NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!
Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.
Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.
Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.
Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan sebut aku wanita bodoh!!
Elena menarik nafasnya dalam untuk mengatur detak jantungnya yang tak kunjung teratur meski Elena sudah keluar dari ruangan CEO perusahaan itu.
Elena mencoba menenangkan dirinya setelah dia nekat melakukan hal paling g*la dalam hidupnya.
"Tenang El, tenang. Semua berjalan sesuai dengan apa yang kau inginkan" Elena mengusap dadanya dengan pelan. Bahkan tangannya saja masih bisa merasakan detak jantungnya begitu kencang saat ini.
Elena kembali membuka kertas yang masih di genggamnya itu. Kertas dengan isi paling s*alan menurutnya.
"Semoga saja Kamila tidak akan pernah kembali dan perjanjian ini tidak akan pernah berakhir" Gumam Elena mendadak sendu.
Surat perjanjian yang telah ditandatanganinya dengan Adrian itu berisi tentang beberapa kesepakatan yang akan mereka lakukan selama mereka bersama.
"Satu" Elena membaca kembali poin-poin yang perlu ia ingat.
"Hubungan ini harus di sembunyikan dari semua orang tak terkecuali"
"Dua, selama perjanjian ini berlangsung pihak ke dua harus bersedia tinggal bersama pihak pertama"
"Tentu saja aku tidak keberatan dengan poin satu ini, memang ini yang aku mau" Elena terus berbicara sendiri menanggapi apa yang tertera dalam surat perjanjian itu.
"Tiga, tidak melibatkan perasaan apapun di dalamnya"
"Terlambat, perasaanku sudah teramat dalam saat ini"
"Empat, tidak boleh mencampuri urusan masing-masing"
"Lima, pihak kedua tidak boleh menolak ketika pihak pertama menginginkan sentuhan"
"Ehemm" Elena merasa tenggorokannya kering ketika membaca poin ke lima itu.
"Enam, pihak pertama tidak boleh berhubungan badan dengan wanita manapun selain pihak ke dua selama perjanjian itu belum berakhir"
"Tujuh, pihak ke dua harus rutin mengonsumsi pencegah kehamilan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan"
"Delapan, perjanjian berakhir ketika Kamila kembali"
"Sembilan, pihak pertama akan memberikan berapapun yang pihak ke dua mau sebagai kompensasi"
Brak...
Elena memukul mejanya sendiri. Dia tiba-tiba kesal setelah membaca poin ke sembilan dari perjanjian itu.
"Harusnya aku menambahkan poin ke sepuluh Di sini"
Elena meraih pena berwarna merah di depannya. Lalu menuliskan poin ke sepuluh itu meski itu tidak ada artinya lagi saat ini.
Namun Elena tersenyum getir karena menulis sesuatu yang mungkin akan membuat Adrian murka jika membacanya
"Kalau pihak pertama melanggar perjanjian yang telah di sepakati. Maka pihak pertama akan memberikan semua hartanya kepada pihak ke dua" Elena membaca sampai ke titik akhir surat perjanjian itu.
"Sungguh aku tidak menginginkan semua itu, bahkan sepeserpun darimu Adrian!!"
"Kalian jangan menganggapku sebagai wanita bodoh karena melakukan hal di luar nalar seperti ini. Tapi aku yakin kalian semua tau kalau cinta itu buta kan?? Dan aku sudah tidak tahan lagi untuk membendung perasaanku ini"
"Aku ingin selau berada di dekatnya. Menyentuhnya, mencium wangi tubuhnya yang begitu aku sukai. Tubuhnya yang sangat ingin aku peluk dari dulu. Tapi semua itu akan terwujud nanti malam. Tidak papa jika orang menganggap ku wanita tidak waras atau yang lainnya. Aku mencari kebahagiaanku sendiri melalui ini. Karena hanya dengan cara ini aku bisa masuk lebih dalam ke dalam kehidupannya"
Satu fakta tentang Elena yang tidak di ketahui oleh Adrian. Sahabatnya itu telah lama memendam rasa yang lebih dari sekedar sahabat.
Meski Elena dari dulu sering menunjukkan perhatiannya kepada Adrian, namun sampai saat ini pria itu tak pernah menyadari perasaan Elena. Hingga kemarin Elena benar-benar lelah mengejar cintanya yang tak akan bersambut itu. Maka muncullah ide g*la di otaknya. Meski Adrian tidak bisa mencintainya. Elena akan menjerat Adrian dengan cara yang di sukai pria itu.
Jika kalian bertanya, apa penyebab Adrian tidak pernah melirik Elena sekalipun, jawabannya tentu saja mereka beda kasta, beda segalanya.
Elena hanyalah seorang yatim piatu dari kalangan bawah yang tak mungkin bisa masuk ke keluarga Lewis. Sementara Adrian adalah pria yang tidak pernah mau hidup miskin karena menentang keluarganya. Termasuk perjodohannya dengan Kamila. Beruntung Kamila adalah wanita yang dari dulu dicintai oleh Adrian tentu saja itu membuat Adrian dengan senang hati menerima perjodohan itu.
Tapi yang paling utama dari semua alasan itu adalah, Adrian tidak pernah tertarik dengan Elena.
"Tapi kau harus menjaga sikap mu Elena!! Jangan sampai Adrian menyadari perasaan mu!! Bersikaplah biasa saja jika di dekatnya. Karena kalau dia curiga, semuanya tidak akan berjalan dengan lancar kedepannya!!"
Elena melihat ke arah pintu berwarna hitam yang menyembunyikan Adrian di dalamnya.
"Meski aku tidak bisa mendapatkan cintamu, setidaknya berpura-pura menjadi wanita murahan lebih baik saat ini. Yang penting aku selalu berada di dekatmu"
Sungguh pemikiran yang begitu naif sebenarnya. Bukannya dengan melihat Elena yang seperti itu justru akan membuat Adrian semakin tidak bersimpati kepadanya. Kesan wanita bayaran akan melekat pada Elena setelah ini.
Elena yang sudah tidak peduli lagi dengan yang namanya kewasrasan memilih mengemasi baranya dan beranjak pergi dari meja sekretaris itu.
Dia sengaja pulang lebih awal karena ingin mempersiapkan diri untuk menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Adrian.
Sebelum Elena pulang, dia lebih dulu menyambangi salon kecantikan langganannya. Dia benar-benar ingin terlihat mempesona di setiap inci tubuhnya nanti malam. Elena tidak peduli jika Adrian akan mencarinya saat ini. Toh yang Elena lakukan saat ini adalah untuk memanjakan Adrian nanti malam.
Menjelang pukul delapan malam, Elena tiba di apartemen Adrian dengan menyeret koper besar miliknya.
Elena dengan mudah masuk ke dalam apartemen mewah itu karena Elena memang hampir setiap hari datang ke sana hanya untuk membangunkan atau mengantarkan makanan untuk Adria.
Sungguh miris kan nasib cinta Elena?? Dia begitu perhatian dan menjaga Adrian, namun semua itu hanya di anggap loyalitas pekerjaan saja oleh Adrian.
Elena mengambil sepotong kain yang tak pantas untuk di sebut sebagai baju. Potongannya yang aneh dengan kain transparan berwarna hitam itu membuat Elena sedikit geli membayangkan jika dirinya memakainya di depan Adrian.
"Aku harap tidak akan ada yang menertawakan kebodohan ku ini" Gumam Elena melenggang ke kamar mandi untuk bersiap menyambut Adrian.
Elena yakin sebentar lagi pria itu akan sampai karena sepuluh menit yang lalu sudah mengabari Elena jika dia sudah di jalan.
Klik...
Adrian masuk ke dalam apartemennya yang sudah terang benderang. Tentu saja dia tak terkejut karena dia sudah tau jiak Elena sudah ada di dalam sana. Terlebih lagi ia melihat heels berwarna hitam milik Elena.
"Apa dia tidak kesakitan setiap hari memakai sepatu setinggi itu??" Gumam Adrian melirik heels yang memiliki tinggi sepuluh senti itu.
Adrian melepas jasnya sambil berjalan menuju kamarnya. Rasanya ingin segera mandi menghilangkan rasa lengket pada kulitnya.
"Sudah pulang Tuan Adrian??" Adrian bahkan sampai merinding mendengar suara yang begitu menggelitik di telinga itu.
Adrian menoleh ke pemilik suara yang ternyata telah duduk di sofa kamarnya dengan meluruskan kakinya yang panjang dan indah itu.
Glek....
Adrian menelan ludahnya dengan kasar melihat penampilan Elena saat ini.
...sungguh cerita author bnyk yg bikin nangis
dia hanya emosi krn elena tidak bisa jujur
dia hanya pura ² lugu saja biar kelihatan baik