Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan selingkuh.
Di kantin hotel semua departemen di sama ratakan makan bersama tidak ada pilah pilah departemen paling bawah ataupun paling tinggi, kebijakan Pak Wiguna selaku pemilik hotel berikut di bantu Bagas selaku manajer hotel, bisa membuat kebijakan untuk saling menghargai satu sama lainnya berikut ruangan kantin untuk makan bersama seluruh pekerja hotel.
Apey melihat ke arah dalam kantin melihat para staf yang mengenakan jas bagus kemeja bagus terlihat rapih bersih, bekerja tanpa terlihat peluh dan keringat makan sambil ngobrol berhadapan di sertai senyuman, Beni yang baru tersadar sepenuhnya menatap Apey yang sedang melihat ke arah dalam kantin.
"Pey, sekarang gua percaya, ternyata cewek gebetan gua lebih tertarik sama cowok yang berwajah ganteng, buktinya barusan sampai menghampiri lu tanpa lu panggil," ungkap Beni dengan suara lemas.
"Namanya Mbak Riska," sahut Apey.
"Iya gua tahu namanya Riska, tapi kenapa lu malah cuek begitu tidak terlihat senang atau bahagia sudah di hampiri gebetan gua?" tanya Beni heran.
"Saya seneng bahagia jadi nambah punya teman," jawab Apey.
"Yeh kagak nyambung, maksud gua, perasaan lu ada seperti merasa deg degan atau kagum atau ingin semakin dekat gitu maksud gua?" tanya kembali Beni.
"Kan itu mah kamu, bukan saya," jawab Apey.
"Aduh malah di balikan pertanyaan gua, udah lah ayo kita makan laper gua," ajak Beni jadi jengkel sendiri.
Apey langsung senyum lihat wajah jengkel Beni yang melangkah menuju pintu kantin, Apey buru buru mengikuti Beni dari belakang masuk ke dalam kantin, di dalam kantin yang luas terbuka para staf yang sudah makan duduk saling berhadapan, banyak beberapa staf pasang mata melihat ke arah Apey yang menuju ketring prasmanan.
Wajah tampan dan perawakan tinggi tegap yang Apey miliki berada di ruangan kantin terbuka, benar benar menjadi pusat perhatian tidak sedikit staf wanita yang melirik dan melihat ke arah Apey, berikut Riska yang sudah berkenalan berulang melihat ke arah Apey membuat Aldian merasa cemburu dan jengkel.
"Riska, biasa saja dong melihatnya," tegur Aldian yang duduk di depan Riska.
"Aku juga biasa saja lihatnya, namanya pekerja baru wajar doang jika aku melihatnya," tampik Riska mengelak.
"Tadi waktu di luar kenapa kamu sampai menghampirinya? padahal kan dia cuma OB?" tanya Aldian merasa cemburu.
"Udah ah aku males debat!" gerutu Riska langsung fokus menyantap makan siangnya.
Aldian menarik nafasnya melihat ke arah Apey dan Beni yang duduk gabung dengan pekerja office boy dan cleaning service lainnya, Beni yang duduk di depan Apey kini menyadari keberadaan Apey begitu menjadi pusat perhatian.
"Ngeri ngeri, enak jadi lu Pey, punya wajah ganteng jadi pusat perhatian, kalau gua jadi diri lu, ah sudah pasti gua akan membuat Riska sampai mengejar ngejar cinta gua," celetuk Beni memperhatikan reaksi para staf yang melihat ke arah Apey.
Apey tidak menggubrisnya terus fokus makan sambil nunduk enggan menjadi pusat perhatian di kantin itu, Apey pun menyadari kelebihan yang di miliki dirinya, namun Apey benar benar enggan untuk menghiraukannya, jika saja Apey mempunyai jatah makan di luar, mungkin Apey memilih untuk tidak makan di kantin yang terbuka berbaur dengan para staf.
"Pey, gua kan ngajak ngobrol kenapa lu diam saja?" tanya Beni.
"Sudah cepet habiskan makannya," jawab Apey terus nunduk sambil makan.
"Yeh memang aneh lu orangnya, bagaimana dengan gebetan gua, noh lihat gua perhatikan udah berapa kali melihat ke arah sini," terang Beni.
Apey tetap fokus makan hingga habis setelah minum buru buru pergi menuju tempat penyimpanan piring kotor, dan buru buru melangkah menuju pintu keluar kantin, membuat Beni bengong heran melihat tingkah Apey.
"Tuh anak kenapa buru buru pergi begitu!" gumam Beni heran jadi ikut selesai makannya.
Di tempat lain, Ronald yang menghampiri Fauzan ke tempat syuting hingga lupa tidak menjemput Randika ke sekolah siang itu, Randika yang sudah bubar kelas langsung menelpon Pak Wiguna yang masih berada di hotel, tentu membuat Pak Wiguna terperanjat kaget mendengarnya.
"Apa? Ronald tidak ada menjemput?" tanya Pak Wiguna terperanjat yang masih di ruangannya.
"Iya Pah, aku sudah bubar kelas," jawab Randika di telpon.
"Iya iya, Randika sabar dulu ya, nanti Papa akan minta Apey jemput Randika sekrang ya," bujuk Pak Wiguna di telpon.
Randika langsung sumringah mendengar Apey yang akan menjemputnya.
"Papa tidak bohong Kak Apey yang jemput aku?" tanya suara sumringah Randika.
"Kapan Papa bohong sama Randika? sabar ya, Papa akan minta Kak Apey jemput Randika sekarang," bujuk Pak Wiguna.
"Iya Pah, pokoknya Papa jangan bohong," pinta Randika.
"Iya, Papa tutup telponnya, Papa mau telpon Kak Apey dulu," bujuk Pak Wiguna.
"Iya Pah!" Randika mematikan panggilan telponnya.
Pak Wiguna menggelengkan kepala kecewa terhadap Ronald yang tidak menjemput Randika di sekolah, Pak Wiguna langsung menelpon Apey meminta Apey agar ke ruangannya, Apey yang baru selesai makan dan yang baru saja hendak mengistirahatkan badannya yang terasa lelah, mendapat telpon dari Pak Wiguna yang meminta datang ke ruangannya, Apey langsung melangkah pergi tidak mungkin menolaknya meskipun badannya terasa lelah.
"Permisi!" setelah mengetuk pintu dua kali Apey masuk ke dalam ruangan.
"Sini Apey," titah Pak Wiguna.
"Siap Pak Boss," Apey buru buru mendekat berdiri depan meja kerja.
"Ini kunci mobil saya, tolong jemput Randika di sekolah, karena Ronald tidak ada menjemputnya," terang Pak Wiguna.
"Ya Allah kasihan Randika, siap Pak Boss, saya jemput sekarang, tapi," Apey terdiam sejenak.
"Kenapa?" tanya Pak Wiguna.
"Masa saya pakai mobil Pak Boss?" tanya balik Apey tidak berani.
"Nanti juga jika jalan jalan siapa tahu pakai mobil saya, sudah tidak apa apa," jawab Pak Wiguna mengira ada apa.
"Siap Pak Boss saya jemput sekarang, permisi!" Apey langsung mengambil kunci mobil di atas meja buru buru melangkah keluar ruangan.
Beni yang menyusul Apey ke ruangan istirahat clingak clinguk tidak menemukan Apey, sampai Beni mencari keluar sisian hotel dan sampai mencari ke belakang hotel, namun tidak menemukan Apey hingga Beni menggaruk kepala heran mengira ngira Apey istirahat dimana.
Apey yang masih mengenakan seragam office boy langsung tancap gas meluncur menuju sekolah Randika, Apey merasa khawatir jika Randika sampai merasakan sedih karena tidak ada yang menjemputnya.
Apey yang sudah lihai handal membawa mobil tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sekolah Randika, sesampai depan sekolah terlihat beberapa siswa siswi sudah keluar sekolah dengan orang tua dan saudaranya masing masing.
Apey langsung memasukan mobil ke area parkiran sekolah setelah berhenti langsung keluar, buru buru setengah berlari menuju depan kelas Randika terlihat Randika sendiri duduk di kursi roda, membuat Apey benar benar tidak kuasa melihatnya.
Randika melihat ke datangan Apey langsung sumringah senyum lebar, hingga mengangkat kedua tangannya merasakan rindu ingin memeluk Apey, setelah dekat Apey langsung memeluk Randika setengah membungkuk sambil berulang mengusap rambut Randika.
"Kak Apey aku kangen Kak," ucap Randika dalam pelukan Apey.
"Iya, Kak Apey juga kangen sama Randika," pelukan rindu Apey sudah merasa terhadap Adiknya sendiri.
Apey dan Randika saling memeluk erat hingga beberapa menit lamanya, Perlahan Apey melepaskan pelukannya setengah jongkok menatap wajah Randika.
"Randika tidak sedih kan Kak Apey telat jemput?" tanya Apey menatap.
"Enggak Kak, aku seneng Kak Apey yang jemput aku kesini," jawab Randika senyum lebar.
"Alhamdulilah syukurlah, sebagai permintaan maaf Kak Apey, Randika ingin apa?" tanya Apey berusaha menghibur Randika agar tidak merasa sedih.
"Aku ingin jalan jalan sama Kak Apey di taman," jawab Randika kembali senyum lebar.
"Ok, siap! Kak Apey akan mengabulkannya," bujuk Apey senyum lebar.
"Makasih Kak," senyum Randika terpancar senangnya.
"Iya sama sama, ayo Randika yang ganteng yang paling rajin sekolahnya kita pulang sekarang!" seru Apey melihat wajah senang Randika langsung mendorong kursi roda menuju parkiran mobil.
Bu Maharani di ruangan TV sedang menemani Azalea yang baru merasa sehat, mendapat telpon dari Pak Wiguna bahwa yang menjemput Randika buka Ronald tapi Apey, membuat Bu Maharani awal merasa kaget namun setelah mendengar yang menjemputnya Apey Bu Maharani langsung merasa lega.
"Kenapa Papa harus menyuruh Apey yang jemput Randika? kenapa tidak Papa sendiri?" tanya Bu Maharani merasa tidak enak jika merepotkan Apey.
"Iya Papa tahu, harusnya Papa yang jemput Randika, tapi maksud Papa, biar Randika tidak sedih jika yang menjemputnya Apey," jawab Pak Wiguna di telpon.
"Tetap saja tidak enak Pah, kita sudah sering kali merepotkan Apey," sambung Bu Maharani.
Azalea mendengar Apey yang menjemput ke sekolah Randika seketika telinganya bak bagaikan kelinci, mendadak jadi tajam fokus menguping percakapan kedua orang tuanya di telpon, bahkan Azalea sampai mendekatkan sedikit demi sedikit tubuhnya mendekat Bu Maharani.
Bu Maharani menoleh ke Azalea yang menggeser mendekat duduknya, Azalea langsung pura pura fokus nonton TV dan pura pura cuek tidak menguping, Bu Maharani tahu maksud Azalea yang menguping, Bu Maharani langsung menjauh duduknya membuat Azalea jengkel.
"Argah Mama!" ketus Azalea jengkel.
"Apa? Mama sedang telpon," jelas Bu Maharani.
Azalea langsung berdiri hendak kedepan rumah.
"Mau kemana kamu?" tanya Bu Maharani melihat Azalea berdiri.
"Gerah ingin cari angin di luar!" jawab Azalea berbohong langsung melangkah pergi.
Bu Maharani heran mengerutkan keningnya ruangan sejuk pakai AC di bilang gerah.
"Ada apa Mah?" tanya Pak Wiguna di telpon.
"Ini Azalea bilang katanya ruangan gerah mau cari angin ke depan rumah," jawab Bu Maharani.
"Haha haha, merasa gerah apa mau lihat Apey?" tanya kembali Pak Wiguna.
"Oh iya Mama baru sadar, ya udah Pah, Mama mau intip dulu di pintu, Mama tutup telponnya!" Bu Maharani buru buru melangkah menuju pintu depan.
Azalea duduk di kursi depan rumah pura pura merasa gerah mencari angin, sambil berulang melihat ke arah gerbang depan rumah, saat melihat mobil yang Apey bawa memasuki gerbang, deg tiba tiba jantung Azalea berdegup kencang seketika merasakan tegang.
Mobil datang melaju menuju depan rumah Azalea langsung pura pura cuek tidak perduli dengan mobil datang, Apey menghentikan mobil depan rumah melihat dalam mobil Azalea sedang duduk di kursi sambil melihat ke arah lain, Apey langsung senyum baru pertama kalinya melihat Azalea duduk di depan rumah.
Apey keluar dari mobil mengambil kursi roda di belakang mobil, setelah menyiapkannya membuka pintu tengah mobil, menatap Randika yang sedang senyum lebar karena melihat Azalea ada duduk di kursi depan rumah, perlahan Apey melepas sabuk pengaman di badan Randika.
"Randika kenapa senyum?" bisik Apey perlahan pura pura tidak tahu.
"Kak Azalea," tunjuk Randika ke arah Azalea duduk.
"Sttt! bagaimana, kalau kita pura pura cuek tidak melihat ada Kak Azalea di depan, setuju?" bisik Apey senyum.
"Iya Kak," Randika senyum lebar mengangguk berulang ulang setuju.
Apey perlahan mengangkat badan Randika memindahkan ke kursi roda, Apey langsung melihat ke arah lain pura pura tidak melihat Azalea, begitupun Randika yang sudah di ajak kerja sama pura pura melihat ke arah lain.
Dan saat Apey mendorong kursi roda menuju pintu rumah melewati Azalea, keduanya pura pura cuek tidak melihat ke arah Azalea tentu membuat Azalea langsung melotot, merasa tidak di anggap keberadaannya yang sedang duduk di kursi di depan rumah.
"Arrgghh! Apeeyy!" teriak Azalea dengan kesal melihat Apey lewat begitu saja.
Apey tidak menggubrisnya terus mendorong kursi roda menuju pintu, Bu Maharani yang mengintip menahan tawanya, buru buru pergi keruangan TV agar tidak ke tahuan, Azalea yang merasa kesal langsung mengejar ke dalam rumah dan langsung menarik seragam Apey dari belakang, hingga badan Apey terbawa ke belakang kencangnya tarikan tangan Azalea.
Apey membalikan badan menatap Azalea yang memasang wajah kesal, Apey senyum geli melihat tingkah Azalea seperti itu, Bu Maharani duduk di sofa ruangan tengah sengaja diam memperhatikannya, melihat tingkah aneh Azalea yang tiba tiba menarik seragam Apey dari belakang.
"Non sudah sehat?" tanya Apey.
"Iya!" ketus Azalea.
"Alhamdulillah syukurlah, saya mau bawa Randika ke kamarnya!" sambung Apey membalikan badan.
Azalea masih meras kesal kembali menarik seragam Apey hingga badan Apey mendongak kebelakang, Apey kembali membalikan badannya menatap mengerti dengan apa yang Azalea lakukan.
"Saya sekarang kerja di hotel, teman kerja saya namanya Beni, masih satu departemen kebersihan, saya sudah tidak kontekan sama Laura, tapi tas saya masih di sana, mungkin nanti sore sepulang dari sini saya akan mengambilnya, tapi hanya mengambil tas saja tidak ada maksud yang lain," papar Apey.
"Ririn saja yang ngambil tasnya," desak Azalea mendengar penjelasan Apey.
"Saya sudah banyak merepotkan Mbak Ririn malu, saya hanya mau mengambil tas saja," ulang Apey.
Azalea langsung menunjuk wajah Apey dengan wajah tidak sukanya.
"Iya nanti saya akan minta tolong sama Mbak Ririn, sudah ya, saya mau bawa Randika dulu ke kamar!" Apey langsung membalikan badan mendorong kursi roda menuju kamar Randika.
Azalea langsung melangkah menuju tangga ke kamarnya, Bu Maharani yang kembali mengintip di ruangan TV diam tertegun tidak percaya melihatnya.
Apey sesampai di kamar Randika langsung memindahkan Randika dari kursi roda ke tempat tidur, Randika senyum lebar karena kini Azalea Kakaknya tidak bertengkar lagi dengan Apey.
"Kak Apey suka tidak sama Kak Azalea?" tanya Randika tiba tiba.
Apey langsung senyum mendengarnya duduk di depan Randika.
"Kalau misalkan Kak Apey suka, apa Randika setuju?" tanya Apey senyum.
"Iya, aku setuju Kak Apey pacaran sama Kak Azalea, Kak Apey baik ganteng, Kak Azalea galak cantik," jawab Randika senyum.
Apey langsung senyum lebar mendengar jawaban Randika.
"Sekarang Kak Apey mau tanya, kan sekarang Kak Azalea sudah ada di rumah terus, selama Kak Azalea di rumah, pernah marah atau bentak Randika tidak?" tanya Apey.
"Enggak Kak, Kak Azalea gak marah marah, tapi Kak Azalea tidak mau bicara sama aku," jawab Randika.
"Gimana kalau sekarang, Kak Apey akan bujuk Kak Azalea agar mau bicara sama Randika, gimana Randika setuju?" tanya kembali Apey.
"Iya Kak setuju," Randika mengangguk berulang ulang.
"Ya sudah, Randika tunggu di sini ya, Kak Apey akan coba bujuk bicara sama Kak Azalea," sambung Apey.
"Iya Kak," Randika langsung mengangguk.
Apey langsung berdiri melangkah keluar kamar menuju tangga kamar Azalea, Bu Maharani di ruangan TV langsung menelpon Pak Wiguna menceritakan semuanya, Bi Minah yang biasa menyiapkan makan siang dan obat vitamin, langsung mengantarnya ke kamar Randika.
Apey yang sudah di depan kamar Azalea mau tidak mau harus kembali mengulang melakukannya demi Randika, selain itu Apey berpikir mumpung berada di rumah Azalea tidak ada salahnya jika Apey kembali berusaha agar Azalea, mau mengakui Randika sebagai Adik kandungnya.
"Non!" seru Apey sambil mengetuk pintunya.
Azalea tanpa lama langsung membuka pintu mendengar suara Apey memanggilnya, perasaan Azalea seketika tiba tiba merasa bahagia melihat Apey ada kembali berdiri di depan kamarnya, hati kecilnya tiba tiba timbul rasa kerinduan dengan semua yang ada di diri Apey, pertengkaran demi pertengkaran membuat Azalea merasakan rindu ingin mengulangnya menatap Apey yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Jangan pergi," tanpa sadar Azalea mengucapkannya.
"Nanti sore Randika ingin jajan jalan ke taman, mau ikut?" tanya Apey memilih mengutamakan Randika.
Azalea terdiam mendengarnya karena hingga detik itu belum pernah menyapa Randika sekalipun.
"Jika kita bertiga jalan jalan ke taman, pasti Randika merasa bahagia sekali," sambung Apey menatap.
Azalea tetap terdiam menatap masih berat untuk bisa mengakui dalam hatinya.
"Tolong bicara sama saya, bagaimana caranya agar Non mau mengakui Randika sebagai Adik kandung? dan bagaimana caranya agar Non mau menyapa dan bicara terhadap Randika?" tanya Apey berusaha bersabar.
"Selingkuh," jawab Azalea tiba tiba.
"Selingkuh dari Ronald?" tanya Apey kaget.
"Iya," ketus Azalea melotot.
"Selingkuh itu tetap harus menjalin sebuah hubungan, dan hubungan itu bukan buat main main, karena tetap akan melibatkan hati dan perasaan," jelas Apey.
"Selingkuh!" desak Azalea kembali melotot.
"Baik, mari kita mulai perselingkuhan ini, tapi jika di akhir perselingkuhan ini harus saling menyakiti, kita harus siap menghadapinya, bagaimana?" tanya Apey menatap.
"Tidka mau!" ketua Azalea.
"Jadi ingin bahagia?" tanya kembali Apey.
"Iya!" Azalea mengangkat alisnya melotot.
"Baik, meskipun saya tidak tahu bagaimana caranya membahagiakan Non Azalea ini, tapi saya akan berusaha mewujudkannya, ayo ke kamar Randika sekarang," ajak Apey.
Tangan kiri Azalea langsung memegang seragam Apey menatap mendekatkan wajahnya.
"Jangan sakiti gue," pinta Azalea dengan suara lemah memegang seragam Apey.
"Non masih ingat waktu saya membawa Non kerumah sakit?" tanya Apey menatap.
Tidak ada angin tidak ada hujan Azalea langsung memeluk erat tidak kuat menahan perasaan dalam hatinya, aliran darah sekujur tubuh Azalea serasa mengalir begitu cepat menuju jantungnya yang berdegup kencang, perkataan Apey yang mengingatkan dirinya waktu di bawa kerumah sakit, menunjukan sebuah bukti jika Apey tidak mau melihat dirinya jatuh sakit.
Azalea terus memeluk erat hingga meneteskan air matanya, hidup bertahun tahun penuh kemarahan dan kebencian, kini serasa mempunyai sandaran yang bisa membuat dirinya timbul bahagia perasaan nyaman berada di dekat Apey, meskipun perselingkuhan yang Azalea katakan namun hati yang merasakan untuk berkata lain hingga Azalea meneteskan air matanya.
Apey diam tertegun merasakan pelukan Azalea artis cantik papan atas namun keras kepala batu pemarah juga kasar, kini sedang memeluk erat dirinya meneteskan air mata di dadanya, pelukan erat itu mungkin awal untuk memulai perselingkuhan di belakang Ronald yang sudah berkorban habis habisan terhadap Azalea.
"Randika di dalam kamar bilang, Kak Apey jadi pacar Kak Azalea saja, saya pun bertanya sama Randika, apa Randika setuju jika Kak Apey pacaran sama Kak Azalea," ucap Apey lalu diam sejenak.
Azalea langsung melepaskan pelukannya menatap.
"Jawabnya apa?" tanya Azalea menatap.
"Randika menjawab iya," jawab Apey perlahan.
Azalea langsung senyum bahagia mendengarnya, Apey ikut senyum menatap bibir Azalea yang akhirnya Apey bisa melihat senyum yang terpancar di wajah Azalea.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman