NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Damian menggendong Aurora sampai ke parkiran di mana tersisa mobilnya berdua dengan motor Aurora yang letaknya tidak jauh. Suasana sekolah amat sepi karena anak-anak sudah pulang dan tersisa penjaga dan beberapa Guru yang masih mengurusi pekerjaan nya damian merogoh kunci mobil di sakunya tanpa kesusahan sama sekali. Tubuh Aurora amat ringan tidak berbobot untuknya yang biasa berolahraga.

"Biarkan aku yang mengantarnya!"

Suara sosok lelaki muncul di belakangnya. Damian melirik dari ekor matanya kemudian tetap menekan tombol pada kunci mobil itu hingga pintu tersebut terbuka otomatis.

"Aku akan mengantarnya. Kau bisa pergi!"

Lelaki itu mencekal lengan Damian. Tentu damian menoleh, menatap datar sosok arsenio yang ternyata masih menunggu Aurora sesuai apa yang ia katakan di kelas tadi. Yah. Dia memang arsenio. Sudah ditebak Aurora tidak akan datang menemuinya karena gadis itu sudah fokus mengintili damian. Tapi arsenio tidak ambil pusing. Selagi motor Aurora ada di sini dia akan tetap menunggunya.

"Berikan dia padaku."

"Kau siapa?" tanya damian dengan maksud yang jelas sama-sama dipahami oleh mereka berdua.

"Ayahnya? Kakaknya atau... Keluarganya?"

Arsenio terdiam. Ditatapnya lekat dua manik elang yang sedang mengintimidasinya itu

kemudian arsenio mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Ada yang ingin ku katakan padanya."

"Dia tidur."

Damian memasukan Aurora ke dalam mobil dengan hati-hati. Arsenio memperhatikan apa yang damian lakukan dan jelas, dia amat menjaga Aurora bahkan sangat sabar memperbaiki letak rok dan tas Aurora yang ringan karena hanya terisi satu buku. Muncul pertanyaan besar di benak arsenio melihat lelaki aneh ini.

"Apa kau menyukainya?" tanya arsenio membuat gerakan tangan damian yang tadi memperbaiki kancing seragam Aurora yang terbuka jadi terhenti. Ekspresi lelaki itu masih sama. Tidak menunjukan apapun.

"Jika tidak, jangan beri dia harapan. Cukup tegas dengan sikapmu untuk membuatnya

menyerah."

Damian berdiri di depan arsenio. Tubuhnya yang tinggi kekar dengan perawakan mendominasi jelas diakui oleh arsenio yang tahu siapa damian.

"Kau menyukainya?" satu pertanyaan lagi lolos dari Arsenio.

"Jawab! Aku ingin mengejarnya."

Arsenio bicara sembari memperhatikan raut wajah damian yang benar-benar tak berubah

sedikit-pun. Kedua tangan damian masuk ke dalam kedua sisi saku celananya memberi kesan misterius dan tenang.

"Damian! Kau menyukainya?" Arsenio kembali bertanya. Tidak hanya arsenio yang menunggu jawaban dari damian melainkan Aurora juga. Saat Damian mendudukkannya di kursi mobil, Aurora sudah terusik akan cahaya dan pergerakan lelaki itu. Jadilah dia menguping pembicaraan mereka.

"Ayo damian! Rora ingin dengar. Cepat katakan perasaan Damian!!"sorak batin Aurora girang menunggu. Damian melirik ke arah Aurora. Dia bisa menangkap kelopak mata Aurora bergetar dengan bibir tersenyum tertahan pertanda dia sudah bangun.

"Damian!"

"Bawa dia pergi!"

Degg..

Aurora terkejut akan jawaban damian. Matanya terbuka lebar menatap penuh protes tetapi damian acuh berjalan setengah memutari mobil kemudian duduk di kursi kemudi.

"Damian!!" pekik Aurora menendang-nendang dashboar mobil.

"Kenapa susah sekali bagimu mengakuinya?? Apa sangat berat sampai lidah-mu berbelok mengatakan hal lain, haa?"

"Keluar!"

"Bang*sat!" maki Aurora kelepasan langsung mendapat tatapan tajam dari damian.

Detik itu juga Aurora tersenyum kecut alih-alih mempedulikan arsenio, Aurora justru menutup pintu mobil.

"Keluar! Motormu tidak muat di mobilku," tegas damian tapi Aurora membatu.

"Aku tidak mau. Pakai motorku atau mobilmu," bantahnya bersidekap dada. Damian menghela nafas menghidupkan mesin mobil. Aurora menatap sendu Black, motor kesayangannya yang kesepian di parkiran ini kemudian beralih pada damian.

"Black sendirian," cicitnya sendu.

"Lalu?" damian menaikan satu alisnya.

"Kau ingin aku memasukannya ke dalam mobilku?" imbuhnya dengan nada dingin.

"Bukan begitu. Kita naik motor saja, ya? Ya?" bujuk Aurora tapi tidak mungkin damian menurutinya damian membuka pintu mobil

secara otomatis kemudian mendorong bahu Aurora hingga gadis itu terjungkal ke luar. Arsenio terkejut sigap menahan lengan Aurora yang segera menepis tangannya lalu buru-buru berdiri.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Arsenio cemas.

"PASANG TELINGAMU BAIK-BAIK, DAMIAN SAYANG!! Lihat saja! Aku akan menganggumu sampai tidak bisa tidur malam ini!!"

BRUMMM!!

Damian sudah melajukan mobilnya keluar dari area sekolah dengan kecepatan stabil. Aurora mencak-mencak amat geram dengan Tuan Muda Theodore itu.

"Untung Sayang! Jika tidak sudah-ku ledakkan mobilmu.Ck!"

"Kau sangat mencintainya?" Tanya arsenio langsung mendapat tatapan jengah Aurora.

"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan konyol itu. Katakan...kau mau apa?" tanya Aurora ketus.

Arsenio menghela nafas. Dia menatap wajah cantik Aurora yang sedang kesal dan teramat menggemaskan.

"Waktumu habis." Aurora berbalik mendekati Black Arsenio tersentak segera mengikuti Aurora.

"Maaf. Aku...aku ingin bicara sesuatu padamu."

"Apa? Waktuku tidak banyak. Kau punya 10 detik dimulai dari sekarang," ujar Aurora bersidekap dada angkuh.

"Aku ingin kau bergabung dengan Black cobra." Dahi Aurora mengernyit. Apa maksud arsenio mengajaknya masuk ke dalam geng Motor Black cobra sedangkan Aurora tahu mereka cukup kuat dan terkenal?.

"Aku tidak berminat."

"Aku butuh orang untuk balapan, dan itu harus wanita," ucap arsenio serius.

"Lalu? Aku tidak bodoh. Kalian punya banyak stok wanita untuk itu."

"Tapi tak ada yang punya kualitas seperti mu ini taruhan besar. Geng Worlf dan Black Hunter ikut serta."

Aurora mendengus. Ada rasa bangga karena dia menjadi objek pertimbangan dari Geng-Geng motor yang cukup bervalidasi ini tapi lagi-lagi Aurora tidak mau terikat dengan siapapun.

"Aku bekerja sendiri. Rekan-ku Rama. Tidak ada yang lain."

"Tapi ini peluang."

"Untukmu," sambar Aurora penuh analisis.

"Bagi-mu itu peluang tapi aku...hanya akan menjadi target musuh kalian," imbuh Aurora kemudian memasang helmnya. Arsenio terdiam. Apa yang Aurora katakan itu benar tapi dia juga terpojok. Leader gadis di Geng-nya tidak ada yang berkualitas seperti Aurora yang sudah beberapa kali memenankan taruhan balapan. Cukup berkesan dan menjamin.

"Jika menang, hadiahnya untukmu. Semuanya!" Hal itu membuat Aurora

yang sudah duduk di atas Joker terdiam. Uang memang adalah bujukan terberat Aurora. Dirasa Aurora mulai ragu, Arsenio kembali bicara.

"Jika kalah-pun aku tetap akan membayar sejumlah uang yang kau mau kau bisa menyambar atau menyembunyikan identitasmu agar tidak ada yang tahu jika yang jadi perwakilan Black cobra adalah kau. Bagaimana?"

"500juta. Sanggup?" tanya Aurora menoleh. Arsenio tersenyum dan mengangguk.

"Setuju."

"Ok. Kapan? Aku harus memeriksa motorku."

"Satu minggu lagi. Ini tidak pertandingan besar tapi ini bisa dijadikan babak untuk balapan besar kedepannya. Untuk motor, kau bisa pilih di Basecamp Black cobra."

"Aku pakai motorku. Bye!" Aurora melajukan Black meninggalkan arsenio yang menatap Aurora tanpa kedip. Arti tatapannya sangatlah misterius.

"Akhirnya aku bertemu denganmu" gumam arsenio teramat senang.

Karena masih ada waktu 4 jam sebelum misinya mengedarkan obat-obatan itu tiba, Aurora pergi ke sebuah toko menjual hewan peliharaan. Sensasi kesalnya pada damian tadi membuat Aurora mau menyiksa lelaki itu agar jangan lagi membohongi Perasaannya.

"Haiss...Kucing? Itu sudah biasa. Kalau Anjing...apalagi. Berpikir-berpikirlah Aurora!!" gumamnya menatap banyak hewan peliharaan di dalam toko besar ini. Rata-rata semuanya sangat biasa dan normal. Aurora tidak suka itu. Karena melihat Aurora tampak bingung mencari-cari hewan kesana kemari, pegawai toko mendekat. Dia seorang wanita muda berpengalaman.

"Nona! Ada yang bisa saya bantu?"

Aurora menatap deretan hamster di kandang kemudian menoleh.

"Apa tidak ada hewan bertaring, kukunya panjang dan pemakan manusia?"

"Harimau?" tebaknya terkejut. Aurora mengangguk.

"Itu tidak dijual dan dipelihara nona! Sangat

berbahaya."

"Ck! Kalau begitu...carikan aku hewan yang bisa mengambil nyawa manusia dalam sekali terkam."

Pegawai toko itu menghela nafas. Dilihatnya Aurora yang masih memakai seragam sekolah dan akhirnya ia paham.

"Maaf, Nona! Hewan yang anda cari tidak ada di sini. Silahkan cari di tempat lain!"

"Kau mengusirku?" ketus Aurora darah tinggi. Hal itu membuat para pengunjung toko mengalihkan perhatian padanya hingga

Aurora malu sendiri dan berdehem agar harga dirinya kembali normal.

"Toko sempit. Bau."

"Kauu..."

Aurora pergi keluar toko setelah membuat orang-orang di sana mengomel mengatainya anak muda tidak tahu sopan santun. Padahal Aurora hanya iseng. Anggap-lah dia sedang mencari teman random.

Karena tidak menemukan peliharaan yang cocok untuk mengancam hidup damian, akhirnya Aurora pergi ke penangkaran hewan liar. Niatnya ingin mengadopsi mesin pembunuh memang nekat. Melihat buaya, harimau, singa-singa yang ada di sana Aurora jadi gemas. Dia mau membawa pulang semuanya dan dikoleksi dalam apartemen.

"Aku mau Singa, Harimau, Rakun dan...itu buaya yang hijau satu."

Petugas penangkaran menatap bingung pada remaja cantik berperangai angkuh di depannya ini. Jelas-jelas ini penangkaran, bukan tempat penjualan hewan peliharaan.

"Kau pergilah! Di sini bukan tempat untuk anak kecil."

"Heey!! Aku sudah besar. Apa kau tidak lihat?" sewot Aurora menunjukan betapa besarnya dia dengan memutar tubuhnya.

Dua petugas keamanan penangkaran itu menghela nafas lalu mengabaikan Aurora dan sibuk dengan urusan mereka. Tentu Aurora kesal. Dia memandangi harimau, singa dan banyak sekali hewan-hewan liar di sini dengan sendu. Timbul niat jahat di benak Aurora beralih memandangi dua petugas penangkaran itu.

"Apa yang-ku inginkan, harus ku dapatkan," gumam Aurora menyeringai penuh rencana.

***

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!