Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.
Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Usai melaksanakan bulan madu, sepasang suami istri itu kini kembali menuju rumah karena senin depan Revan akan kembali bekerja seperti biasa.
mereka membereskan semua peralatannya dan memasukan kedalam koper. Revan menggiring koper menuju mobil diikuti Anggrek disebelahnya.
mereka berdua memasukan koper kedalam bagasi mobil setelah itu masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan mereka menuju rumah Tuti.
Anggrek memutuskan untuk kembali kerumah Tuti karena tak ada rumah lain yang akan menerimanya selain tantenya itu.
dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai dirumah, Revan menurunkan koper dari bagasi mobil sedangkan Anggrek menunggu suaminya.
mereka berjalan beriringan menuju rumah setelah membayar taxi. Anggrek membuka pintu rumah, "assalamualaikum," salamnya.
"Waalaikumsalam, wah yang baru pulang bulan madu, gimana? Gacor ga?" jahil Tuti.
Anggrek menatap Tuti kesal sedangkan Revan hanya merespon dengan senyuman tipis, "kita ke kamar dulu tan." ucapnya berlalu pergi menuju kamar.
"Mas, mau istirahat dulu apa mau makan dulu?" tanya Anggrek karena memang mereka tidak sempat sarapan pagi tadi.
Revan yang tengah menyandarkan badannya diranjang menatap Anggrek, "aku mau tidur bentar, kamu?" tanyanya balik.
"aku mau keluar nemuin tante Tuti dulu, sekalian kasi oleh-oleh yang kita beli kemaren." jelasnya yang dibalas anggukan oleh Revan.
Anggrek membongkar koper bagian oleh-oleh dan mengambil lima macam oleh-oleh yang sudah dipersiapkan untuk Tuti. Wanita itu keluar dari kamarnya dan berjalan mendekati Tuti.
Tuti yang tengah duduk santai didepan TV menyadari kehadiran Anggrek menoleh sekilas, "kok pengantin baru keluar? kenapa ga istirahat aja?" tanya Tuti.
"Nanti aja deh, oh iya tan, ini Anggrek bawain oleh-oleh buat tante." Anggrek menyodorkan oleh-oleh itu ketangan Tuti yang diterima baik oleh Tuti.
"Makasih loh, oh iya? gimana bulan madunya? aman?" tanya Tuti penasaran.
"Ish tante, jangan nanya-nanya gitu dong, aku kan malu." jawabnya.
Tuti tersenyum geli mendapati raut malu penakannya, "udah makan?"
Anggrek menggeleng, "belum tan, tadi ga sempat sarapan."
"makin gih, kasian suamimu kelaparan."
"iya tan, tadi udah ditanya, kata mas Revan nanti aja, keknya mas Revan masih ngantuk." jelas Anggrek yang direspon anggukan oleh Tuti.
Anggrek melihat sekelingnya, "adek-adek mana tan?" tanyanya karena tak melihat kehadiran anak-anak Tuti.
"mereka lagi dirumah neneknya, Nggrek."
Anggrek menyamankan posisi badannya, "Tan, Anggrek masih boleh tinggal disini ga? Sampai mas Revan beli rumah." ucapnya.
"Ya boleh lah, mau sampai kapanpun kamu boleh tinggal disini."
Anggrek memeluk tubuh kecil tantenya, "makasih ya tan, Anggrek ga tau harus berbuat apa kalau ga ada tante. Tante berperan penting dalam hidup Anggrek. Sekali lagi makasih tan." ucapnya tulus.
Tuti membalas pelukan Anggrek, "tante ikhlas kok, tante sayang sama kamu." jawabnya.
"Oh iya Nggrek, kemaren mamanya Ratu datang ke sini,"
Anggrek melepas pelukannya dan menatap Tuti heran, "ngapain tan?" tanyanya.
Tuti membuang nafasnya pelan, "nanyain kamu sama Revan, sepertinya dia gak rela Revan nikahin kamu." jelas Tuti seadanya karena memang itu kenyataannya.
"Bukannya dia yang nolak? Trus kenapa sekarang cemburu?" tanyanya tak habis pikir.
Ratu ini memang tipekal orang yang tidak konsisten dengan ucapannya. Giliran sudah lepas baru sadar jika itu yang terbaik.
"Ntahlah Nggrek, tante juga ga habis fikir, tu anak maunya apa. Mamanya juga selalu manjain dia, jadi gini lah hasilnya."
"Trus pas dia kesini, tante jawab apa?"
"Ya tante jawab seadanya lah, mau jawab apa lagi?"
"Trus responnya gimana tan?"
"Ya gitu, palingan dia nyesal udah ninggalin Revan."
Anggrek merespon ucapan Tuti dengan anggukan kecil, "tan," panggilnya membuat Tuti menatapnya heran.
"Kenapa?"
"Tan, aku takut kalau suatu saat Ratu rebut mas Revan dari aku, aku takut kalau mas Revan ninggalin aku." lirihnya dengan ketakutan-ketakutan itu.
Anggrek sangat mengenal siapa Ratu dan bahkan gadis itu akan mengusahakan banyak cara agar apa yang dia inginkan bisa dia miliki tak terkecuali Revan.
Hal itu tentu tidak hanya ketakutan Anggrek semata, karena Ratu pernah mengambil seseorang yang Anggrek cintai bahkan mereka berkhianat dibelakangnya.
Tuti memegang pundak Anggrek, "gak ada yang perlu ditakuti, apapun yang terjadi kedepannya biarkan menjadi rahasia tuhan, kita hanya bisa berdoa untuk kebaikan-kebaikan kelak."
"Tapi tan, Ratu itu nekatan, dia bisa saja rebut mas Revan dari Anggrek."
"Insya Allah gak akan, tante yakin Revan setia sama kamu."
"Tapi aku takut tan, aku gak punya siapa-siapa lagi selain tante dan mas Revan. Aku gak mau kehilangan untuk kesekian kalinya."
"Nggrek, sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu tidak akan pernah pergi darimu begitu sebaliknya. Kamu ga perlu takut akan kehilangan karena yang Allah hadirkan untukmu tak akan mampu diambil oleh orang lain."
Anggrek menatap Tuti lama kemudia memeluk tubuh wanita yang sudah baik dengannya. Anggrek bersyukur bisa bertemu dengan Tuti, setidaknya peluk hangat sang ibu bisa dia rasakan dari sosok Tuti.
"Eh nak Revan, udah bangun?" tanya Tuti kala melihat Revan mendekati mereka.
Revan tersenyum tipis dan melirik Anggrek sebentar, "Sayang, aku dapat pesan dari ibunya Ratu, katanya kamu ada hutang sama dia, hutang apa emangnya?" bisik Revan setelah berada disisi Anggrek.
Anggrek mengerutkan keningnya melihat pesan diponsel suaminya, "aku gak pernah minjam uang sama dia mas, dia aja pelit." jawab Anggrek seadanya.
"Kamu serius? tapi dia ada bukti tf nya loh." tanya Revan memastikan jika istrinya benar-benar tidak memiliki hutang dengan Ratu.
Anggrek mengangguk, "aku yakin kalau aku gak pernah minjam uang sama dia, emangnya kenapa? Kamu udah tf uang itu ke dia?" tanya Anggrek balik.
Revan mengangguk, "sudah," singkatnya.
Mendengar hal itu membuat Anggrek melotot tak percaya, "kamu kenapa gak nanya aku dulu mas? Emangnya berapa uang yang dia minta?"
"Sepuluh juta," singkatnya.
"Ya Rabbb, mas.. kamu tau gak, dia itu lagi meras kamu! Aku gak pernah ada hutang sama dia, aku selalu minta bantuan ke tante Teti kalau aku butuh." jelasnya kesal membuat Teti dapat mendengar percakapan mereka.
"Maaf nak Revan, ada apa ya?" tanya Tuti.
Revan tersenyum kikuk, "gak ada apa-apa tan." balasnya.
Anggrek melihat sang tante sambil meringis, "tan, aku udah gak habis fikir sama Ratu, dia minta uang ke suami aku dengan alibi kalau aku ada hutang sama dia, mana minimalnya besar lagi." adunya membuat Tuti melotot kaget.
"Astagfirullah, berapa uang yang dia minta ke kamu Van?" tanya Tuti.
"Sepuluh juta tan, tapi gak papa kok, anggap aja sedekah kalau memang Anggrek gak berhutang sama dia." ucap Revan seenaknya setelah membuat darah Anggrek mendidih.
Anggrek menggeleng, "Gak mau! aku mau samperin Ratu, dia udah keterlaluan." Anggrek berdiri dari posisinya dan langsung ditahan oleh Revan.
"Mau kemana? aku ga izinin kamu keluar hari ini, lagian aku laper, mending kita makan." cegahnya.
Mau tak mau Anggrek merubah niatnya yang awalnya melabrak Ratu kini beralih menuju dapur, tapi bisa dipastikan jika Anggrek tak akan diam begitu saja ketika Ratu sudah mulai berani mengusik rumah tangganya.