Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satriya dan Zuria menjadi Buronan
“Siapa kedua orang ini? Apakah mereka adalah pendekar muda? Atau siapakah mereka? Hingga tuan Wurawari rela memberikan seratus ribu keping emas sebagai hadiah?”. Gumam salah seorang pendekar yang melihat pengumuman disebuah papan.
“Sepertinya aku pernah melihat kedua orang ini?, Ah iya, aku tahu mereka, jika aku mampu mengalahkan mereka berdua, aku akan menjadi orang kaya raya nanti”. Seorang pendekar yang lain juga melihat pengumuman dilokasi yang berbeda.
“Apakah mereka berdua sangat membahayakan? Hadiah yang diberikan sangat banyak sekali, aku jadi tertarik untuk mencari kedua orang ini”. Gumam pendekar lain yang juga melihat pengumuman itu.
Sementara didalam goa, Satriya masih terbaring lemas.
“Tuan, sepertinya sembilan titik cakra tuan tinggal satu saja yang masih ada, yang lain sudah hancur karena terkena racun”. Zuria menerangkan apa yang dialami oleh Satriya
“Lalu bagaimana? Apakah Aku sudah tak bisa lagi mengeluarkan kekuatanku?”. Tanya Satriya dengan tubuh lemasnya.
“Tuan masih bisa mengembalika titik cakra yang hancur, tapi akan membutuhkan waktu yang cukup lama, tuan harus melatih kekuatan fisik tuan terlebih dahulu agar kuat nantinya saat mengembalikan titik cakra ini”. Zuria menerangkan.
“Asalkan masih ada kesempatan, aku akan berusaha sekuat tenagaku, bisakah kau melatihku kekuatan fisik?”.
“Baik tuan, aku akan melatihmu meningkatkan kekuatan fisikmu, aku juga akan menyalurkan kekuatanku untukmu agar pelatihanmu lebih capat”. Jawab Zuria
“Terima kasih Zuria, jika tak ada kau, mungkin aku sudah tak bernyawa lagi saat ini”.
“Sudah menjadi kewajibanku untuk menjagamu, bahkan nyawakupun sudah menjadi milikmu tuan”.
“Walaupun aku harus memindahkan seluruh kekuatanku ketubuh tuanku, semuanya akan ku lakukan!”. Gumam Zuria yang sepertinya sudah bertekad bulat untuk menyerahkan segalanya untuk Satriya.
“Tuan, aku akan keluar goa sebentar untuk mencari tanaman herbal, untuk mengobati racun yang masih tersisa ditubuh tuan”.
“Baiklah, hati-hati, mungkin orang-orang kerajaan sudah dikerahkan untuk mencari kita”.
“Baik tuan”.
Dikerajaan Biru langit sedang berjalan pelaksanaan hukum penggal untuk seluruh pengikut raja sebelumnya, Ada lima orang yang akan dihukum penggal, terlihat paman Sumantama juga sudah berada dikerumunan untuk menonton hukum penggal secara langsung.
Terlihat juga banyak sekali abdi dalem kerajaan yang diikat tangannya dan dibawa pergi oleh pengawal kerajaan menuju ke sebuah lokasi.
“Paman, mereka akan dibawa kemana?”. Tanya Sumantama lirih kepada salah seorang penonton disampingnya
“Mereka akan dibawa kelokasi pengasingan, disana akan dijadikan budak untuk berkerja disebuah pertambangan”. Jawabnya.
“Ooo, kasihan sekali mereka ya paman? Mungkin mereka tak tahu apa salah mereka”.
“Ya begitulah, aku dulu juga sempat mendaftar menjadi abdi dalem istana kerajaan ini, tapi untungnya aku tak diterima”.
“Begitu ya? Baiklah paman terima kasih”.
Paman Sumantama Kembali menonton pelaksanaan hukum pancung yang sedang terjadi saat ini.
“Bukankah seharusnya orang yang setia kepada sang raja ada enam orang?, kenapa yang dihukum hanya lima orang saja?”. Paman sumantama bertanya-tanya dalam hatinya.
“Apakah satu orang lagi sudah berhasil melarikan diri?, ataukah sudah bunuh diri? Ataukah sudah mengundurkan diri sebelum sang raja dibunuh?”. Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di fikiran paman Sumantama.
Dipegunungan.
“Bukankah wanita itu adalah wanita yang ada diposter pengumuman?, sepertinya memang rezeki tidak akan kemana!”. Gumam salah seorang pendekar yang ranah spiritualnya sudah ditingkat dewa langit yang bernama Rajakelana.
“Hey Wanita!, apakah kau yang kemarin menyerang istana kerajaan?”.
“Siapa kau? Aku hanya sedang berjalan mencari sesuati digunung ini”. Jawab Zuria
“Tak salah lagi, kau adalah orang yang sedang menjadi buronan saat ini, menyerahlah dan ikutlah denganku!, nyawamu akan ku ampuni, jika kau berani melawanku, jangan salahkan aku kalau nyawamu melayang!”.
“Apakah kau benar-benar ingin menyerangku, kalau begitu, kau tak usah menahan diri, keluarkan seluruh kekuatanmu, lagian sudah lama sekali juga aku tak bertarung satu lawan satu”. Kata Zuria yang menantang balik Rajakelana.
“Benar-benar berani!”. Bentak Rajakelana sembari mengeluarkan kekuatannya yang berbentuk ular raksasa, seketika itu juga ular raksasa itu langsung melesat ke arah zuria.
Plak!, tamparan keras mengenai kelapa ular rasksasa itu dan membuat ular itu mati seketika.
“Apa kau masih ingin bertarung melawanku?”. Zuria kembali menantang.
“Jangan kira, ular tadi adalah kekuatan asliku!, rasakan ini!”. bentak Rajakelana sembari mengeluarkan kekuatan yang lebih besar lagi, sebuah kilatan guntur yang sangat besar menghujam kearah Zuria, zuria langsung membuat pertahanan yang melindungi tubuhnya dan melesat dengan cepat.
Sret!, sebuah tebasan kecil mengiris urat leher Raja kelana dan membunuhnya dengan sangat mudah
“Mengganggu saja”. Gumam Zuria setelah membunuh Rajakelana dan pergi meninggalkan mayatnya ditengah jalan.
Selang beberapa lama kemudian.
“Akhirnya seluruh daun dan bunga herbal sudah kutemukan, saatnya kembali ke Goa”. Gumam Zuria yang langsung menghilang dan sudah berada di Goa.
Di goa Satriya sedang duduk bersila dan berusaha untuk mengembalikan kekuatannya yang sudah menghilang, tapi malah memuntahkan darah yang cukup banyak.
“Tuan, tuan, jangan memaksakan diri tuan”.
“Zuria, kau sudah kembali?”.
“Iya tuan, tadi aku bertemu dengan seseorang yang sedang memburu kita, mau tak mau aku harus membunuhnya agar tak membuka keberadaan kita saat ini”.
“Begitukah? kau sudah semakin cerdas rupanya”.
“Benarkah tuan?”. Tanya Zuria dengan pipi yang memerah.
Di istana kerajaan Sono Keling.
“Bagaimanapun caranya, kedua orang itu harus secepatnya dihabisi, mereka berdua adalah ancaman yang sangat besar untuk keberlangsungan pemerintahan saat ini”. Wurawari membuka pembicaraan dengan beberapa penghageng dan adipati.
“Benar tuan, tapi apakah mereka akan kuat menghadapi seluruh pendekar-pendekar kuat saat ini yang sudah tergiur dengan hadiah yang tuan janjikan?”.
“Aku harap, dari salah satu pendekar yang mengikuti sayembara itu akan berhasil menangkap kedua orang itu, setidaknya salah satu dari mereka berhasil ditankap hidup-hidup agar aku bisa menanyakan semuanya nantinya”. jawab Wurawari.
“Besok adalah pengumuman dan penobatan raja baru, panggil semua ketua aliran hitam tingkat bawah dan tingkat menengah yang ada dikerajaan ini!”.
“Baik tuan”.
“Apa sebenarnya tujuan mereka menyerang istana kerajaan ini? apakah memang ingin menggagalkan penobatan anakku besok?”. gumam Wurawari.
Dikerajaan Biru Langit, penobatan raja baru sudah dilaksanakan, dan kini kerajaan Biru Langit dipimpin oleh seorang raja yang terkenal sangat kejam dan sadis.
“Aku harus segera melaporkan kepada pangeran ketiga, dan menyusun rencana kembali”. Gumama paman Sumantama sembari berjalan menuju ke pegunungan tempat tinggalnya.
Keadaan digoa.
“Tuan, minumlah ramuan ini, ramuan ini akan menetralisir racun yang tersisa didalam tubuh tuan, setidaknya nantinya tuan bisa mengolah kekuatan spiritual kembali”.
“Baiklah, terima kasih banyak Zuria, kau benar-benar telah menyelamatkanku kali ini”.
“Sepertinya ada jejak kaki yang masuk ke dalam goa ini?”. Diluar Goa ada dua orang pendekar yang memang sedang mencari Satriya dan Zuria untuk mendapatkan seratus ribu keping emas.