Karya ini sudah tamat ya...
Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri dari suami sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Al Jovano
Sepulang dari rumah Kak Intan, Zia dan Azzam di kejutkan dengan kedatangan Al Jovano di rumah. Zia turun dengan ragu, sedangkan Azzam meraih Nana dan membawa Nana masuk, Zia mengikuti dari belakang.
Al Jovano menunggu Azzam dan Zia di dalam sambil menonton TV. Azzam membawa Nana masuk ke kamar dan menidurkannya, sedang Zia ke dapur untuk minum, mendadak rasanya dirinya haus.
Zia terkejut saat Al Jovano berdehem di belakangnya, sambil mengamati dirinya, Azzam yang baru keluar kamar langsung mendatangi Zia dan menarik Al Jovano untuk duduk di kursi yang tadi dia duduki.
"Jaga mata kamu... Zia istriku... tak patut kamu melihatnya sampai seperti tadi... " Kata Azzam kesal sambil menatap Al Jovano dan tangannya menggenggam tangan Zia.
"Ckkk... sebelum kamu menikahinya aku sudah lebih dulu mengaguminya Bang... " Ucap Al Jovano kesal.
"Kamu mau apa kesini ha??? " Azzam semakin kesal.
"Bang Azzam jangan pernah antar sekolah Bu Zia deh... " Ucap Al Jovano yang membuat Azzam semakin kesal.
"Apa hak kamu??? aku suaminya suka-suka aku dong..." Kata Azzam geram sambil melempar bantal kursi ke muka Al Jovano.
"Elo dosen tapi begok Bang... Emang ada yang tau Abang suami Bu Zia??? kapan kamu mempublikasikan pernikahan kalian??? Yang Orang tau Bang Azzam suami Kak Alma..." Kata Al Jovano tak kalah geram melempar kembali bantal itu ke Azzam.
"Kamu tau gak??? Bu Zia itu wanita terhormat di sekolahan... kalau sampai ada yang kenal kamu sebagai suami Bu Zia yang orang simpulkan bukan Abang suami Bu Zia... tapi Bu Zia istri simpanan Abang... masih mending kalau di bilang istri belum kalau di bilang pelakor..." Ucap Al Jovano tajam yang membuat seketika dada Zia sesak dan Azzam sendiri membeku saking marahnya namun ada benarnya juga ucapan Al Jovano.
"Makanya kalau nikahin anak orang itu di kenalkan ke keluarga... di kenalkan ke publik jangan cuma segelintir orang yang tau... Kayak begini jadinya..." Kata Al Jovano lagi.
"Ok... aku bakal bikin pesta pernikahan nanti... udah puas sekarang??? " Tanya Azzam kesal pada Al Jovano.
"Jangan terburu-buru Mas... ibarat tanah kubur Alma masih merah... aku tak ingin ada pesta sementara kita baru saja berduka... Yah jujur aku sendiri merasa takut jika orang berpikir demikian... maka mungkin lebih baik jika sementara ini Zia berangkat ke sekolah sendiri..."Ucap Zia yang menyadarkan Azzam akan tindakan yang ternyata membuat posisi Zia tidak dalam pandangan baik oleh orang lain.
"Maaf ya sayang... Maaf karena aku kamu jadi seperti ini... " Kata Azzam menatap Zia.
"Ckkk... Resek lo Bang... sakit hati gue...!!! Panas...!!! " Ucap Al Jovano sambil melengos kesal.
"Siapa suruh kamu kesini... " Kata Azzam cuek.
"Aku kesini juga karena aku peduli sama bu Zia... Emang kamu Bang... mau enaknya aja gak lihat posisi bu Zia yang tersiksa... Udah deh... pumpung semua orang juga belum tau... pisah aja biar Bu Zia sama aku..." Kata Al Jovano yang membuat Azzam menatapnya tajam dan melempar bantal lagi ke wajah Al Jovano tapi lebih keras.
"Pulang sana... Sekolah yang bener... kencing aja belum lurus udah mau jadi perebut istri saudara...!!!" Kata Azzam lalu menyuruh Zia masuk ke kamarnya.
Al Jovano bukanya tersinggung justru tergelak, beberapa waktu dirinya sempat terpuruk sampai dirinya menjumpai dokter pribadi Alma dan Dokter itu menjelaskan bagaimana pernikahan dadakan itu terjadi di gedung sebelah rumah sakit.
Al Jovano tidak lagi merasa Zia sebagai pelakor, tepatnya justru Zia sebagai korban dari sikap terlalu baiknya pada sahabat dan Abangnya sendiri juga korban dari sikap tak tegaan sebagai suami.
Al Jovano tertawa menertawakan dirinya sendiri sekaligus Abangnya itu, betapa bodoh dan tidak tegasnya seorang Azzam sebagai laki-laki, namun kini Azzam hanya akan bisa mengagumi tanpa memiliki, melihat pancaran cinta yang Azzam dan Zia perlihatkan dari tatapan mata keduanya.
Al Jovano pulang setelah di usir oleh Azzam dengan banyak omelan juga paksaan, Al Jovano merasa kali ini Azzam terlihat lebih hidup dan Bahagia seperti seorang yang kembali muda.
***
Di kamar.
Azzam masuk dan ke kamarnya, di sana sudah nampak Zia terlelap memeluk Nana, Ah... sungguh pemandangan yang indah pikir Azzam.
Azzam mendekat dan mengecup satu persatu wanita yang sekarang amat dia sayangi. Azzam naik keranjang dan menyusul ke belakang Zia, memeluk tubuh wanita itu dengan hangat.
Azzam selalu terpesona sekaligus terpancing setiap saat, setiap kali matanya memandang Zia tanpa berhijab, kali ini Azzam lebih berani dengan menghirup aroma tubuh Zia.
Sesungguhnya Zia tak tidur dirinya hanya memejamkan mata begitu mendengar langkah kaki menuju kamarnya, Zia tal ingin salah tingkah dan memilih menutup matanya sembari memeluk Nana, dirinya tak menyangka jika Azzam akan kembali tidur di sini malam ini.
Nafas Azzam hangat menyapa leher Zia, membuat Zia harus berjuang besar menahan untuk tak bersuara saat nafas hangat itu menghirup leher polosnya.
"I love You... " Ucap Azzam setengah berbisik di telinga Zia hingga membuat Zia menggigit bibirnya geli, Zia bergerak masih tetap menutup mata, namun tangan usil Azzam meraba sesuatu yang menonjol diantara dirinya hingga mau tak mau Zia terkejut dan memerah mukanya.
"Aish... aku tak akan tahan sayang jika hanya berdiam diri begini... Aku merindukanmu seharian... aku sepertinya sudah terkena karma akan sikapku yang dulu... Aku rindu berat saat tak melihat dirimu... " Kata Azzam parau.
"Memelukmu seperti ini saja sudah mampu mengacaukan imanku... aku tak sekuat dulu dalam menahan gelora di diri ini... sampai kapan kamu akan menyiksaku..." Kata Azzam hangat berbisik di telinga Zia namun tangan usilnya selalu menjelajahi tubuh yang sudah dia tutup dengan baju tidur panjang itu.
Azzam tersiksa dan parau hingga sesuatu bangkit di dirinya dan membuat Zia semakin merasa sesak saat Azzam memeluk dirinya dari belakang ini.
"Sayang... Seharian aku berpikir... apakah cintaku ini bertepuk sebelah tangan... apakah aku mencintai seorang diri... apakah selama ini kau hanya bertahan karena imanmu dan patuhmu sebagai umat yang shalihah... " Ucap Azzam parau dan terisak.
"Aku semakin ragu saat menyadari kamu belum pernah menyatakan perasaanmu... Aku ragu dan takut kamu bersikap manis kepadaku hanya sebagai bakti mu pada aku sebagai suamimu... " Kata Azzam lagi.
"Sayang.. Aku nyaris gila memikirkan ini sendirian... Aku mencintaimu... entah sejak kapan perasaan ini semakin kuat... namun aku semakin egois sehingga benar-benar ingin memiliki kamu seutuhnya... untuk selamanya... " Kata Azzam lagi.
Hati Zia menghangat dadanya berdetak tidak karuan, entah apa yang di lakukan selama ini bentuk taat atau bakti terhadap keyakinannya sebagai Muslim dan istri yang baik, namun untuk hatinya Zia sadar jika perasaannya untuk Azzam seiring waktu semakin kuat namun Zia takut untuk mengakui.
Zia membuka mata saat isak Azzam semakin keras, Zia usap air mata itu dan dia peluk suaminya sambil berkata, "Aku tak tau perasaan ini apa... Aku gadis yang bodoh tentang perasaan... Namun kamu bisa dengar jantung ini berdetak lebih keras hanya saat bertatap dan berdekatan dengan dirimu seorang..." Jawaban Zia yang sukses mebuat dada Azzam penuh rasa bahagia, dilabuhkannya sapaan lembut pada dua baris yang manis dan tersenyum itu dengan gelora yang penuh di dadanya.
***
Hari ini senin ya... bagi Votenya dong...
Makasih untuk semua kakak pembaca yang udah setia dan ngasih semangat Author selalu... 🥰🥰🥰🙏🙏🙏