Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 25 Kembali Ke Mode Awal
Suami Yang Ku Benci (25)
Saphira masih menunggu suaminya bangun. Ia duduk di sofa di ruangan suaminya. Berlama-lama di dalam kamar pribadi itu membuat pikirannya kemana-mana.
Sebenarnya apa yang kalian lakukan tadi? Batin Saphira bertanya-tanya.
ingin tak percaya tapi, bukti di depan mata. Rasanya ia mulai merutuki dirinya yang begitu mudah luluh pada Kaivan.
Orang tuanya baik, belum tentu juga anaknya kan?
Pernah di khianati oleh orang terdekat membuat Saphira tidak bisa berpikir jernih.
Apa aku tanyakan saja? Tapi,tidak mungkin dia mengakuinya kan?
Batinnya berperang. Hingga tanpa sadar ia sudah lama duduk diam disana. Waktu makan siang pun sudah terlewati.
" Sayang, kamu sejak kapan disini? Kenapa tidak masuk saja?," tanya Kaivan. Wajahnya sudah tampak segar.
Pakaiannya pun sudah berganti dengan yang baru bukan kemeja yang tadi pagi ia pakai. Ada pakaian cadangan di lemari di kamar pribadi itu.
Saphira hanya menggelengkan kepalanya. Lidahnya kelu untuk sekedar mengatakan satu kata. Apalagi bertanya. Bagaimana kalau apa yang ia bayangkan benar terjadi?.
" Apa mas masih lama? Kalau iya, aku pulang sendiri saja,"
Ia tak kuat berlama-lama disini dengan pemikiran buruk tentang suami dan sekretarisnya.
" Tidak. Kita pulang sama-sama saja," ucap Kaivan yang ingin melanjutkan istirahatnya.
" Ya sudah,"
Saphira berdiri melangkah ke pintu. Berniat pergi terlebih dahulu. Namun, Kaivan tak membiarkan istrinya berjalan sendiri. Ia langsung menyusul langkah Saphira dan merengkuh pinggangnya.
" Katakan pada Desta bahwa saya pulang duluan," Pesan Kaivan pada Sintya yang berdiri menyambutnya.
" Baik, pak," jawab Sintya tersenyum manis.
Deg
Saphira terkejut tanda yang sama ada di leher Sintya.
Pikiran buruknya mulai membuat hatinya gelisah.
Kaivan sendiri tidak menyadari tanda itu karena tak pernah memperhatikan sekretarisnya.
Hening. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara. Kaivan bingung saat semua pertanyaan hanya di jawab singkat sang istri.
" Sayang, apa mas melakukan kesalahan?,"
" Apa mas merasa melakukan kesalahan?," Alih-alih menjawab, Saphira malah balik bertanya.
" mas merasa tidak melakukan kesalahan,"
" Ya, sudah kalau tidak merasa,"
Kaivan menautkan kedua alisnya saat nada bicara sang istri tampak ketus.
Kaivan pun tidak lagi bertanya. Berfikir mungkin hanya karena efek hamil. Mood bumil memang berubah-ubah.
Sampai rumah, Saphira langsung masuk ke kamar dan membersihkan diri.
Kaivan sendiri langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Badannya masih kurang sehat.
" Apa aku kembali di khianati?," lirihnya menatap wajah sang suami yang sudah damai masuk ke alam mimpi.
" Ini sangat menyakitkan," ucapnya membuat matanya memanas dan air matanya mengalir.
Saphira melangkahkan kakinya ke luar kamar. Mencari udara segar.
Berhari-hari berlalu. Sikap Saphira berubah dingin. Kaivan mencoba mencari tahu alasannya tapi, ia tidak bisa menemukan penyebabnya.
"Sayang, tolong katakan sebenarnya ada apa? Kenapa kamu berubah lagi?," tanya Kaivan .
Saphira hanya memandang sekilas pada sang suami.
" Tidak apa-apa. Aku lebih nyaman begini," kilahnya tak bisa mengatakan hal yang sebenarnya.
" Sayang, aku benar-benar tidak mengerti. jika ini karena malam itu kita tidak jadi melakukannya, aku minta maaf. aku masih kurang enak badan," jelas Kaivan membuat Saphira mendelik.
Bisa-bisanya sang suami malah berpikir kesana.
" Oh bukan ya?," Kaivan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Lalu?,"
Saphira hanya mengambil tangan sang suami dan menciumnya. Setelah itu ia masuk ke rumah tanpa menunggu kepergian suaminya.
Kaivan mendesah. Ia tidak bisa menemukan penyebab perubahan sikap sang istri ke mode awal.
...******...
" Malam ini, kalian saja yang pergi. Pakai kartu ini untuk membayar tagihannya," jelas Kaivan pada Desta.
Sebuah kartu di letakkan di hadapan Desta.
" Ini acara perayaan karena kita menang tender kemarin. Masa bos nya tidak ikut?," tanya Desta yang tetap mengambil kartu pemberian Kaivan.
" Saphira sedang sensitif akhir-akhir ini. Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk mengajaknya ke acara itu." keluh Kaivan.
" kalian bertengkar?,"
" Tidak. Tapi, dia kembali seperti dulu. Seperti pertama kali menikah,"
" Kamu membuat kesalahan?,"
" Tidak. Seingat ku," Kaivan mencoba berfikir keras. Tapi, nihil.
Desta menggaruk pelipisnya. Ia malah ikut pusing. Tapi, ia yakin tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api.
" Coba ingat-ingat sejak kapan istrimu itu berubah sikapnya?,"
Kaivan mencoba mengingat-ingat. Ia ingat hari dimana ia terbangun setelah beristirahat di kamar pribadinya. Istrinya sudah berubah sikapnya. Berarti ia harus mencari tahu apa yang terjadi saat itu.
" Sepertinya setelah aku beristirahat karena kurang enak badan. Saat aku keluar dari kamar pribadiku, aku sudah melihat Phira di ruangan ini sedang melamun," jelasnya.
" Apa sesuatu terjadi sebelum ia datang atau malah saat ia ada disini?," tebak Desta.
"CCTV, benar. Mungkin aku bisa tahu apa yang terjadi saat aku tidur,"
Kaivan mengotak-atik laptop nya. Mencari rekaman CCTV beberapa hari yang lalu.
...******...
" Pakailah ini," pinta Kaivan pada saphira.
" Apa harus?," Saphira menaikkan alisnya. " Memangnya kita mau kemana?," tanya Saphira penasaran.
Ia heran dengan tingkah suaminya. Tiba-tiba mengantarkan anak-anak menginap di rumah nenek buyutnya.
Ia bahkan memberikan pakaian baru untuk dipakai Saphira dimana warnanya senada dengan kemejanya.
" Kita akan makan malam. Kita belum pernah makan malam berdua di luar kan?,"
" Dimana?,"
" Sudah. Pakai dulu. Tempatnya rahasia. Ini kejutan,"
Akhirnya Saphira menurut. Ia memakai pakaian yang dipilihkan Kaivan.
Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan, Kaivan tampak bahagia berbanding terbalik dengan Saphira yang masih dengan wajah datarnya.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama saat ada mobil yang menghadang jalannya di tempat sepi. Di belakang pun ada mobil yang berhenti. Mobil Kaivan di kepung.
" Mas, ini ada apa?," Saphira mulai khawatir. Apalagi saat beberapa laki-laki berbaju hitam menggedor kaca mobilnya.
" Keluar sekarang atau kami pecahkan kaca mobilnya!!!,"
" Mas..." Saphira meremas tangan Kaivan.
" Tenang. Semua akan baik-baik saja," Ia menelpon Seseorang namun, belum sempat tersambung kaca jendela berhasil di pecahkan. Hingga Kaivan mau tak mau keluar .
" Diam disini ya. Jangan keluar." Pesan Kaivan singkat sebelum akhirnya ia keluar.
Saphira menutup wajahnya saat perkelahian tidak seimbang itu terlihat jelas olehnya.
Kaivan yang bisa beladiri masih bisa bertahan sekalipun ia pun terkena pukulan dan tendangan di tubuhnya.
Saphira yang baru saja meletakkan ponselnya setelah berbicara dengan Desta, terkejut saat Kaivan sudah mulai tumbang.
Brakk
Saphira keluar dari mobil. Ia terpaksa melanggar perintah suaminya.
Buk..Bukk..
Dengan batu yang ia temukan di jalan ia melemparkan pada orang yang mengepung Kaivan.
Saphira membantu Kaivan berdiri. Hingga tiba-tiba Saphira memposisikan tubuhnya di belakang Kaivan dan ..
Bugghhh
TBC
lanjut thor