Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 25
Ardha tengah menekan bel pintu rumah tetangga sebelahnya. Setelah pintu terbuka, muncul seorang pria tua dengan seekor kucing di pelukannya.
"Maaf Tuan Andrews, apa anda melihat seorang wanita di sekitar sini?", tanya Ardha seraya menerangkan ciri-ciri fisik Mawar.
"Maggie.. Maggie sayang, kemarilah sebentar", Tuan Andrews memanggil isterinya kemudian menerangkan apa tujuan Ardha ke rumah mereka.
"Oh, tentu saja aku melihatnya. Beberapa kali dia bolak balik dari rumahmu ke tepi jalan seperti sedang menunggu seseorang. Sungguh wanita yang menawan. Apa dia pacarmu?", Nyonya Andrews tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggali informasi.
"Dia istriku", jawab Ardha. Kemudian dia mengucapkan terimakasih dan lalu menuju ke mobilnya.
Ardha mengira-ngira mungkin Mawar berjalan-jalan di lingkungan sini dan berharap bisa menemukannya dengan menyusuri jalan di sekitar rumahnya.
Beberapa saat kemudian, Jason menghubunginya.
"Ya, ada apa?", ucap Ardha dengan mata tetap mengawasi sisi jalan untuk menemukan Mawar.
*********
Ardha sudah sampai di restoran. Mengabaikan setiap tatapan dan sapaan, hanya bergegas menuju ruang kerjanya. Tampaklah olehnya sosok yang sedari tadi telah membuatnya pusing tujuh keliling. Duduk manis ditemani secangkir teh dan sepotong red velvet.
Ardha akhirnya menarik napas lega setelah matanya melihat Mawar. Namun sepertinya Ardha tak seberuntung itu, karena tatapan maut Mawar dengan intensitas yang lebih tinggi dari biasanya kini tengah tertuju ke arahnya.
Ardha kemudian menutup pintu ruangan, mengantisipasi agar apa yang akan terucap dari mereka berdua tak sampai ke telinga seseorang.
Ardha mengambil tempat di sofa di samping Mawar tanpa berani membalas tatapan maut itu. Hanya sesekali dia melirik memastikan apakah tatapan itu masih ada.
"Maaf, aku lupa..Tadi.. aku sudah pulang tapi tak menemukanmu", ucap Ardha salah tingkah.
Mawar memperhatikan Ardha yang masih menggunakan baju kerjanya. Napasnya masih tersengal dengan peluh di wajahnya. Mawar menyimpulkan kalau tadi Ardha pulang tergesa-gesa dan mencari-cari dirinya.
Memang Mawar yang sedari pagi sudah menunggu-nunggu saat Ardha akan menjemput merasa kesal karena yang ditunggu tak tepat waktu. Berkali-kali dia menghubungi Ardha, tapi tak diangkat. Bahkan dia sampai bolak-balik ke luar rumah demi melihat apakah mobil Ardha sudah hampir sampai.
Tak sabar sudah menunggu lama, Mawar lantas membuka aplikasi layanan taksi online dan memberanikan diri menyusul Ardha ke restoran.
Tak kira betapa hebohnya para karyawan di sana karena kedatangan seorang wanita yang mengaku isteri Ardha. Jason sigap menangani kejadian itu dan mempersilahkan Mawar menunggu Ardha di ruangannya.
"Kuenya sangat enak, apa kau yang membuatnya?", tanya Mawar. Ardha tak menyangka kalimat itu yang akhirnya keluar dari mulut Mawar. Ardha curiga, apakah ini seperti angin semilir sebelum hujan badai?
"Bukan, chef pastri yang membuatnya. Tapi resep dasarnya dariku", jawab Ardha berharap dengan adanya andil dirinya terhadap sepotong kue yang disukai Mawar, mampu mengurangi kekesalan wanita itu.
"Oh, begitu. Aku nanti ingin memakannya lagi di rumah, tapi dengan versi berbeda. Mungkin.. versi buatanmu", ucap Mawar dengan ekspresi datar.
"Tentu, nanti akan kubuatkan di rumah", sahut Ardha tersenyum, merasa angin semilir masih bertiup dan semoga tidak disertai badai.
"Bagaimana dengan rencana ke dokter? Apakah masih sempat?", tanya Mawar.
Ardha melihat jam di tangannya. Belum sempat menjawab tiba-tiba pintu diketuk. Setelah dipersilahkan, Jason membuka pintu.
"Maaf bos, pemasok bahan yang kau tunggu baru tiba. Apakah cukup aku saja yang memeriksanya?", tanya Jason.
Ardha sudah akan menjawab iya, tapi Mawar lebih dulu bicara.
"Pergi saja, tidak apa-apa. Aku akan menunggu di sini", ucap Mawar serius.
"Benarkah? Tidak apa-apa kalau kau kutinggal sebentar?", tanya Ardha memastikan.
Mawar mengangguk yakin dengan senyum tipis.
************
Ardha dan Jason berjalan menuju ke pintu belakang restoran.
"Apakah menurutmu aku perlu mempertimbangkan untuk tidak menikah?", tanya Jason tiba-tiba.
Dahi Ardha berkerut, bingung dengan pertanyaan itu. Sejurus kemudian dia tertawa kecil.
"Oh tidak, tentu saja tidak perlu begitu. Percayalah padaku, semua itu sepadan. Kau akan mengalami bagaimana rasanya ada yang menunggumu pulang. Rasa diperlukan sebagai tempat bersandar, atau ketika kau memasak sesuatu yang spesial hanya untuk orang terdekatmu", jawab Ardha tersenyum.
Sesaat sebelum sampai ke tujuan mereka, dari kejauhan Ardha melihat Nadya baru keluar dari toilet wanita. Ia tertegun sebentar, kemudian melanjutkan langkahnya.
"Satu hal jangan kau lupa Jason, jangan pernah berjanji menikahi seorang wanita bila itu bisa menyakitinya", tambah Ardha.
Kini giliran Jason yang dahinya berkerut. Tapi dia tak bisa bertanya maksud dari perkataan Ardha karena mereka sudah tiba di pintu belakang restoran. Di sana sudah menunggu sebuah mobil box dan dua orang pria.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...