Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
...~Happy Reading~...
Tiga hari setelah kejadian kala itu, kini akhirnya pernikahan di langsungkan. Akan tetapi, Hilal menolak untuk adanya sebuah pesta. Ia tidak mau pernikahan nya terlihat begitu mencolok. Khalifa, gadis itu hanya pasrah dan nurut dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
“Khal, kamu yakin mau menikah sama gus Hilal?” Khalifa menundukkan kepala nya, menatap kuku tangan nya yang sudah terhiasi dengan lukisan hena.
Antara yakin dan tidak yakin, tapi Khalifa tidak bisa mengungkapkan nya. Ia sangat ingin, tapi tak bisa di pungkiri bahwa juga ada sedikit keraguan dalam hatinya, mengingat bagaimana respon gus Hilal beberapa hari yang lalu.
“Iya Khal, coba kamu pikirin lagi deh.”
Khalifa menarik napas nya dengan cukup dalam, lalu ia mendongak untuk melihat dua wanita yang sejak tadi menemani nya di dalam kamar, “Menurut kakak bagaimana?”
“Lah kok menurut kakak sih, yang mau nikah kamu Khal!” Maira berdecak sambil menggelengkan kepala nya, “Umur kamu masih kecil, tapi kamu udah mau jadi ibu Nasha. Dia udah gede loh Khal, kamu yakin—“
“Kak, jika untuk Nasha, insyaallah Khalifa sama sekali tidak keberatan,” jawab Khalifa dengan cepat memotong perkataan kakak nya, “Tapi—“
“Tapi apa? Kamu takut kalau gus Hilal gak bisa lupain mantan istrinya?” tebak Eleena.
“Aku hanya takut, kalau nanti aku tidak bisa sebaik ning Kirana.” Cicit Khalifa lirih.
“Khal! Kamu mencintai gus Hilal?” tanya Maira menatap adiknya intens, membuat Khalifa langsung membalas tatapan itu, “Fiks, kamu cinta sama dia. Kenapa?”
Khalifa menggelengkan kepala nya, “Sejak kapan?” tanya Maira yang lagi lagi hanya di balas gelengan kepala oleh sang empu nya.
“Setelah kamu tahu gus Hilal jadi duda? Atau—“
“Sebelum menikah dengan ning Kirana,” jawab Khalifa jujur, seketika membuat kedua kakak nya terkejut bukan main.
Tentu saja, sebelum menikah dengan ning Kirana. Bukankah itu berarti saat itu Khalifa masih sekolah, dan dia sudah jatuh cinta sama sosok gus Hilal. Maira kembali mengingat, bayangan demi bayangan dulu saat dirinya akan menjalankan ta'aruf dari gus Hilal. Bagaimana cara Khalifa selalu memuji kagum pada sosok itu sampai mengatakan bahwa dialah bidadara ketiga setelah sang ayah dan kak Yusuf. Kini Maira seolah mengerti, mungkinkah dulu Khalifa sudah menyimpan rasa pada laki laki itu.
“Astaghfirullah Khal! Kamu—“
“Khalifa tahu kalau ini itu salah. Tidak seharusnya Khalifa senang mendapatkan fitnah seperti ini, sampai harus memanfaatkan nya agar bisa bersanding dengan gus Hilal. Tapi—“ Khalifa menarik napas nya dalam, “Tapi, Khalifa sama sekali tidak berniat jahat Kak.”
“Jadi kamu senang dan ikhlas dengan pernikahan ini kan?” tanya Eleena yang langsung di balas anggukkan kepala, “Lalu apa yang membuat mu ragu? Jika memang hanya karena ning Kirana, lupakan saja. Dia bukan alasan untuk kamu menolak pernikahan ini. Lagipula, dia sudah bahagia di Surga, apalagi yang kamu takutkan.”
“Seharusnya, kamu bisa fokus bagaimana membuat gus Hilal mencintai kamu.” Khalifa kembali mendongak, menatap kakak ipar nya yang terlihat begitu mudah dalam berbicara, tanpa tau bagaimana rasanya menjadi dirinya yang sulit untuk bergerak sedikit pun.
“Kak, kakak gak ngerti,” Khalifa menggelengkan kepala nya.
“Apa yang kakak gak ngerti Khal! Apa kamu pikir awal pernikahan kakak dengan kakak mu semulus Maira dan Arga? Ckckck, tidak Khal! Aku sama seperti mu, jadi terus lah maju, kakak yakin kamu bisa melewati setiap jalan yang akan menghalangi mu.”
“Wait!” Maira menoleh dan menatap tajam pada sahabatnya yang sudah merangkak sebagai kakak ipar, “Kamu bilang apa tadi? Pernikahan ku dan Arga mulus? Otak kamu El yang mulus! Jelas jelas kamu tahu gimana aku menikah dulu, dai bohongi aku!”
“Ya sama saja Mai, intinya kalian berdua saling mencintai! Meskipun di awal ada bumbu kebohongan sedikit, tapi kalian berdua memang sudah ada bibit cinta sejak lahir!” kata Eleena.
“Enak aja sejak lahir. Kamu gak tahu aja, dari Tk sampai SD gimana kita bersama, udah kaya kucing sama anjing.. Yang ada kamu sama kak Yusuf yang udah ada bibit sejak tuyul, sampai belajar ngaji setiap hari, modus mu El!”
“Kok jadi bahas aku sama Yusuf sih, ini itu tentang kamu sama Arga!”
“Oh ya enggak dong El, jelas jelas ini—“
“Kakakkk!” seru Khalifa menghentikan perdebatan kedua kakak nya, “Kenapa malah jadi curhat suami kalian sih! Kalian itu kesini bukannya mau kasih solusi dan motivasi buat Khalifa! Sebentar lagi acara akad akan di mulai, tapi kenapa malah debat! Khalifa nangis juga nih ah!” imbuh gadis itu merengek kesal.
...~To be continue ......