih tumbuh merambat.
*
*
*
"Jadi maksudmu, kau hanya mempermainkan putri dari seorang David Rustam Sanjaya?" Dad Jon bertanya dengan santainya. Dan berhasil membuat Agam diam tersudutkan.
"Tidak Dad" Agam menjawab dengan yakin. Dirinya memang tidak memiliki niat untuk mempermainkan Hena sama sekali.
"Hena masih belum ingin menikah dalam waktu dekat. Pekerjaannya masih banyak begitu juga denganku," Agam menatap pada Daddynya. "Mungkin satu atau dua tahun lagi kami akan menikah," lanjut Agam lagi karena melihat ketidak puasan di wajah sang Daddy atas jawabannya di awal.
"Terlalu lama, Sayang. Mommy sudah tidak sabar ingin punya anak perempuan"
Mom Anita terlihat cepat melakukan protes saat mendengar Agam akan menikah satu bahkan bisa dua tahun lagi.
"Biar anak-anak yang memutuskan, Mom"
Mom Anita terlihat mencibir saat suaminya sudah memberi ultimatum seperti itu. Izin Dad Jon yang membebaskan anak-anak dalam mengambil keputusan atas diri mereka sendiri ini lah yang juga membuat perjodohan yang di lakukan Mom Anita selalu gagal, bahkan tak jarang Agam bahkan belum bertemu dengan calonnya, pria Arogan itu sudah menolak.
Selesai sarapan bersama dan memastikan apartemen putra pertamanya sudah memiliki stok makanan sehat, Mom Anita dan Dad Jon pulang. Agam akan segera pergi ke kantor, CEO Raksa Group itu bersiap dengan cepat karena Rama sudah menunggunya di basement.
Dengan kemeja putih berbalut setelan jas biru navy, Agam terlihat melangkah mendekati Rama yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.
Agam melirik jam Orient (RE-AT0103Y) yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Berapa lama meeting hari ini?"
"Kurang lebih dua jam, Tuan. Bisa lebih cepat jika tidak ada kesalahan dalam laporan"
Agam menganggukkan kepala, ia masuk ke dalam mobil dan di susul cepat Rama yang mengambil posisi di belakang kursi kemudi.
Mobil BMW hitam 430i itu segera melaju menuju perusahaan Raksa Group.
"Selesai meeting aku ingin bertemu dengannya"
Rama melirik Tuannya dari kaca spion. "Anda ingin menemui kekasih anda, Tuan?"
"Ah ... Maaf, calon istri Anda maksud saya" merasa tatapan Tuannya dapat membekukan, dengan cepat Rama meralat penyebutan Hena. Ia lupa jika pengumuman pernikahan sudah tersebar.
"Kau bisa membuka lowongan asisten baru untuk ku secepatnya"
"Ha?" raut wajah Rama terlihat kaget, dirinya berpikir keras akan arti perkataan Tuannya.
"Hahahaha...tidak ada lowongan semacam itu Tuan. Saya akan segera menghubungi Nona Hena untuk membuat janji"
Selesai mengatakan itu, Rama diam membisu fokus mengemudikan mobil karena tidak ingin salah bicara lagi. Tapi dalam hatinya tidak, sepanjang jalan pemilik mata empat itu menggerutu akan sikap Agam yang bisa-bisanya berencana ingin menggantikan posisinya dengan orang lain.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣