Jodoh Jalur Mantan

" Euuunghhhh.... Loh mama ayah ihh kok pulang engga bilang-bilang sihh" rengekan manja itu terdengar menyakitkan ditelinga semua orang yang sedang berada diruangan inap malam ini.

" Sayang udah bangun, putri bungsu mama anak kecil ini apakah tidak bahagia mama dan ayah pulang?" belum juga dijawab oleh giva terdengar suara bariton yang cukup giva kenal.

" Enak saja bukankah Kaka sudah bilang sore ini mau menjemput paduka raja dan ratu? Kebanyakan kerja jadi lupa waktu" Rio sang kakak yang mencoba tegar dihadapan sang adik berdiri tegak dihadapannya saat ini disusul oleh gio.

" Loh pada kumpul semua hihihi asikkkk aku seneng banget kumpul semua, mama sama ayah engga akan pergi lagi kan? kak Rio dan kak gio juga engga akan ninggalin giva kan? Bukankah giva ini orang yang paling disayangi oleh kalian yaa hehe" giva terus berceloteh dengan air mata yang luruh tanpa henti, melihat kondisi sang anak membuat hati lucky dan Sarah begitu terluka, gio dan Rio sudah mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang saat ini hampir memuncak.

" Sayang..... Apa kamu lapar?"

" Mama.... Apa mama akan meninggalkan giva juga? Maa kenapa Tuhan tidak mengambil giva saja sejak kecil mengapa Tuhan membiarkan giva disakiti orang-orang disetiap perjalanan hidup giva? kesalahan siapa yang harus giva tanggung sampai-sampai tidak ada sedikitpun kebahagiaan yang diizinkan untuk mendampingi kehidupan giva? Jika kehadiran giva didunia ini menyakiti banyak orang mengapa Tuhan mengizinkan giva untuk tetap bertahan sampai saat ini maaa...." giva terus saja berbicara tanpa henti jangankan berhenti untuk mengambil nafas memberikan jeda saja tidak.

Greeepppppp

Sarah memeluk lembut tubuh sang anak bungsunya dengan air mata tertahan, ya dia seorang ibu yang harus terlihat kuat dihadapan sang anak saat ini Giva membutuhkan kekuatan bukan kesedihan yang akan membuatnya semakin terpuruk.

Lucky, gio dan Rio hanya bisa menutup mata menatap kearah langit-langit kamar rawat inap menurunkan kembali air mata yang sudah menumpuk dikedua mata mereka.

❣️ Ayah berjanji setelah ini hanya ada kebahagiaan yang akan kamu rasakan nak, maafkan ayah yang masih belum bisa berusaha menciptakan rasa bahagia itu untuk kamu......

💐 Dek, kakak janji tidak akan pernah meninggalkan kamu maaf jika kakak selalu memberikan perhatian yang cukup membuat kamu merasa terkekang kadang kakak terlalu takut akan hal buruk sehingga cara kakak yang salah tolong berjanji jika ini kesedihan terakhir yang kamu rasakan.....

🌈 Sayang maafkan perilaku adikku yang cukup membuat kamu sakit, harus kembali mengingat sesuatu yang buruk sehingga kamu kembali terpuruk, jangan khawatir kita akan sembuh bersama......

" Nak, lihat mama sayang terimakasih kamu sudah percaya kepada mama untuk menjadi seorang ibu yang sangat bahagia memiliki anak baik seperti giva, meskipun anak mama bulan lahir dari rahim mama tapi giva lahir dari sebuah ketulusan hati cinta dan kasih sayang yang besar dari mama sayang, mama janji akan terus berada disamping anak kesayangan mama ini walaupun nanti giva menikah, hamil bahkan punya anak mama akan terus ada buat giva yaa.. Giva adalah kebahagiaan mama tidak ada alasan untuk meninggalkan giva karena mama mau bahagia terus sayang" sang mama dengan lembutnya terus memberikan afirmasi positifnya agar giva tenang.

" Saaakit maa....." suara lirih itu terasa menusuk kedalam jantung semua orang bahkan terdengar begitu menyesakkan didalam dada.

" Tidak apa-apa sakit nanti kita kasih obat ya nak pasti sembuh, lihatlah kami para dokter yang akan merawat nona giva dengan senang hati sayang tidak apa menangis itu adalah bentuk rasa yang timbul dalam diri berarti kita masih sehat dan normal masih bisa merasakan tangisan, keluarkan saja jangan sungkan menangis saja sayang mama akan menemani dengan senang hati ya..." tidak ada bantahan apalagi menyalahkan giva semua orang menerima kondisi ataupun perilaku giva saat ini dengan baik menyembunyikan rasa sakit agar tidak memperkeruh keadaan.

" Semuanya apa boleh giva minta dipeluk bersama? Giva takut....." tanpa aba-aba lucky, Rio dan gio langsung ikut memeluk giva dengan terus memberikan kekuatan kepadanya tanpa ada ucapan apapun karena pada dasarnya giva bukan membutuhkan kata-kata saat ini namun lebih membutuhkan pelukan hangat sebagai dukungan dari orang terdekatnya sampai akhirnya terdengar suara dengkuran halus yang menandakan giva mulai tertidur kembali dengan tenang.

" Biarkan giva tidur lagi ma" Rio membantu sang mama untuk merebahkan tubuh sang adik agar nyaman.

------------

Malam ini dikediaman Stella sedang ada aktivitas makan malam yang ditambahkan anggota Dandy tidak ada suara hanya terdengar gerakan alat makan saja.

" Pih jadi gimana kak Dandy bisakan mulai besok kerja di perusahaan papi dengan jabatan tinggi?" Stella lagi-lagi mengaturnya.

" Tidak bisa begitu Stella, Dandy memiliki keluarga kita harus menghargai aturan setiap keluarga karena kita bukan siapa-siapa saat ini jadi tidak bisa seenaknya masuk mengatur" Anton mencoba untuk tenang karena menghargai keberadaan Dandy yang sejak tadi diam saja.

" Tapi keluarga kak Dandy tidak bersikap adil pih mending ikut kita aja" lagi-lagi Stella membantah ucapan sang ayah.

" Stella setiap orangtua memiliki caranya masing-masing dalam mendidik setiap anaknya, mungkin orangtua Dandy ingin Dandy belajar dulu agar tau bagaimana proses bekerja tidak bingung nantinya jika sudah berada diatas layaknya anak-anak yang sedang belajar berjalan mereka akan mencari cara dengan cara berpegangan pada benda disekitarnya saat jatuh terus saja bangun lagi mencari cara yang lain sampai akhirnya bisa berjalan sama seperti bekerja bukan begitu Dandy?" kini atensi Anton beralih kepada Dandy agar membuka suaranya.

" om Anton benar Stella biarkan aku berkembang dengan cara orangtuaku jangan hanya karena jabatan aku harus bermusuhan dengan mama dan papaku karena selama ini kan aku hanya bisa bermain saja sedangkan kak gio sudah ikut bekerja dengan papa sejak dibangku sekolah jadi wajar saja jika saat ini berada diatas" kini Dandy akhirnya membuka suaranya yang membuat Anton dan Melly tersenyum mendengar jawaban Dandy berbeda dengan Stella yang merasa kesal.

" Kamu tuh mau aja dibodohi sama keluarga kamu ka, kamu sadar ga disini cuma aku yang peduli sama kamu?" kini Stella membanting sendok makannya membuat semua orang kaget.

" Jaga sikapmu nak hargai papi kamu" Melly mencoba menegur sang anak.

" Mami liat kan kak Dandy terlalu penurut aku jadi capek sendiri membantunya melelahkan sekali" .

" Terimakasih Stella sudah berjuang untukku tanpa harus aku meminta tapi jika boleh mulai saat ini biarkan aku bekerja sesuai porsiku saat ini kita saling menghargai satu sama lain "